Adivan 29

10.1K 352 8
                                    

"Rayya bebas!" Pekik Adina.

Semua orang yang berada disekitarnya langsung menoleh dengan tatapan banyak pertanyaan. Namun perempuan yang ditatap tak peduli, saat ini yang ia pikirkan hanya musuhnya itu.

Seorang adik pembunuh dan seorang pencelaka dengan mudah dan cepatnya bebas dari penjara?

Adina geram, ia sibuk mencari cara agar bisa menjebloskan Rayya kembali ke penjara, apapun itu caranya. Dendamnya selama ini belum cukup terbalaskan.

Dengan langkah penuh dendam ia melangkah pergi dari keramaian kantin, tujuan awal mencari Rayya atau kedua meminta kepada pihak kepolisian untuk lebih lama lagi memenjarakan Rayya.

Adina juga takut, musuhnya itu berbuat diluar dugaan. Entah diantaranya siapa yang akan jadi sasarannya, tak ada yang tau. Sesegera mungkin, Rayya harus segera ditemukan dan dipenjarakan kembali.

"Sialan!" Umpat Adina.

Ia segera memberitahu kabar ini kepada semua sahabatnya dan juga Divan. Awalnya mereka terkejut tau hal itu dan mereka juga nanti akan menyusul membantu Adina untuk mencari Rayya.

"Adina, tunggu!" Panggil Rey.

Langkah Adina pun terhenti, ia menoleh dan mendapati Rey yang sedang membawa banyak peralatan lukisnya.

Kalian perlu tahu bahwa cowok satu ini alias Reynaldi suka melukis.

Rey yang merasa ditatap aneh dengan Adina, menyengir dan menggaruk kepalanya yang tak gatal itu. Kemudian ia menarik lengan kanan Adina tanpa persetujuan sang empunya lengan. Adina pun pasrah tetapi ia punya ide terlintas, mengajak Rey untuk mencari Rayya.

Ternyata Rey mengajak Adina ke mobilnya untuk meletakkan peralatan lukisnya itu. Dan tanpa pikir panjang, Adina langsung menduduki kursi sebelah pengemudi lalu diikuti Rey yang duduk dikursi pengemudi.

"Mau kemana sih? Jalan - jalan sama gue ya?" Goda Rey sambil menaik - turunkan alisnya.

Lengan Rey ditampar Adina sedikit keras sehingga sedikit menimbulkan suara namun Rey hanya sedikit meringis.

"Sekarang gue harus cari seseorang yang berkeliaran. Lo harus bantuin gue," ucap Adina yang kali ini serius.

Rey mengangguk.

"Kalo boleh tau, dia berkeliaran kenapa? Kabur dari rumah sakit jiwa?" Tanya Rey polos.

Adina yang sedang serius memperhatikan layar handphonenya langsung menoleh dan melotot menatap Rey. Yang ditatap hanya memasang wajah polos, seketika tawa Adina pecah.

"Hahaha, bukan. Tapi dia keluar dari penjara dan gue mau balikin lagi dia ke penjara. Pertanyaan lo ada - ada aja." Jawab Adina yang masih tertawa.

Rey hanya bergumam tidak jelas kemudian ia mulai menjalankan mobilnya itu dengan kecepatan normal. Cowok itu hanya bersenandung mengikuti alunan musik lagu yang di putarnya sedangkan cewek disebelahnya sibuk mencari sesuatu yang berada disepanjang jalan.

Tanpa disengaja, mereka melewati tempat pemakaman umum dimana Rizki dimakamkan. Mata Adina membelalak dan langsung menepuk - nepuk lengan Rey agar segera berhenti.

Rey yang merasa sikap temannya itu aneh, sebenarnya ia penasaran apa yang terjadi. Namun, Adina terlihat fokus dengan pemandangan tempat pemakaman umum itu sehingga ia dihiraukan.

Adina buru - buru turun dari mobil Rey dan berlari memasuki makam itu. Rey yang melihat itu panik dan langsung turun dari mobil lalu mengejar temannya itu. Ia takut jika ada sesuatu hal yang terjadi.

Perlahan, langkah kaki Adina melamban, tubuhnya melemas dan wajahnya memerah menahan tangis. Ia langsung sedikit berlari menghampiri tanah gundukan yang ia rindukan itu. Dipeluknya, diusapnya, dan ia menangis sejadi - jadinya dihadapan batu nisan itu.

Adina Dan DivanWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu