Adivan 31

9.3K 317 19
                                    

    Seorang lelaki tampan yang tampak berjalan dengan membawa dua buah koper menuju rumah Adina. Wajahnya cerah seolah menggambarkan dia bahagia telah kembali ke tanah air. Dan dengan semangatnya ia mengetuk pintu rumah gadis manis itu hingga sang empunya rumah mendecak sebal.

Klek

Pintu terbuka, dibaliknya ada seorang gadis yang tampak kesal dan matanya terlihat sembab.

"Siapa sih sore - sore gini dateng, udah berisik lagi ketuk pintunya gak nyantai, udah tau ada bell gak dipakai malah ketuk pintu." Gerutu Adina tanpa melihat tamunya karena ia menunduk sambil mengucek matanya.

Lelaki itu langsung menghambur memeluk gadis itu. Adina yang tadinya bergerutu tidak jelas langsung tersentak kaget ketika dirinya ditarik dalam pelukan seseorang. Tanpa ia sadari, ia juga membalas pelukan itu lalu menumpahkan segala kerinduan terhadap Divan.

Adina merasakan kenyamanan dalam memeluk lelaki itu dan wangi aroma tubuh lelaki itu seperti candu sehingga Adina tak ingin lepas. Lelaki itu mengecup singkat kening Adina, lalu mengacak - acak rambut gadisnya dengan gemas.

"Divan?" Tanya Adina tak percaya saat ia melihat jelas wajah lelaki itu.

Divan tersenyum, lalu ia kembali memeluk gadisnya. Adina juga tampak membalasnya namun kini lebih erat. Sepasang kekasih ini terlihat rindu yang sudah kelewat batas, jadi pelukan itu dibiarkan saja oleh Mama-nya Adina yang melihat dibelakang mereka, bahkan Farah tersenyum karena kini anaknya tak sedih merindukan kekasihnya itu.

"Kamu kenapa baru pulang? Aku kangen banget sama kamu." Tanya Adina sambil melepaskan pelukan.

"Maaf, Din. Aku selepas lulus gak langsung pulang. Tapi aku urus perpisahan dulu sama temen - temen disana." Jawab Divan.

Adina mengangguk.

"Terus kenapa kamu gak bilang aku kalo ke Indonesia? Kan aku bisa jemput kamu di Bandara." Tanya Adina lagi sambil menarik Divan ketempat duduk.

Divan terkekeh melihat Adina yang menurutnya lucu sedangkan yang dilihat hanya mencebikkan bibirnya.

"Aku mau kejutan dong, kangen ya?" jawab Divan.

Plakk

Adina menampar lengan kanan Divan sehingga ia meringis pelan. Gadis itu hanya merenggut kesal karena kekasihnya menggodainya. Namun dalam hatinya, ia sangat senang. Ia rindu semua tingkah Divan. Terkadang perempuan dihati dengan dibibir berbeda. Hati bilang ya, bibir bilang tidak.

Farah akhirnya menghampiri mereka berdua dengan membawa dua gelas jus lemon dan makanan ringan. Divan dengan sangat sopannya langsung bersalaman dengan Farah.

"Baru datang Van? Dari kapan?" Tanya Farah, mama Adina.

"Iya tan, baru aja aku datang kesini." Jawab Divan.

Farah mengangguk dan ber'oh'ria.

"Diminum Van, tante tinggal dulu." Ucap Farah seraya meninggalkan mereka.

"Iya tante, makasi ya. Maaf merepotkan." Jawab Divan.

Farah hanya membalas ucapan Divan dengan tersenyum.

Hening.
Tak ada yang membuka percakapan lagi diantara mereka berdua. Divan tampak menikmati makanan ringan yang disediakan sedangkan Adina sibuk memandangi kekasihnya itu.

Kini Divan sedikit berbeda. Wajahnya tampak lebih putih, bibirnya lebih eksotis, rambutnya tambah keren. Dan dibagian mata Adina terpesona, entah mengapa mata Divan mampu menghipnotisnya. Divan yang merasa diperhatikan langsung menepuk pipi kanan Adina.

Adina tersadar lalu terkekeh. Divan yang bingung hanya menaikkan sebelah alisnya.

"Kamu makin ganteng Div," ucap Adina tersenyum.

Divan tersentak kaget setelah mendengar kata Adina. Didalam hatinya ia tersenyum, ia sedang diperhatikan kekasihnya itu.

"Jangan ngeliatin aku terus, nanti makin sayang loh." Ledek Divan.

Adina hanya terkekeh pelan dan langsung mencubit kedua pipi Divan.

"Oh iya, Din. Aku punya kabar gembira." Ucap Divan.

"Apa?" Tanya Adina serius.

"Aku sekarang udah dapat pekerjaan. Jadi, aku mulai kerjanya Senin depan." Jawab Divan semangat.

Adina tersenyum bangga, ia ikut senang kekasihnya itu sudah memiliki pekerjaan. Divan memang laki - laki yang membanggakan bagi Adina selain Ayahnya. Ia sangat bersyukur dipertemukan Sang Pencipta dengan lelaki disebelahnya.

***

"Ck! Kamu kerja yang benar dong, masa mencari orang begitu saja tidak ketemu. Sia - sia saja saya menggunakan jasamu." Omel Sierra pada seorang lelaki bertubuh kekar.

Lelaki itu tampak kesal karena dirinya selalu terkena omelan dari atasannya itu. Padahal, ia sudah melaksanakan tugasnya dengan baik atau paling mendekati baik, namun tetap saja ia terkena omelan atasannya.

"Sudah sana keluar dari ruangan saya!" Perintah Sierra.

Lalu lelaki itu pergi dari ruangan Sierra. Sierra kesal karena lelaki itu tidak bisa menemukan Divan. Padahal ia sudah banyak kerahkan anak - anak buahnya, namun nihil.

Sebenarnya Sierra tidak tau bahwa Divan kuliah diluar negeri. Karena pada saat itu ia juga sedang diluar negeri menjalani pengobatan karena ia terkena penyakit kanker otak stadium awal dan kini telah sembuh.

S

ierra berjuang melawan penyakitnya itu demi kembali bersama Divan. Namun setelah ia sembuh dan kembali ke tanah air, ia malah dijodohkan oleh orangtuanya dengan laki - laki sedikit lebih tua darinya.

Sejujurnya ia menolak, namun ia tak ingin menolak secara kasar karena ia takut mengecewakan orang tuanya. Jadi perlahan ia akan cari cara agar perjodohannya segera dibatalkan. Menurutnya, satu - satunya cara agar batal yaitu Divan.

"Pokoknya bagaimana pun caranya, gue harus dapetin Divan. Gak ada yang bisa misahin gue sama dia." Ucap Sierra pada dirinya sendiri.

***

Sepasang suami istri itu tampak bahagia karena kini usia kandungan Sherly berusia lima bulan. Artinya, empat bulan lagi anak mereka akan lahir ke dunia dan lengkaplah keluarga mereka. Suara tangis bayinya itu pasti akan meramaikan rumah mereka, jadi tidak kesepian lagi.

Sherly dan Panca semakin hari, semakin mesra. Entah mengapa, mungkin karena memiliki anak.

Pernah waktu itu, malam pukul 10 Sherly meminta buah pepaya, yang katanya permintaan si bayi. Akhirnya Panca mencari buah pepaya itu padahal pasar didekat rumahnya tentu sudah tutup dan akhirnya ia membeli disupermarket yang sedikit jauh dari rumahnya.

Tapi itu semua bukanlah hal yang menyusahkan bagi Panca. Justru ia dengan sangat senang menuruti semua permintaan sang bayi dan istrinya itu. Meskipun terkadang ia lelah sehabis kuliah.

Sherly juga sering mengecek kandungannya kedokter kandungan. Dan hasilnya bayinya sehat.

"Ma, nanti anak kita kasih nama apa ya?" Tanya Panca.

"Terserah kamu yang penting bagus. Yang memberi nama anak itu yang wajib dari Ayahnya." Jawab Sherly.

"Hehe, iya deh Ma."

*******
Hallo guys.
Baca juga ya ceritaku yang judulnya Loving You.
Disana juga open rp loh.

Oh ya yang mau masuk grup chat line Adina dan Divan. Chat aku yaa.

Adina Dan DivanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang