Adivan 11

15.6K 598 4
                                    

     Rizki mengalami geger otak? Tulang tangannya bergeser? Dan tulang kakinya patah? Bagaimana bisa terjadi seperti ini pada Rizki? Apa yang sebenarnya terjadi?

Adina shocked dan hampir tak sadarkan diri, ia terjatuh namun ditangkap oleh Divan lalu dibawa ke tempat duduk dan Sherly merengkuh Adina. Ia tau sahabatnya pasti sangat sedih mengetahui orang yang ia sayang seperti itu. Apa itu karma untuk Rizki dari Tuhan karena telah menyia-nyiakan Adina? Tapi Adina tidak meminta karma untuk Rizki.

Divan langsung berlari menuju kantin dan membeli air mineral untuk Adina, ia kembali lagi ke Unit Gawat Darurat dimana tempat Rizki berada. Lalu Adina ditenangkannya dengan air mineral itu.

Divan tidak sedih, tidak juga senang. Ia tak tau harus berkata apa, bersikap apa. Yang pasti tadi ia patah hati karena Adina terlihat sangat khawatir dengan Rizki hingga ia lupa dibelakangnya ada orang yang setia.

Divan mencoba menepis rasa itu, bukan waktu yang tepat untuk dendam. Yang harus ia lakukan sekarang, menenangkan orang yang ia cinta, menguatkannya, dan bersedia menjadi pundaknya ketika ia menangis.

"Din, jangan nangis terus. Itu semua udah jalan dari Tuhan. Kita harusnya doakan Rizki biar cepet sembuh, bukan nangis. Plis, gue sedih liat lo nangis." Ucap Divan. Baru kali ini ia berbicara panjang.

Adina terpaku saat menoleh dan menatap mata almond Divan. Jantungnya berdegup kencang namun ia merasa nyaman. Seketika rasa sedih itu berkurang setelah menatap mata almond si wajah datar. Adina menangguk dan tersenyum.

"Iya Van. Makasih udah nenangin gue." Ucap Adina tersenyum manis.

Divan sangat menyukai senyuman Adina yang manis, itu suatu moodbooster baginya. Lalu ia mengangguk dan mengacungkan jempol tangan kanannya.

"Divan, tadi lo yang ngomong?" Tanya Sherly tak percaya.

Divan mengangguk.

"Aaahh, akhirnya Divan bisa ngomong banyak!" Pekik Sherly gembira.

Adina tertawa kecil melihat Sherly seperti itu dan ia baru sadar, tadi Divan pertama kalinya berbicara sebanyak itu. Lalu Divan ikut tertawa kecil, selain tertawa karena Sherly yang heboh, ia juga senang bisa melihat Adina tertawa.

"Oiya lo udah makan siang?" Tanya Divan.

Adina menggeleng. Lalu Divan pun ikut menggeleng. Ia bukan menjawab pertanyaannya sendiri tapi ia tak habis pikir, padahal ini sudah pukul 2 sore, jadi ternyata Adina belum makan siang disekolah tadi.

Divan membawa Adina yang diikuti Sherly kekantin. Sepertinya mereka lapar, karena daritadi mereka belum memakan nasi.

Tling
You have a message

From : mama♡
Adina, kamu dimana?

"Siapa Din?" Tanya Sherly kepo.

"Mama gue, Sher." Jawab Adina dan Sherly mengangguk.

To : mama♡
Aku dirumah sakit ****** ma, lagi jenguk mamanya Divan. Terus Rizki lagi diruang UGD, jadi sekalian aku jenguk dia, ma.

Send

Sent

Setelah mereka susah makan siang dikantin, akhirnya mereka kembali ke Unit Gawat Darurat. Mereka ingin memastikan apakah Rizki sudah siuman atau belum.

"Rizki udah bangun belum ya?" Tanya Adina pada Sherly.

"Enggak tau Din. Coba aja kita masuk kedalem." Jawab Sherly dan Adina menyetujuinya. Lalu mereka masuk ke ruang UGD dikuti Divan.

Adina melihat Rizki dengan tatapan iba, ia mulai meneteskan bulir - bulir air matanya. Lalu ia duduk disebelah brankar Rizki.

"Ki.. kenapa lo kaya begini?" Tanya Adina sambil memegang telapak tangan kiri Rizki.

"Kii... sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa lo bisa parah kaya gini?" Tanya Adina dengan tatapan sendu.

"Ki jawab pertanyaan gue.. bangun.." ucap Adina seperti orang gila berbicara sendiri.

"Ki.. lo emang gak kasian liat gue nangis? Katanya dulu lo bilang lo gak suka kalo liat cewek nangis..." ucap Adina lirih.

Adina hanya bisa menangis dan menangis. Rizki belum siuman dan entah kapan akan siuman. Ternyata sesakit itu ia melihat Rizki seperti itu? Lebih sakit melihat Rizki seperti itu dibanding diduakan Rizki?

Sherly melihat Adina sangat terpuruk itu, segera merengkuh Adina dan memeluknya seolah menyalurkan kekuatan menghadapi kenyataan yang buruk bagi Adina.

Terkadang hidup memang penuh lika liku, terkadang baik dan terkadang buruk. Kita sebagai manusia hanya dapat menjalani skenario Tuhan. Dia membuat skenario pasti yang terbaik untuk semua ciptaan - Nya.
Adina tau itu, ia harus mencoba menjalani kehidupan ini walau terkadang putus asa. Tapi ia punya Tuhan, yang tak akan membiarkan umat - Nya dalam keadaan sulit.

Lalu Adina melepaskan pelukannya dengan Sherly dan berbalik menghadap Rizki.

"Rizki, gue kangen elo. Gue mau liat lo senyum lagi sama gue." Ucap Adina tersenyum sedih.

"Ki... lo gak kangen gue ya? Kok lo gak bangun?"

Divan yang mendengar itu tersenyum miris. Ia tak menyangka bahwa Adina seperti itu, merasa kehilangan separuh jiwanya. Harusnya ia sadar, Adina itu hanya menaruh hati pada Rizki, bukan dirinya.

"Ki... bangun...." ucap Adina lirih.

Divan yang tidak sanggup lagi melihat Adina seperti itu langsung keluar menuju kamar mamanya.

"Divan, kamu dari mana?" Tanya mamanya Divan.

"Luar ma." Jawab Divan.

"Kamu kenapa mukanya ditekuk gitu ada masalah?" Tanya mamanya Divan sepertinya ia bisa membaca raut wajah anaknya.

Divan hanya menggeleng.

"Cerita sama mama, kamu kenapa nak?" Tanya mamanya Divan sambil mengelus lembut rambut Divan.

Divan menghembuskan nafas dengan kasar.

"Sakit gak sih ma, orang yang kita sayang malah sayang sama orang lain?" Tanya Divan menghela nafas. Lalu ia melanjutkan pembicaraannya lagi.

"Tapi orang lain itu kayak ngasih harapan palsu gitu sama si cewek, terus taunya dia malah berduaan sama cewek lain dibelakang si cewek yang aku sayang..."

Mama Divan tau maksud Divan, lalu ia mengelus telapak tangan Divan.

"Anakku sayang, jadi kamu lagi suka sama cewek?" tanya Mama Divan, lalu Divan menangguk.

"Sakit sih menurut mama. Tapi namanya perempuan kalo udah sayang sama laki - laki akan terus bertahan walaupun udah disakiti." Ucap Mama Divan.

"Tapi, kalo perempuan itu udah capek sama sikap laki - laki itu yang udah sakiti dia, cuek sama dia. Perempuan itu akan berhenti bertahan. Jadi, kalo perempuan yang kamu suka udah berhenti bertahan, kamu harus menggandengnya dan membawanya menuju kebahagiaan, terus kamu buat dia jadi jatuh hati sama kamu." Ucap mama Divan memberi nasehat.

Divan mengangguk mengerti. Benar kata Mamanya, jadi ia harus menunggu Adina hingga ia lelah bertahan, lalu ia membuat Adina agar jatuh hati padanya.

"Emangnya kamu suka sama siapa, Van?" tanya mama kepo sambil mengedipkan sebelah matanya bertanda meledek Divan.

"Sama Adina ma." Jawab Divan.

Mama Divan terkejut dan kembali menetralisir rasa kagetnya. Kemudian ia tersenyum kecil.
"Oh jadi Adina. Kalo sama Adina sih, mama setuju." Ucap Mama Divan.

"Iya ma, makasi ya ma." Ucap Divan lalu Divan memeluk mamanya.

Adina Dan DivanHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin