Adivan 26

11.6K 386 9
                                    

"Huftt," eluh Adina saat ia sedang mengerjakan tugas kuliahnya.

Saat ini ia berada di kantin kampus, tapi ia tidak sendiri melainkan bersama teman sekelasnya. Tetapi mereka sedari tadi tampak tidak berkomunikasi sedikitpun, aneh memang karena Adina tidak mau diganggu oleh temannya yang menurut dirinya ribet.

Laki - laki itu hanya menggerutu disebelah Adina karena ia hanya diam bak patung. Jika saja ia tak menyukai perempuan itu, sudah pasti ia tak akan mau menemani dan berdiam diri disini.

Reynaldi, sejak awal ia mulai menaruh hati pada Adina. Tapi kenyataannya, Adina tidak peka terhadap dirinya. Padahal banyak sekali yang dilakukan laki - laki itu yang menunjukkan bahwa ia menyukai gadis itu. Entah, mungkin Adina salah satu gadis yang tidak peka didunia ini. Dahulu Divan yang sudah menyatakan perasaan pada dirinya saja, ia seolah seperti tak ada sesuatu. Sebut saja Adina, perempuan tidak peka.

"Din, ini diminum dulu esnya." Reynaldi jengah dengan Adina yang terlalu sibuk dengan tugas di laptopnya itu, akhirnya ia menyodorkan sebotol es teh.

Adina hanya mengangguk, tak menoleh sedikit pun kearah Reynaldi. Laki - laki itu hanya bisa menggeleng - gelengkan kepala.

Kenapa sih bisa suka sama makhluk gak peka?

Reynaldi mengelus dadanya sendiri, "Sabar," gumamnya.

Orang - orang yang berada disekitarnya melihat Reynaldi dengan tatapan aneh. Ia hanya komat - kamit tidak jelas kepada mereka.

"Selesai!" Seru Adina seraya menutup Laptopnya itu.

Reynaldi langsung menoleh dan bernafas lega, akhirnya penderitaan ini usai. Adina langsung menyeruput es teh yang diberikan Reynaldi itu. Diam - diam Rey tersenyum, bisa melihat gadis yang ia suka merupakan hal terindah baginya, walau gadis itu tidak peka.

Adina yang merasa diperhatikan hanya mengendikan bahunya lalu melanjutkan menikmati es teh itu.

"Rey?" Teriak seseorang yang membuat Adina tersedak padahal air teh itu tinggal sedikit.

Reynaldi yang panik langsung memukul pelan punggung Adina yang menurutnya jika orang tersedak harus seperti itu.

Adina memberenggut sebal diperlakukan seperti itu, lalu ia hendak berdiri namun seseorang memanggilnya.

"Adina kan?" Tanya seorang perempuan.

Adina menatap perempuan itu bingung.

"Lo lupa? Astaga, gue Sierra. Mantannya Divan." Ucap Sierra sambil menyalami Adina.

Adina tak membalas salam Sierra, bahkan ia menepisnya. Wajahnya berubah menjadi marah, Reynaldi yang menyadari itu langsung membawa Sierra menjauh.

"Lo ada apaan sih sama Adina?" Tanya Reynaldi penuh penekanan.

"Gak ada apa - apa," jawab Sierra santai.

"Gak mungkin, kalo gak ada apa - apa, dia gak bakal kaya gini!" Tegas Reynaldi.

"Oke oke, dia itu pacarnya mantan gue. Emang kenapa sih? Gak ada salahnya kan gue tadi nyapa dia?" Tanya Sierra seolah tidak terima.

Reynaldi kaget dengan penjelasan Sierra, dirinya tiba - tiba terasa sesak. Pikirannya kosong melayang entah kemana, entah mengapa ia seperti tersambar petir saat mengetahui hal itu. Ia baru tau bahwa Adina sudah memiliki kekasih.

Sierra yang bingung melihat reaksi Rey langsung menepuk pundak Rey sedikit keras hingga Rey meringis.

"Apa sih?!" Ucap Rey kesal. Kemudian Rey meninggalkan Sierra lalu menghampiri Adina dan membawanya ke kelas.

Adina Dan DivanWhere stories live. Discover now