Sweety Venus - Chapter 36

Start bij het begin
                                    

Ethan berdeham. "Diana, dengar—"

Diana mengangkat tangannya memotong perkataan Ethan. "Yang terjadi biarkan saja, Ethan. Aku sudah dewasa begitupun dirimu. Anggap saja tadi malam tidak terjadi apa-apa. Aku yakin kau bisa melakukan hal yang aku bisa lakukan."

"Kau tidak bisa melupakannya, Diana."

Diana berhenti makan. Ia menunduk menutupi pias wajahnya.

"Aku mengambilnya, Diana... Dan juga melakukan hal paling brengsek."

"Ya, kau memang brengsek." Diana mendongak menatap Ethan, tersenyum. "Aku hanya belum melupakannya tapi suatu saat aku akan melupakan hal itu."

"Diana—"

"Aku tidak apa-apa, Ethan. Percayalah! Jangan memandangiku seperti itu."

Melihat Diana yang tersenyum mau tak mau dirinya ikut tersenyum dalam suasana canggung. Mereka kembali melanjutkan acara makan yang tertunda.

"Kau perlu sesuatu?"

Diana tampak berfikir lalu menggoda Ethan. "Aku masih memikirkan makan malam di Daniel Restaurant yang kacau."

Ethan menyeringai. "Dalam waktu dekat kau akan mendapatkannya, sugar."

Diana terkekeh membuat Ethan ikut terkekeh. "Aku ingin di tempat duduk yang sama seperti tadi malam."

"As you wish, my sugar."

Diana tertawa terbahak-bahak.

"Seharusnya aku melanjutkan hal itu dan membuatmu menjadi wanita seutuhnya," gumam Ethan.

"Sorry?"

Ethan menggeleng memasang wajah paling menyebalkan. "Aku rasa lusa jadwalku kosong. Jadi kita bisa mendapatkan meja kita, berciuman, lalu berakhir di ranjang."

Diana memerah, ia mengambil serbet lalu melemparkannya pada Ethan. Kemudian ikut tertawa bersama Ethan.

Diana mendengarnya. Dengan sangat jelas. Dan hal itu cukup membuat jantungnya berpacu sangat cepat. Apa artinya Ethan menginginkannya?

***

"Ethan!!!" teriak Diana histeris seraya memukul pintu kamar Ethan terlalu berlebihan.

"Oh Tuhan. Ethan!"

Saat Diana ingin mengetuk kembali, tiba-tiba saja pintu terbuka dengan menampakkan wajah kesal Ethan. "Apa?!" tanyanya ketus.

"Apa kau tidak keluar? Maksudku jalan-jalan keluar mungkin?"

Ethan mengangkat beberapa lembar kertas yang sedari tadi ia pegang. "Aku sedang bekerja. Kau bisa mengajak Goldie jalan-jalan keluar."

Diana mengerutkan dahinya. "Rupanya kau punya pekerjaan sampingan selain menjadi seorang Aktor."

"Menurutmu apa pekerjaan sampinganku?"

Diana tampak berfikir. "Err... Penulis mungkin?"

Ethan memutar kedua bola matanya. "Ini skrip yang harus aku baca. 2 minggu kemudian aku akan keluar negeri untuk syuting film ini."

Diana hanya ber-O ria polos.

"Jadi sedari tadi kau menggedor pintu kamarku seperti orang bar-bar hanya untuk menanyakan apakah aku ingin berjalan-jalan keluar? Jika begitu aku akan jawab sekarang juga. Tidak."

Diana menggeleng sedikit meringis tak enak hati. "Err..."

"Aku tidak punya waktu, sugar."

"Aku datang bulan," ujar Diana cepat.

Ethan terdiam. Terdiam yang cukup lama. "... Kau..." Setelah kejadian yang membuat Diana harus kehilangan mahkotanya beberapa hari yang lalu. Dan sekarang mereka kembali seperti biasa.

Ethan menggaruk kepalanya yang tak gatal lalu berdeham. "Pergi saja ke kamar Rachel. Mungkin dia ada menyimpan..." Ethan tidak tahu ingin mengucapkan benda itu dengan apa akhirnya ia menggantungkan kalimatnya.

"Sudah dan adikmu memakai pembalut biasa. Oke, aku minta maaf karena masuk ke kamar Rachel tanpa sepengetahuannya tapi aku sangat membutuhkan benda itu sekarang, Ethan..."

Aahh... Pembalut!

"Kalau begitu pakai saja."

"Oh Tuhan, Ethan. Perlu berapa kali aku bilang kalau adikmu memakai pembalut biasa?!"

Ethan menghela nafas. "So what do you want?"

***

Ethan merutuki dirinya yang sangat mudah sekali disuruh seperti pelayan jika dihadapan wanita. Buktinya sekarang ia sedang berada di mini market dengan wajah bingungnya. Untung saja ia memakai kacamata hitam, topi, dan juga masker yang menutupi mulut dan hidungnya. Tapi sepertinya ia masih ketahuan jika di lihat dari beberapa pengunjung toko yang diam-diam mengangkat ponselnya hanya sekedar menyimpan wajah Ethan di masing-masing ponsel mereka.

Dapat di prediksi beberapa menit lagi ia akan diterkam massal membuatnya dengan segera menuju pelayan toko tersebut.

"Ehem, permisi. Apa di sini menjual kebutuhan wanita?" bisik Ethan pada dirinya sendiri.

Pelayan tersebut memerah dengan wajah terkejut. Ia menjawab dengan suara cukup nyaring, "Di sini tidak menjual wanita, Sir."

Ethan tercengang seketika. Lalu berbisik kembali. "Maksudku kebutuhan wanita... Pembalut."

Dan si pelayan masih memasang wajah bodohnya membuat Ethan mengumpat.

Ethan melirik ke kanan kiri sekilas sebelum berbisik di telinga si pelayan. Si pelayan nampak mengangguk mengerti. "Oh anda sedang mencari pembalut, tunggu sebentar."

Sepeninggalan si pelayan, Ethan kembali melirik ke kanan kiri di mana para pengunjung toko tengah berbisik seraya terkikik. Mungkin karena seorang pria yang tengah membeli pembalut atau karena seorang aktor yang membeli pembalut. Atau membeli seorang wanita. Entahlah...

Tak lama si pelayan datang dengan membawa 1 bungkus kecil pembalut.

"Ini, Sir."

Ethan mengangguk lalu membayar tanpa mengambil kembaliannya. Dengan cepat ia pulang.

SWEETY VENUS [#2 VENUS SERIES]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu