Adivan 13

14.8K 520 13
                                    

Dua minggu berlalu, dan Rizki masih tidur dalam keadaan tenang. Sepertinya ia lelah dalam hidupnya itu, jadi menurutnya lebih baik ia tidur dengan tenang dan damai.

Adina semakin takut seandainya Rizki keadaannya memburuk, ia tak pernah letih berdoa agar Rizki kembali pulih atau sekedar membuka matanya, ia rindu manik mata yang ia cintai.

Adina sendiri diruangan Rizki, Sherly mungkin sebentar lagi akan datang dan menemani Adina.

Ohya, mengapa Adina, Sherly dan Divan yang sering menjenguk bahkan menemani Rizki dirumah sakit? Orang tua Rizki sudah lama meninggal, keluarganya hanya tersisa nenek dan kakeknya. Sanak keluarga lainnya entah hilang kemana.

Rizki tinggal dirumah neneknya, dan dia dibiayaakan hidup dengan warisan ayahnya.

Adina tau siapa orangtua Rizki, bahkan mengenalnya. Karena Adina mengenal Rizki sudah sejak SMP kelas 2. Pada waktu itu kedua orang tuanya masih ada, namun karena ada sebuah kecelakaan, mereka berdua akhirnya meninggal, dan kini Rizki menjadi Yatim Piatu.

Itulah alasan Adina mengapa ia tidak terima diminta Sherly agar jaga jarak dengan Rizki. Selain karena Adina mencintai Rizki, ia juga sudah tidak memiliki orangtua.

Pernah sewaktu itu Rizki sangat merindukan kedua orangtuanya, bahkan ia mencoba menabrakan dirinya ke pohon besar dijalan raya, untung saja warga sekitar langsung membawa Rizki kerumah sakit. Rizki ingin sekali bertemu orangtuanya bahkan sangat.

"Rizki?!" Ucap Adina tersentak saat mengingat Rizki ingin membunuh dirinya.

Adina langsung memengang tangan Rizki dan menaruhnya tepat pada pipi kirinya seolah menopang wajah Adina. Air mata itu keluar lagi, seolah menemani Adina bersedih hati.

"Rizki... bangun. Jangan tidur mulu Ki... gue sayang elo.." lirih Adina.

"Ki.. jangan pergi duluu... gue gak mauu, kasih gue waktu kalo lo bener bener mau pergi untuk buat kenangan antara kita. Biar gue selalu kenang elo.." ucap Adina dan kini tangisnya terdengar sangat memilukan.

"Rizki Ardiansyah, I love you.." ucap Adina berbisik ditelinga Rizki.

Tiba - tiba, jari jari tangan Rizki bergerak, Adina yang melihat itu tersentak dan tersenyum bahagia.

"Rizki!?" Pekik Adina.

Sedangkan yang dipanggil hanya tersenyum. Ia senang saat membuka matanya setelah koma beberapa minggu yang pertama ia lihat adalah orang yang ia cintai, yakni Adina.

"Lo beneran udah bangun kan Ki?" Tanya Adina lalu mendekatkan kepalanya ke kepala Rizki.

Adina memeluk kepala Rizki yang bulat itu, bagi Adina itu sudah memasuki kesukaannya memeluk kepala Rizki. Ia mengelus kepala Rizki sedangkan sang empunya kepala terkekeh geli.

"Alhamdulillah, akhirnya lo udah sadar! Gue kangen tau sama lo." Ucap Adina bahagia.

"Gue lebih kangen sama elo, Din. Maaf udah bikin lo khawatir." Ucap Rizki pelan.

Adina mengangguk lalu tersenyum.

'Gue sadar dari koma karena dialam bawah sadar gue ada kejadian yang gak ngenakin, gue takut Ronald jahatin lo Din.' Ucap Rizki dalam hati.

"Ki, kok bengong?" Tanya Adina bingung.

"Emm, enggak. Oiya gue tadi denger lo, lo bisik bisik bilang apa tuh tadi." Ledek Rizki.

Pipi Adina memanas, wajahnya memerah seperti tomat. Ia malu karena tadi bicara seperti itu, apalagi tepat di telinga Rizki.

'Aduh, malu deh gue.' Gumam Adina pelan.

Adina Dan DivanWhere stories live. Discover now