Adivan 8

17.8K 681 22
                                    

     Gadis manis itu terlihat senang, ia tak berhenti mengulas senyumnya semenjak kemarin. Kemarin? Semenjak Rizki mengungkapkan rasanya itu, Adina seperti ini. Wajar, abg jatuh cinta.

Sherly pun bingung melihat Adina seperti itu. Memang Sherly belum dikasih tau oleh Adina tentang kejadian kemarin. Soalnya Adina sibuk memikirkan kejadian kemarin dan berkhayal.

Sherly yang sangat penasaran tak dapat lagi membendung penasarannya itu. Ia segera menghampiri Adina dan melambai - lambaikan tangannya didepan wajah Adina.

Adina tidak merespon.
Sherly takut seperti waktu itu Adina hanya senyum - senyum sendiri. Diajak berbicara juga ia tak merespon.

Sherly langsung memegang kening Adina.

"Astaghfirullah, Adina! Kening lo panas!" pekik Sherly.
Adina masih belum bergeming.

Sherly yang panik langsung memanggil Ibu Ratih, yang sedang mengajar dikelas.

Divan melihat Adina yang seperti itu hanya diam. Ia juga tak tau kenapa, teman sebangkunya melamun terus. Jadi ia cuek saja.

"Ibu! Adina panas!" seru Sherly.

Ibu Ratih langsung ke meja Adina dan menyentuh dahi Adina. Ia mencoba berkomunikasi dengan Adina. Lagi - lagi Adina tak bergeming.

Divan takut Adina terjadi sesuatu yang tak diinginkan. Ia langsung menangkup wajah Adina dan menatapnya.

"Adina? Lo kenapa?" tanya Divan lembut.

Adina langsung tersadar. Ada seseorang yang berhadapan dengannya.

"Divan?" tanya Adina bingung sambil mengerjapkan matanya.

"Lo kenapa Din?" tanya Divan lembut.

Jantung Adina berdegup kencang saat menatap mata almond Divan. Entah mengapa ia nyaman saat melihat mata itu.

"Engg.. Engga apa - apa kok." jawab Adina gugup. Lalu ia melepaskan tangan Divan yang menangkup wajahnya itu. Kemudian ia tersadar, Ibu Ratih berada disebelahnya dan ia menjadi pusat perhatian teman - teman sekelasnya.

"Ini ada apa?" tanya Adina bingung.

"Kamu sakit nak?" tanya bu Ratih.

Adina menggeleng.

"Kalo gitu, kamu bisa belajar kembali?" tanya bu Ratih.

Adina mengangguk. Lalu semuanya kembali seperti semula. Adina kembali memperhatikan Bu Ratih mengajar.

"Lo tadi kenapa, Din?" tanya Divan penasaran.

Adina hanya menggeleng. Ia takut jantungnya tak terkendali lagi. Entah mengapa, ia pun bingung mengapa setiap Divan bersikap lembut padanya, jantungnya berdegup kencang.

"Aneh." gumam Divan, tetapi Adina masih bisa mendengar.
Adina hanya mendengus kesal.

Kringggg
Bel istirahat berbunyi. Seperti biasa, Adina dan Sherly kekantin untuk makan. Tetapi entah sejak kapan, Divan ingin ikut bersama mereka ke kantin.

Sesampainya dikantin, Adina sudah menempati meja dipojok, Sherly dan Divan memesan makanan. Adina terlihat sangat antusias, ia sedang mencari keberadaan seseorang. Siapa lagi kalau bukan Rizki?

"Aduh, Rizki mana sih?" gerutu Adina.

Degg
Divan mendengar kata Adina. Entah kenapa ada rasa sesak dihatinya.

"Eh Divan." ucap Adina menyengir.

Divan hanya diam menatap taman sekolah dengan datar.
Ia seolah tak ada apa - apa dan tak perduli. Entah, apakah Adina orang yang tidak peka?

Adina Dan DivanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang