Yoyo pun turun dari kasur Hanbin, baru saja dua langkah kini langkah selanjutnya harus terhenti karena tarikan Hanbin pada kaosnya. Yoyo berbalik dan menatap Hanbin dengan sedikit mengerlingkan matanya niat menggoda.

"Gue disini bareng lo apa dibawah bareng Lisa?"

"Lisa dibawah?"

"Lah bego, bukannya lo yang bawa dia kesini?"

Hanbin terlihat berfikir. "Gue kira dia udah balik." Gumamnya.

Yoyo sedikit geram dengan ketidakpekaan Hanbin, dia dengan semangat menggebu meraih bantal dan memukulkannya pada Hanbin.

"Yo, lo apa-apaan sih?" Geram Hanbin.

"Gue timpuk buat otak lo encer, gila yah sampai kapan lo mau jadi cowo datar kaya papan triplek huh?"

"Lah emang kenapa? Ini tentang Lisa kenapa lo bawa-bawa papan triplek segala?"

"Lo tuh bodoh iya gak peka iya seribu kali ! Lo bawa Lisa kesini kan? Tapi lo anggurin dia dibawah sendiri. Bin, sampai beberapa tahun juga Lisa gak akan balik sendiri, lo sebagai cowo yang udah bawa dia otomatis lo bertanggung jawab bawa dia balik. Ngerti?"

Hanbin terlihat terdiam, sedetik kemudian wajah sengak nya kembali muncul. "Lo lupa, sejak kapan cewe-cewe jadi tanggung jawab gue? Selama gue berurusan sama cewe, gue gak pernah sampe harus ngerasa tuhbl cewe jadi tanggung jawab gue."

Yoyo hanya mengendikan bahunya, dia kembali merebahkan badannya pada kasur Hanbin. Dia sudah tau betul bagaimana tipikal Hanbin, berbicara atau beradu mulut dengannya maka bisa dipastikan Yoyo lah yang harus mengalah.

Sementara itu, Hanbin kembali terduduk dan melanjutkan game yang tadi sempat terhenti. Lama dia bergelut dengan game itu, sampai suara dengkur Yoyo sudah terdengar berirama dan Hanbin yakin bahwa sekarang Yoyo telah tertidur pulas. Dengan pelan, Hanbin melangkahkan kakinya keluar kamar. Dia mengendap-ngendap seolah dia seorang pencuri yang sedang beraksi.

Hingga tiba dilantai bawah, ia bediri didepan sebuah pintu. Ia sedikit ragu antara membuka pintu itu atau kembali keatas. Jika dia membukanya, dia takut orang yang berada didalam masih terbangun dan dia akan terlihat bodoh didepannya, namun jika dia kembali keatas rasa penasarannya terlalu besar dan bisa dipastikan dia tak akan bisa tidur nyenyak malam ini.

Akhirnya setelah bergelut dengan pemikirannya, ia berhasil dikalahkan oleh rasa penasarannya itu. Tangannya dengan pelan mutar knop pintu itu, kepalanya mengintip sedikit dibalik pintu dan melihat seorang wanita tertidur begitu lelapnya. Hanbin melangkahkan kakinya pelan mendekati ranjang, dia memperhatikan Lisa yang terlelap dengan pulasnya. Tangannya meraih selimut yang berada disamping Lisa dan menyampirkannya menutupi tubuh Lisa.

Lama Hanbin berada diposisi itu, memperhatikan Lisa yang sesekali mengerang. Matanya kemudian terfokus pada leher Lisa yang masih terlihat merah, tangan Hanbin terkepal. Dia memutuskan untuk pergi dari sana dan kembali kekamarnya.

"Kenapa juga gue semarah ini?" Gumam Hanbin. Dia terduduk dibalkon kamarnya, tangannya meraih pematik api dan membakar rokok yang telah dia jepit dimulutnya.

Asap rokok itu berhembus dari dalam mulut Hanbin. Sudah hampir tiga batang rokok yang dia habiskan namun belum juga membuatnya tenang, fikirannya masih berkeliaran pada adegan tadi dimana Mino dengan mudahnya merengkuh Lisa kedalam pelukannya.

Beberapa kali Hanbin menyangkal penyebab emosinya itu adalah Lisa namun beberapa kalo juga dia tak menemukan jawaban yang lain. Hanbin semakin kesal, dia menendang kursi didepannya keras.

"Shit.!" Umpat Hanbin.

"Santai, bro.!" Seru Yoyo.

Hanbin sedikit kaget, dia melirik Yoyo sebal. "Ngapain lo bangun lagi?"

"Gue gak tidur, malah gue abis mergokin orang yang so gak peduli nyatanya peduli sampe mandangin cewenya juga lama banget."

Entah kenapa perkataan Yoyo sukses membuat suhu tubuh Hanbin meningkat, wajahnya merah. Hanbin terlihat gelagapan, apakah dia baru saja tertangkap basah?

"Lisa masih polos, dan gue harap lo gak terlalu jauh bawa dia."

"Gue tau."

"Bagus deh, dan gue harap kejadian tadi di club gak keulang lagi. Gue takut Mino lakuin hal lebih gila dari itu."

"Gak, selagi ada gue dia gak bakalan berani ngelangkah lebih jauh Yo."

"Lo gak ada 24jam disamping Lisa, Bin."

Hanbin terdiam, dia membenarkan perkataan Yoyo. Lisa sudah bukan Lisa yang dulu lagi, siapapun lelaki yang melihatnya maka bisa dipastikan mereka akan tertarik atau bahkan mempunyai fikiran kotor pada Lisa dan Hanbin yang tak ada bersamanya 24 jam itu membuat peluang berharga bagi manusia pemilik otak mesum diluaran sana, terutama Mino.

Dia akan melakukan hal apapun agar Lisa kembali padanya, terbukti bahjan ketika dia tau Lisa bersama Hanbin namun Mino dengan santainya masih berani menarik Lisa kedalam pelukannya.

"Mino gak akan nyerah gitu aja."

Hanbin tersenyum miring. "Gue heran, punya dendam apa dia sama gue? Sampe apapun yang gue punya dia selalu pengen rebut itu semua dari gue."

"Manusia kalo udah iri tuh serba salah, intinya jangan sampai lengah."

Setelah menepuk pundak Hanbin, Yoyo kembali kedalam meninggalkan Hanbin yang masih terdiam. Hanbin tak tau permusuhannya dengan Mino bisa sampai sepanjang ini? Bahkan ketika Hanbin mengacuhkannya Mino selalu membuat gara-gara. Ketika Hanbin melepas kekuasaanya dijalan dan menyerahkannya secara percuma pada Mino namun tetap saja itu tak cukup. Mino masih saja mengejarnya.

"Memang bener, kalo udah iri tuh serba salah."

-tbc-

Demi apa ini mata udah lima watt, ngantuk pisaaaaan😑

Btw yuuuu rame-rame merapat ke vlive nya IKON, kasih heart yang banyaaaaaaaakkkkkk yaaaa....

Btw yuuuu rame-rame merapat ke vlive nya IKON, kasih heart yang banyaaaaaaaakkkkkk yaaaa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Hahahaha😂

Ramein komentar disana yuuu capcuuuus😂

[ A.1 ] Just a Tool [ COMPLETED ] ✔Where stories live. Discover now