Adivan 27

10.3K 390 8
                                    

Disebuah gedung mewah bertingkat suasana ramai berlangsung. Banyak orang - orang berbondong - bondong memasuki gedung tersebut, mulai dari yang muda hingga separuh baya dan ada yang bersama teman - temannya maupum bersama pasangan.

Kedua pasangan suami - istri itu sudah sibuk melayani para tamu yang berdatangan di resepsi pernikahannya. Wanita itu tampak cantik nan anggun dan laki - laki disampingnya terlihat lebih tampan dari seperti biasanya. Kini mereka sudah resmi menjadi pasangan suami dan istri, yakni Sherly dan Panca.

Menikah diusia muda?

Banyak diluar sana yang menikah pada usia dini, entah karena agar terhindar dari maksiat, kemauan orang tua atau terpaksa karena keadaan. Memang hal ini cukup berat, apalagi diusia muda belum cukup pengetahuan dalam hal pernikahan.

Namun, saat malam itu Sherly diminta orangtuanya untuk menikah, memang awalnya ia shock. Tapi karena pada saat itu ia di telepon oleh Panca, ia meyakinkan Sherly bahwa ia bisa menjalani kemauan orangtuanya. Dan akhirnya Sherly yakin bahwa ini jalan yang terbaik untuknya. Panca juga meyakinkan Sherly bahwa pernikahan merupakan ikatan perempuan dan laki - laki yang sah. Jadi mereka tidak perlu takut putus atau lain - lain.

Bagi Panca menikah dengan Sherly merupakan anugerah terindah, maka pada saat orang tua Sherly meminta untuk ia dan Sherly segera menikah, ia setuju.

"Akhirnya nikah juga," ledek Adina. Sherly yang diledek seperti itu wajahnya memerah malu.

"Selamat ya bro, semoga jadi pasangan sakinah mawadah warohmah." Ucap Divan sambil berjabat tangan dengan Panca.

"Makasih bro, cepet nyusul ya!" Seru Panca dan membuat Adina menunduk menahan malu.

Divan dan Adina berlalu meninggalkan kedua sahabatnya itu menuju kursi. Gadis itu masih menunduk mengingat ucapan Panca, Divan tau itu.

Dengan santainya ia membisikan ditelinga kanan Adina,"Nanti ya, kalo aku udah sukses aku lamar kamu.".

Jantung Adina berdegup kencang tidak terkendali bahkan ia tak berani mendongak dan sekedar menoleh ke Divan. Divan sukses membuat Adina bahagia.

Divan menangkup wajah Adina yang masih menunduk lalu menatap dalam mata sendu gadisnya. Terlihat jelas kebahagiaan yang saat ini dirasakan Adina, dan sebuah senyuman terlukis pada wajah tampan Divan.

"Aku janji nanti aku akan lamar kamu," ucap Divan lalu kedua tangannya beralih memegang kedua tangan Adina.

Adina tersenyum malu, jantungnya berdegup semakin tak terkendali. Divan yang melihat tingkah Adina salah tingkah tertawa kecil.

"Adina?"

Merasa terpanggil ia menoleh ke asal suara tersebut.

"Rey? Ngapain?" Tanya Adina bingung.

Reynaldi menghampiri Adina dan duduk dikursi sebelahnya. Divan yang melihat itu bingung tetapi ia ingin melihat apa yang akan dilakukan Rey.

"Gue diundang Panca ke pernikahan dia, yaudah deh gue dateng. Masa temen nikah gue diundang gak dateng? Oh iya, disebelah lo siapa?" Tanya Rey penasaran.

Divan yang mendengar pertanyaan Rey langsung mendengus kesal.

"Dia--" ucapan Adina terpotong.

"Gue Divan, calon suami Adina." Tegas Divan.

Adina mencebikan bibirnya dan Rey pun melotot kaget. Divan hanya tersenyum miring diatas kemenangan.

"Sejak kapan Adina mau nikah?" Tanya Rey sarkastik.

Adina mencubit tangan Rey hingga berbekas berwarna biru lalu Rey pun meringis dan merenggut kesal. Wajah Divan yang kesal seketika berubah menahan tawa.

***

Malam yang sepi, ombak berdebur, dan angin malam yang dingin menemani Adina dan Divan yang sibuk dengan pikirannya masing - masing. Saat ini mereka berada di pantai, kemauan Adina karena hari ini Sabtu malam.

Adina sibuk memikirkan jika ia menjadi seperti Sherly, akankah ia bisa menjadi ibu pada usia muda.

Dan Divan sibuk menunggu Adina yang melamun karena memikirkan hal itu.

Divan mulai jengah, ada ide konyol yang terlintas diotaknya. Ia pun mengambil kepiting mainan anak - anak yang terbuat dari karet yang tergeletak diatas pasir entah milik siapa lalu ia melemparkan kepiting mainan itu kearah Adina. Dan dengan refleks, Adina kaget dan berteriak histeris sedangkan Divan tertawa terpingkal - pingkal.

Adina yang sadar dijahili Divan, langsung melemparkan sandalnya ke wajah Divan namun ia bisa menghindari serangan Adina.

Gadis itu berteriak kesal karena dijahili pacarnya dan lemparan sandalnya dapat dihindari. Divan semakin tertawa terpingkal - pingkal bahkan tertawa sambil menggulingkan tubuhnya diatas pasir.

"Divan sialan!" Umpat Adina kesal.

Akhirnya Divan menyudahi tawanya dan menghampiri Adina yang sedang memanyunkan bibirnya. Dengan gemas, ia mencubit kedua pipi kekasihnya itu lalu menggandeng Adina menuju kedai es krim.

"Jangan manyun gitu dong, gemes tau jadi pengen itu." Ucap Divan sambil memonyongkan bibirnya.

Adina yang melihat itu langsung menepuk bibir Divan lalu tertawa terpingkal - pingkal. Divan hanya bisa menggerutu sambil memegangi bibirnya yang sakit akibat ditepuk Adina.

"Lagian sih kamu pikirannya," kata Adina yang masih tertawa.

Dua es krim vanila itu sudah berada ditangan mereka berdua. Mereka memakan es krim itu dengan penuh canda, mereka saling mencolek es krim ke wajah mereka bergantian.

Sedangkan dibalik batu karang itu ada yang terluka, tepatnya bagian hati. Ia terluka melihat orang yang disukainya bersama laki - laki lain, yang tak lain kekasihnya.

Rey hanya bisa berdiam diri, tak bisa menggantikan posisi Divan agar bisa berdua dengan Adina. Itu tak akan bisa.

Rey kecewa dengan perasaannya, mengapa lagi - lagi ia harus memiliki rasa pada wanita yang sudah memiliki kekasih?

Mungkin Rey harus mundur. Karena cinta yang tak terbalas itu menyakitkan apalagi ia sudah bahagia bersama orang lain. Lebih baik menghapus rasa itu, jangan sampai terlalu dalam memendam rasa itu.

****
HALLO! MAAF AKU BARU NEXT SOALNYA AKU SIBUK UDAH KELAS XII HEHE. MOHON MAKLUM SAJA😌.

Adina Dan DivanDove le storie prendono vita. Scoprilo ora