"Tuan kenapa nyonya?" tanya bi Ida pada Anna.

"Bukan apa-apa" sahut Anna pura-pura tak peduli, padahal dia menahan malu.

Anna hanya menggeleng lalu kembali makan. Bi Ida tak mau ambil pusing, ia segera kembali pada tugasnya.

×××××

Beberapa hari kemudian...

Hari ini Anna memilih duduk di rumah. Bahkan Reza sama sekaki tak mengizinkannya keluar rumah. Saat Anna minta izin untuk menemui Jehan, Reza hanya diam lalu tidak mengizikan Anna untuk pergi.

Tapi, Anna sudah tidak dapat memendam lagi isi hatinya. Ia sangat merindukan Jehan.

Akhirnya dengan nekat pun Anna berjalan ke pintu. Baru saja ingin memutar knop pintu, Anna tiba-tiba saja kaget saat merasakan ada yang memegang pinggangnya.

"Mau kemana?" suara itu membuat Anna sulit bernafas dan tak berani berbalik. Tapi dengan segala kekuatan yang ada, Reza dengan mudahnya membalikkan tubuh Anna menjadi berhadapan dengannya.
"Enak saja mau kabur dan menemui Jehan. Ingat Anna! Aku bukan orang jahat, aku suamimu. Aku hanya ingin kau di rumah saja"

Anna menghela nafas lagi lalu mengangguk patuh. Reza hanya diam melihat Anna yang berjalan menuju tangga. Kelihatannya wanita itu mau ke kamar.

Reza kembali ke ruangan kerjanya. Dia duduk dengan frustasi di kursinya. Dia terus memikirkan Anna akhir-akhir ini.

"Kenapa Anna juga belum hamil. Padahal aku sudah ekstra kemarin. Masa iya anakku belum masuk ke rahimnya? Sialan. Anna sepertinya kurang subur, mengingat juga tubuhnya yang kurus itu"

"Apa aku ceraikan saja dia dan cari wanita lainnya?"

"Ah tidak mau! Seumur-umur aku hidup, hanya Anna yang cantik di mataku setelah mama" kata Reza lagi pada dirinya.

Lalu Reza mencari-cari sesuatu. Surat perjanjian yang begitu penting saat pewarisnya lahir nanti. "Surat hak asuh anak sepenuhnya, sekaligus surat perjanjian Anna dan Reza"
Reza mendesah pelan saat mengingat surat itu ada pada Simon.

Pria itu pun segera mengambil ponselnya dan menghubungi orang kepercayaannya itu.

Tak lama, panggilan di angkat.

"Simon. Dimana surat perjanjian dan surat hak asuh anak itu?"

"Maaf tuan Reza, kalau perlu tahu untuk apa?"

"Saya mau membaca ulang. Saya takut sekali kalau surat itu salah ketik atau semacamnya"

"Anda tidak perlu khawatir tuan Reza. Surat itu sudah benar. Dan surat itu juga sudah saya simpan di bank"

"Oh? Jadi sudah amankan. Pastikan Anna tidak bisa mendapatkan surat itu hingga pewarisku lahir nanti"

"Tentu tuan Reza"

Setelah merasa tenang karena mendapatkan penjelasan dari Simon,Reza segera memutuskan sambungan telepon secara sepihak.

Baru saja Reza memegang pena nya untuk kembali bekerja. Tiba-tiba saja pintu terbuka ruangan kerjanya terbuka. Ia kesal sekali, siapa yang dengan tidak sopannya langsung membuka pintu tanpa mengetuk terlebih dulu selain Simon.

"Bi Hasri? Ada apa. Bisa tidak lain kali mengetuk pintu dulu" kata Reza kesal. Tapi wajah bi Hasri kelihatan cemas.
"Kenapa bi? Apa ada masalah?"

"Nyonya tuan... Nyonya"

"Anna?" Reza langsung berlari naik tangga dan menuju ke kamarnya dengan Anna.

Di pintu kamar sudah banyak berdiri para maid itu. Mereka kelihatan tak bisa apa-apa di depan pintu. Reza langsung masuk dan kembali menutup pintu. Saat masuk kamar, Reza tak melihat ada Anna.

Child For HusbDonde viven las historias. Descúbrelo ahora