64. EZARON BIRTHDAY 2 TH

108K 7.8K 1.9K
                                    

Ditengah malam yang dituruni hujan yang begitu lebat. Suara derum mobil Reza terdengar tiba di pelataran rumah.

Anna duduk di sofa untuk menunggu Reza kembali. Ia sampai tertidur menunggu kepulangan Reza. Anna sudah berusaha menghubunginya, mengirimnya pesan pun sudah, namun Reza sengaja tidak membacanya. Dan beberapa jam terakhir Reza mematikan ponselnya karena tak ingin diganggu.

Detik ini Anna tengah tertidur di sofa.  Suara pintu rumah yang terbuka dengan pelan membuat tidur Anna terusik. Hingga derap langkah sepatu yang perlahan membuat nya terbangun dari tidurnya yang kurang pulas. Ia bergerak bangun, matanya menatap lurus sosok pria bertubuh tinggi besar tengah menutup pintu dan berjalan ke arahnya.

Mata Anna berkaca-kaca menatap Reza. Anna bangun dan berlari ke arah pria itu. Anna langsung memeluknya erat. Menenggelamkan kepalanya ke dalam dada bidang suaminya itu. Suara isakan pilu terdengar lirih. Anna menjauhkan tubuhnya dan menangkup kedua wajah Reza yang menatapnya dingin.

"Tolong, jangan marah padaku" Anna menggelengkan kepalanya pelan. Matanya penuh harap.

Reza tersenyum kecut dan menghempas tangan Anna yang lancang memegang kedua pipinya. "Aku melihatmu, dengan Jehan!" geram Reza kembali.

Anna menyeka air matanya yang mengalir silih berganti. "Kita akan temui Jehan. Kau bisa tanyakan langsung padanya" Anna memegang tangan Reza. "Reza aku tidak berbohong"

Reza kembali menepis tangan Anna. "Kita lihat saja nanti"

Melihat sikap dingin Reza yang paling Anna benci. Anna semakin sedih. Anna menunduk sehingga tidak menyadari Reza terus memperhatikannya. Hingga jari jempol pria itu menyentuh pipi kanannya, lalu menjalar menyentuh bibirnya. Membuat Anna mendongak menatap Reza dengan bingung.

"Apa bibir ini juga bagian dari kesenangannya, hemm?" mata Reza dan Anna bertemu. Anna menggelengkan kepalanya.

Anna berbisik lirih. "Tidak Reza tidak"

"Bibir atau apapun yang ada pada diriku. Bukan milik siapapun, tapi milikmu" ucap Anna lagi.

"Kau pintar berkata-kata" Reza tersenyum dingin.

Tanpa aba-aba, Reza langsung mengangkat tubuh Anna dengan kedua tangannya. Anna kaget hingga ia terpekik namun buru-buru menutup mulutnya dengan tangan.

Reza menaiki tangga dengan cepat, bahkan tak terasa beban yang sedang ia angkat. Ia membuka pintu dan berusaha menguncinya kembali. Sebelum menghempas Anna ke ranjang ia berkata.

"Aku akan memperlihatkanmu caraku bermain kasar saat aku marah"

Anna terisak. "Aku tidak mau"

"Sayangnya, seorang istri tak ada pilihan untuk menolak" Reza menarik dengan kasar bagian tengah baju tidur yang Anna kenakan. Kancing-kancingnya terlepas dan berhamburan di atas ranjang.

Reza melempar jas hitam yang ia kenakan ke arah sofa. Sambil merangkak naik ke atas ranjang, ia membuka kemeja biru muda yang ia kenakan itu.

Anna tak berani berkata-kata karena melihat kilatan mengerikan dimata Reza.

×××××

Selesai sarapan pagi. Reza dan Anna meninggalkan kediaman mereka.

Reza mengendarai mobil mewahnya. Dan Anna yang duduk di sampingnya sedari tadi hanya diam. Sesekali ia menggeser tubuhnya ke kiri atau ke kanan. Jujur, permainan semalam membuatnya masih merasakan tidak nyaman di selangkangannya.

"Bisakah kau duduk dengan tenang?" tanya Reza sambil meremas stir mobilnya.

"Andai saja semalam kau tidak sekasar itu"

Child For Husbजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें