Chapter 32

799 98 35
                                    

Lisa baru saja kembali keluar dari apartemen setelah ia beberapa hari mengurung diri. Pukulan amat keras ketika ia meminta putus namun tak ada penolakan. Memang sudah tak ingin bersama lagi, pikirnya.

Pandangannya kosong menatap jalanan yang tidak berubah sedikitpun. Masih sama dengan suasana dan harumnya.

Ramainya anak sekolah menengah yang berlalu lalang mengingatkannya tentang masa lalu. Ia dulu juga pernah pakai sergam dan duduk di bangku yang sama ketika itu.

Tiba-tiba ia rindu kampung halamannya. Lisa ingin pulang. Lisa ingin kembali ke Thailand.

"Aku mau pulang," gumam Lisa sembari berjalan menuju arah yang tak tentu.

Karena apartemennya dekat dengan kampus dan kampus dekat dengan kedai kopi 'Tempat Terkutuk' ia jadi teringat kejadian beberapa hari lalu.

Lisa hanya tersenyum memandang kursi tempat ia duduk dan menunggu Bambam waktu itu. Kursinya kosong, mungkin tempat itu memang terkutuk.

"Saya pesan cokelat hangat satu untuk disini," Lisa menyerahkan selembar uang.

Entah mengapa akhir-akhir ini tatapannya selalu kosong. Banyak yang harus ia pikirkan tapi hanya Bambam yang selalu memaksa agar otaknya bekerja keras mengingatnya.

"Lisa?" Lisa mendongak ketika ada pria yang datang berdiri di depannya.

"Beneran Lisa yang dari Thailand itu?" Lisa mengangguk untuk meyakinkan.

"Aku Yugyeom. Kim Yugyeom," pria itu mengulurkan tangannya dan disambut oleh Lisa.

"Lisa. Lalisa Manoban. Salam kenal," ia memperlihatkan senyumnya yang selalu menarik perhatian.

"Cantik. Patensan Bambam sayang banget," tak ada jawaban ketika membahas Bambam dari Lisa.

"Ohiya. Aku ini teman dari Bambam, deket banget malahan. Tapi jangan sebut aku homo karena sering bareng sama dia kemana-mana. Aku normal, tenang," sontak tawa terdengar dari bibir Lisa.

"Kamu bisa ngomong gak sih? Dari tadi diem terus ketawa terus diem lagi," ucap Yugyeom yang memotong kuenya.

"Lagi banyak yang dipkirin aja. Maaf ya bukan gak sopan," jawab Lisa.

"Aku tahu masalah kamu sama Bambam. Dan, itu cuman salah paham," Lisa menyimpan kembali cangkir cokelat panasnya.

"Maksudnya?"

"Apapun yang dilakukan seorang pria sekalipun membuat wanitanya menangis pasti karena alasan yang jelas. Jangan salah paham dulu. Coba minta penjelasan dari dia," usul Yugyeom sambil menaik turunkan alis.

"Apa yang perlu dijelasin lagi? Aku minta putus terus pergi aja gak dia cegah. Sekedar nyusul ke apartemen atau apapun juga enggak. Capek," Lisa menelungkupkan wajahnya.

"Tapi sebelumnya, apa yang buat kamu minta putus dari dia?"

"Banyak anceman dari Mina. Kalau yang disakitin aku bisa ditahan. Tapi ini orang sekita aku yang disakitin. Aku gak tega. Lagian dia juga udah muali bosen kali. Gatau ahh."

"Nahh, kamu  sekarang tahu kan masalahnya semua dari Mina bukan dari Bambam. Jadi, kita tunggu aja sampai dia pulang ke Jepang, udah itu aku bantu kamu buat ngomong sama Bambam lagi. Untuk sekarang kamu sabar dulu."

Dan Lisa hanya mengangguk pasrah. Tak ada pilihan lain bukan?



💢💢💢


"Jenn, pulang bareng. Jangan jalan duluan ihh."

"Duh, aku tahu aku cantik tapi udah deh jangan ngejar terus," Jennie menghempaskan tangan pria yang menarik tangannya sedari tadi.

HILANG [ bamlis ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang