Adivan 2

29.5K 1K 30
                                    

     Sepanjang koridor sekolah suara langkah kaki berbunyi riuh karena jam sudah menunjukkan pukul 6:35 dan itu artinya mereka sudah telat lima menit karena itu mereka berlari, termasuk Adina.

Adina berlari menuju kelasnya dengan langkah yang super lebar agar segera sampai di kelasnya. Sesampainya di depan kelas, ia langsung berhenti lari dan berjalan lunglai, mungkin ia terlalu lelah.

"Din, gue pikir lo gak masuk," ucap Sherly khawatir takut duduk sendiri.

"gue takut tau duduk sendiri." Lanjutnya.

Adina tidak menghiraukan ocehan Sherly karena ia sibuk mengatur nafasnya yang belum teratur. Detak jantungnya pun belum stabil.

Sherly hanya berdecak sebal melihat Adina tidak merespon dirinya.

Tak lama, Ibu Ani datang kekelas tapi kali ini ia tidak sendiri, melainkan dengan seorang pria bertubuh jangkung.

"Siapa dia?" pikir Sherly.

"Assalamu'alaikum, anak - anak." sapa Bu Ani ramah.
Murid murid pun membalas salam dari Bu Ani.

"Hari ini ada murid baru yang akan menjadi teman kalian." ucap Bu Ani tersenyum senang. Mungkin ia senang karena anak didiknya bertambah banyak. Entahlah.

"Silahkan perkenalkan dirimu nak," suruh Bu Ani pada anak baru itu.

Cowok itu pun mengangguk dan tersenyum, seketika cewek - cewek dikelas yang melihat cowok itu tersenyum langsung berteriak histeris.

"Nama gue Divan Reyno, gue pindahan dari Bandung." ujar cowok itu, Divan dengan wajah yang datar.

"Nama panggilannya siapa?"

"Udah punya pacar belum?"

"Minta pin BB nya dong Divan!"

"Sungguh indah ciptaanMu Ya Allah."

"Masya Allah pangeran berkuda."

Begitulah ucapan cewek - cewek MIA 3, yang kagum dengan Divan. Sedangkan yang ditanya hanya diam tak menjawab bahkan wajahnya tetap datar tanpa ekspresi.

"Sudah sudah, hmm Divan kamu duduk dengan... Adina, Sherly pindah kedepan duduk dengan Panca." suruh Bu Ani.

Sontak yang tadinya Adina sedang menenggelamkan wajahnya dimeja, langsung bangun dan kaget setengah mati. Sedangkan Sherly dengan berat hati, terpaksa menuruti perintah wali kelasnya itu.

Divan langsung duduk disamping Adina masih dengan wajah yang datar. Adina masih sebal dengan Bu Ani yang seenaknya memindahkan teman sebangkunya.

Divan yang merasa diperhatikan dengan teman sebangkunya menoleh, lalu Adina langsung membuang muka.

Sherly yang belum puas sedari tadi memandangi Divan, akhirnya ia memutar tubuhnya yang kebetulan dibelakangnya dimana meja Adina dan Divan.

"Hai Divan," sapa Sherly tersenyum.

Divan hanya menoleh namun tak membalas sapaan Sherly.

"Ekhem." deham Divan.

Divan bermaksud ingin berbicara dengan Adina, tetapi sepertinya Adina tak peka.

"Ehem." kali ini dehaman Divan lebih keras.

Adina menoleh ke Divan, alisnya bertaut seolah bertanya 'apaan sih?'.

"Semoga lo suka sebangku dengan gue," ucap Divan.

Adina mencebikan bibirnya, ia berpikir percaya diri sekali Divan. Yang ada ia tak akan betah sebangku dengannya.

"Yayaya, liat aja nanti," jawab Adina ketus.

Divan hanya diam tak menjawab.
Lalu mereka semua kembali beraktifitas yaitu belajar.

***

Istirahat pun tiba, seperti kemarin, Adina dan Sherly ingin ke kantin untuk makan disana.

"Divan mau ke kantin gak?" tawar Adina kepada Divan.
Divan hanya diam saja tak menjawabnya.

"Heh kalo orang nanya tuh dijawab, terus kita menghadap si lawan bicara ini malah diem aja!" Omel Adina sambil mendengus kesal.

Adina menghentakkan kakinya dan meninggalkan kelas yang diikuti Sherly.
"Dasar sombong!" pekik Adina sedikit keras.

Sherly yang sikap Divan acuh seperti itu hanya bisa menggelengkan kepala, dalam arti ia tak habis pikir sikap Divan seperti itu.

Lagi-lagi mereka duduk di pojok kantin, selain tidak begitu ramai disini juga ada angin sepoi - sepoi dan menghadap ke taman belakang sekolah.
Sherly membeli bakso dan jus jeruk sedangkan Adina membeli es jambu klutuk dan ia membawa bekal nasi goreng.

Tiba-tiba Adina menangkap seseorang dengan indera penglihatannya, orang yang membuat ia kesal. Siapa lagi kalau bukan Divan?

"Ngapain tuh orang kekantin merusak selera makan gue aja." ucap Adina dalam hati.

Sherly yang sadar dengan perubahan raut wajah sahabatnya itu langsung mengikuti arah mata Adina kemana ia melihat. Dan, yaps! Ternyata Divan yang membuat Adina seperti itu.

Tiba-tiba tanpa disadari Divan membawa semangkuk mie ayamnya dan duduk disebelah Adina dan Sherly makan. Adina langsung melotot tak percaya bahwa musuhnya duduk seenaknya.

"HEH LO NGAPAIN DUDUK DISINI?" tanya Adina kesal kepada Divan.

Yang ditanya diam tak menjawab.

"HEH DIVAN SIAPA YANG SURUH LO DUDUK SINI?!" tanya Adina lantang.

"Lo liatnya gue ngapain? Dan emang ada larangannya ya?" tanya balik Divan.

Adina yang sebal dengan Divan langsung pergi meninggalkan Sherly dan Divan, ia muak dengan Divan yang lagaknya sombong itu.

"Lo sih Van," gerutu Sherly.

Dengan cepat Sherly menghabiskan baksonya itu lalu ia menyusul Adina yang sudah entah dimana.

"Baru jadi anak baru aja gayanya sombong." Ucap Adina kesal. Rasanya ia ingin memaki Divan sekarang juga.

Sherly menenangkan Adina dengan mengelus punggung sahabatnya itu.
"Sabar, ini baru awal. Siapa tau aja nanti dia berubah, Din." ucap Sherly.

"Orang kaya gitu emang bisa berubah?" tanya Adina meremehkan.

Sherly mengedikan bahunya. Ia kualahan jika harus menenangkan Adina jika ia sedang kesal dengan orang lain. Jadi ia berusaha membujuk Adina walau hasilnya masih saja Adina marah.

***

Pulang sekolah tiba, tetapi hari ini Adina harus mampir ke supermarket dahulu karena Ibunya membutuhkan santan untuk masakannya itu. Ia ke supermatket sendiri karena Sherly harus segera pulang.

Setelah ia mendapatkan santan yang dibutuhkan, ia kekasir untuk membayarnya dan tiba tiba ia bertemu dengan Divan, si cowok menyebalkan bagi Adina.

Langsung saja setelah membayar ia keluar dari supermarket tetapi tangannya ditahan.

Adina menoleh ke asal tangan itu dan ternyata Divan, hatinya kesal jika ia melihat Divan.

"Mau kemana?"tanya Divan dengan wajah yang datar.

"Pulang." jawab Adina singkat.

"Kapan mau kerja kelompok?"tanya Divan.

Ya, mereka berkelompok. Kelompoknya dengan teman sebangku. Jadi Divan menanyakan hal itu.

"Dikumpulnya kan lusa, besok aja kerja kelompoknya gue harus buru - buru pulang." ucap Adina, tetapi sekarang ia terlihat tak begitu kesal.

Divan menangguk, "Dirumah gue ya?" tanya Divan.

Adina Dan DivanTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon