(4) Masa Lalu Aleeta

Mulai dari awal
                                    

"Mas kita bawak ke rumah sakit aja Mas, daripada ntar kakinya kenapa-napa," saran Efa dengan wajah ikut khawatir.

"Terus gimana, Mbak? Aleeta gak bisa jalan." Adimas tak kalah cemasnya, keringat sudah membasahi wajah manisnya.

"Duhhh.. kamu gendong aja Mas."

Adimas menatap tak percaya pada kakaknya itu, mana mungkin dia menggendong Aleeta. Tetapi jika dia tidak menggendnonya, bagaimana bisa mereka membawa Aleeta ke rumah sakit.

Akhirnya dia bertanya, "Al, boleh aku gendong kamu?" Aleeta melihat Adimas dengan wajah kesakitan, tak lama ia mengangguk pelan menandakan bahwa Adimas boleh menggendongnya.

"Maaf ya Al, permisii" Adimas mengangkat tubuh Aleeta menuju mobil. Tanpa disadari jantung keduanya berdetak lebih kencang.

Sampai di mobil Adimas segera melajukan mobilnya dengan kecepatan maksikum, dia takut Aleeta kenapa-napa. Disela-sela menyetir, ponsel Aleeta berdering dan nama 'Kak Zakki' menari-nari di sana. Efa segera memberikan ponsel Aleeta padanya.

"Assalamualaikum Dek," ucap Zakki diseberang sana.

"Wa'alaikumussalam Kak Zakki ini aku, Adimas."

"Loh kok bisa lo, Aleeta mana?" tanya Zakki dengan nada sirat kekhawatiran.

Adimas menceritakan kejadian tadi pada Zakki. Lalu dia diminta Zakki membawa Aleeta ke klinik dr. Anjani Sahilah yang berada di jalan Kenanga, tak lama Adimas langsung melajukan mobilnya ke jalan yang diberitahukan oleh Zakki.

Sedangkan di rumah, Raani sudah sejak tadi bolak-balik memerhatikan pagar, menunggui sosok sahabat yang katanya akan bermain ke rumah namun nyatanya dia belum datang.

***

Saat sampai di klinik yang disebutkan Zakki tadi, mereka segera membawa Aleeta masuk dan sang dokter yang baru saja keluar dari ruangan langsung meminta Aleeta dibawa ke dalam.

Adimas menunggu dengan khawatir lalu dia menatap sang kakak. Efa berkata tidak akan terjadi apa-apa pada gadis itu.

"Mas, kamu di sini aja. Aku mau nganter pesanan mama dulu ke panti. Nanti aku kembali lagi kalau selesai, oke?"

Adimas mengangguk dan mengucapkan terima kasih pada sang kakak yang sudah pengertian padanya. Setelah Efa meninggalkannya, Zakki yang baru datang dari arah berlawanan mendekati Adimas dan bertanya kenapa bisa Aleeta seperti itu, langsung saja Adimas menceritakan semuanya.

"Alee kenapa masih nekat aja si pake sepeda, udah tau kakinya masih sakit!" ujar Zakki yang sangat cemas, wajahnya sampai memerah.

"Emang kenapa bisa kakinya seperti itu, Kak?" tanya Adimas memastikan.

Zakki membuang nafas, ia mengajak Adimas duduk di teras klinik dan menceritakan semuanya.

"Dua tahun yang lalu Aleeta mengalami kecelakan, kakinya terhimpit di motor menyebabkan kakinya patah, dan akhirnya dia operasi dan dipasang pen, baru tahun kemarin kakinya mulai pulih namun masih harus dikontrol agar tidak terlalu beraktivitas dengan berat, termasuk bersepeda. Heran gue, Alee emang suka keras kepala, jadi begini, 'kan!" jelas Zakki padanya.

Adimas sangat kaget mendengarnya, dia baru tahu jika Aleeta pernah kecelakaan seperti itu.

Pintu ruangan terbuka oleh sosok dokter muda nan cantik, dokter ber-badge 'Anjani Sahilah' itu mengukir senyum lembut menatap Zakki yang langsung mendekat padanya.

"An, adek gue enggak apa-apa?" tanyanya cemas. Anjani menggeleng dan menyentuh bahu Zakki, "Jangan khawatir, dia enggak apa-apa kok. Kamu ke mana emangnya, kenapa kamu biarkan aja dia pake sepeda?"

Zakki berucap syukur kemudian menjawab pertanyaan gadis cantik itu, "Bimbingan, btw terimakasih ya, enggak salah jadiin kamu dokter kesayangan Alee." Dia tersenyum.

Anjani hanya tersenyum lalu menanyakan siapa laki-laki yang membawa Aleeta ke sini.

"Dia teman Alee, Adimas kenalin nih, dr. Anjani."

Adimas tersenyum dan menundukkan kepalanya hormat, Anjani terkekeh jadinya.

"Salam kenal Adimas, jagain Aleeta di sekolah ya," kata Anjani tersenyum manis padanya dan dia menjawab dengan mantap.

"Eh iya Mas, makasih banyak ya udah nolongin Aleeta tadi, kalo gak ada lo, enggak tau deh apa yang bakal terjadi pada Alee," ujar Zakki

"Iya, Kak. Sama-sama."

Kemudian Anjani mempersilakan mereka masuk ke ruangan, Aleeta masih berada di atas brankar, duduk berselonjor di sana, Zakki bergegas menghampirinya dan memeluk tubuh sang adik.

"Kamu bikin kakak khawatir, Dek. Jangan nekat lagi ya," kata Zakki sambil mengusap punggungnya. Aleeta mengangguk patuh dan mengatakan maaf. Lalu dia beralih menatap Adimas dengan malu namun tetap mengatakan terimakasih karena laki-laki itu sudah membantunya.

"Sama-sama Al, lain kali hati-hati ya, jangan nekat lagi, nanti kamu kenapa-napa." Rasanya pipi Aleeta memanas ketika ucapan laki-laki itu terdengar begitu lembut sirat perhatian. Duuh ... kenapa dia jadi baper seperti ini!

"Hem, Alee ... Mbak enggak mau ya lihat kamu kayak gini lagi!"

Mendengar dokter cantik itu berucap, pelukan kakak-adik itu terlepas dan Aleeta merentangkan tangannya untuk memeluk sang dokter kesayangan.

"Siaapppp mbak dokter!!" serunya.

"Nah begitu! baru adik kesayanganku," kata Anjani setengah tertawa.

Zakki tersenyum senang melihat keakraban sang adik dengan dokter cantik itu, sebenarnya sejak dulu, Zakki sudah menaruh perasaan padanya namun tak pernah sekalipun ia beritahu pada Anjani, baginya cukup dia dan Allah yang mengetahui isi hatinya.

***

Semenjak kejadian kemarin, Zakki mengantar Aleeta hingga depan kelas membuat gadis itu mencibir terus-menerus namun sang kakak seakan menutup telinga atas cibiran dirinya.

Raani yang baru saja datang langsung kaget melihat sahabatnya diantar hingga kelas bak anak SD yang baru pertama kali masuk sekolah.

"Aku yang salah masuk kelas atau gimana nih? kok ada anak SD yang diantar sama kakaknya di sini ya?" kekehnya membuat cibiran Aleeta pada Zakki menjadi-jadi.

Zakki ikut terbahak bersama Raani di sana.

"Isshhh, Kak Zakki sih, udah aku bilangin enggak perlu nganter sampe kelas segala."

"Emang kenapa sampe Kak Zakki nganter Alee ke sini, Kak?" Raani bertanya dan Zakki menjelaskan jika kemarin Aleeta nekat menggunakan sepeda sehingga membuat kakinya kembali merasakan sakit.

Raani meringgis kemudian dia menepuk dahinya, "Ya Allah, jangan bilang kamu nekat make sepeda mau ke rumahku?" Dan Aleeta hanya menyengir membuat Raani merasa bersalah dan dia mengatakan maaf.

"Apaan sih, bukan salahmu tau!" sanggah Aleeta.

"Ya Allah, Kak. Maaf, aku enggak tahu kalau Alee pake sepeda mau ke rumahku."

"Udahlah, Ran. Kamu enggak salah kok, yasudah kakak titip Alee ya?" tukas Zakki lalu mengusap puncak kepala sang adik, "Alee ... Kakak pergi ya. Assalamualaikum."

Sepeninggal Zakki, Raani langsung memasang wajah penuh permohonan maaf pada Aleeta. Namun dengan tegas Aleeta mengatakan bukan salahnya.

***

Selamat puasa ukhuwah-ukhuwah yang Insya Allah diberkahi Allah:)

Wassalamu'alaikum warahmatullahi Wabarrakatuh

Anjeni Meis
30 Mei 2017_

Raani & Aleeta ✔(TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang