12. Hilang dan Menyesal

Start from the beginning
                                    

Tatapannya tak berubah, selalu seperti itu seakan-akan dia sedang menunjukan kekuasaanya. Walaupun Lisa akui dia selalu terlena olehnya.

"Ngapain lo?" Sinis Jennie.

Mino, dia tak memperdulikan Jennie sama sekali. Mino lebih memilih mendekat pada Lisa dan memeluknya erat, sangat erat bahkan Lisa rasanya sulit untuk bernafas.

"Gue kangen." Lirih Mino.

Lisa masih terdiam.

"Gue gak bakalan lepasin lo, persetan sama Hanbin gue gak peduli."

"Kita udah selsai." Ucap Lisa pelan seraya mencoba melepaskan pelukan Mino. Mino menggeleng, dia tidak setuju dengan perkataan Lisa. Mana mungkin dia rela melepaskan wanita yang ternyata bisa lebih cantik dari semua primadona disekolahnya ini.

"Itu keputusan lo doang, gue gak pernah bilang selsai." Desis Mino.

"Aku tanya sekarang, apa pernah selama status kita pacaran kamu nganggep aku sebagai pacar kamu?" Lisa melepaskan tangannya dari sikut Mino. "...selama ini cuman status doang yang kamu kasih, kamu selalu seenaknya, kamu gak pernah hargain aku sebagai pacar kamu. Bahkan dari pertama kita resmi kamu seakan nyesel udah macarin aku."

"Enggak..." Mino menggeleng. "...lo salah Lis, gue jauhin lo bukan karna gue nyesel. Gue cuman takut hilang kendali, gue tau lo cewe baik dan gak mungkin gue rusak lo gitu aja. Gue cuman nyoba buat lindungin lo, gue lampiasin semuanya sama cewe lain. Apa itu gak cukup jadi bukti bahwa selama ini gue serius sama lo?"

Lisa goyah, jika itu alasannya maka Lisa pantas memaafkannya bukan?

"Mino." Lirih Lisa.

"Gue sayang sama lo."

Sebuah tepuk tangan terdengar, mengundang beberapa pasang mata disana. Hanbin berdiri tak jauh dari kedua sejoli itu dengan gagahnya, dia bertepuk tangan seraya tersenyum miring. Langkahnya mendekat pada Lisa dan dengan satu kali gerakan Lisa kini sudah berada dibelakangnya. Membuat murid-murid itu bersorak.

"Masih pagi udah drama." Cibir Hanbin.

Terlihat smirk diwajah Mino, dan itu membuat Hanbin semakin tertantang untuk menghadapinya. Dengan sengaja Hanbin menarik Lisa kesampingnya dan melingkarkan tangannya pada pinggang Lisa.

Lagi-lagi perlakuannya itu mendapat sorakan dari semua murid yang menonton.

Mino semakin dibuat kesal, amarahnya sudah melewati batas. Dia ingin menarik Lisa dari kekungan Hanbin bahkan rasanya ia ingin lebih dahulu merasakan wajah Hanbin ditangannya. Namun tak mungkin dia melakukan itu sekarang, ada Lisa disana dan dia tak ingin Lisa membencinya.

"Setelah Eriska sekarang lo incer Lisa? Gak malu lo selalu ngambil punya gue aja?" Hanbin melirik Lisa sekilas yang kini sedang menundukan wajahnya. "...lo boleh ambil Eriska, tapi kalo sekarang sasaran lo Lisa, mending lo nyerah karna gue gak akan biarin lo rebut harta berharga gue yang satu ini."

Lisa tercengang, dia menatap Hanbin dalam. Kenapa dia begitu bahagia ketika Hanbin menyebutnya sebagai harta berharganya. Andai ini semua bukanlah hanya fake semata, mungkin Lisa sudah memeluk Hanbin dan mengucapkan kata syukur berkali-kali karna mempunyai kekasih yang dapat menjadi perisai baginya.

"Lisa punya gue, jadi berhenti ngakuin dia pacar lo karna gue sama Lisa belum selsai."

Hanbin mengangguk, dia tersenyum seraya menatap Lisa. Tangannya terulur meraih dagu Lisa dan membawanya agar menatap Hanbin. Ia sedikit terpaku kala melihat mata bulat Lisa, entah kenapa Hanbin begitu menyukai mata itu. Mata yang terlihat begitu jernih dan polos mencerminkan sifat sipemiliknya yang entah apa alasannya membuat Hanbin benar-benar ingin melindunginya.

"Lo udah selsai kan sama dia?"

Lisa mengangguk setuju.

"See? Jadi udah yah gak usah gangguin pacar gue lagi."

"Lis, kita belum selsai." Desis Mino.

Langkah Lisa terhenti, dia kembali berbalik menatap Mino. Hanbin pun kini menatap Lisa, penasaran dengan apa yang akan Lisa lakukan.

"Tetaplah bahagia walau tanpaku, bukankah sekarang kamu bukan seorang anak kecil lagi? Kamu sudah dewasa, sudah waktunya untuk mu paham bagaimana cara memahami orang yang berada disekitarmu. Pahami kenyataannya bahwa sekarang aku tak bisa lagi membuka hati, sebab aku terlalu lelah sering diperlakukan tanpa hati."

Hanbin tersenyum puas, dia kembali meraih tangan Lisa. Mengajaknya pergi dari sana, Lisa menurut walau hatinya benar-benar sakit sekarang. Ia tak munafik, ia masih mencintai Mino namun biarlah seperti ini agar Mino dapat mengerti seberapa pentingnya Lisa dalam hidupnya.

Bukankah hanya dengan kehilangan yang akan mampu menyadarkan?

-Tbc-

Just goooooooo~~ 🎤

[ A.1 ] Just a Tool [ COMPLETED ] ✔Where stories live. Discover now