Adivan 1

36.8K 1.2K 57
                                    

Langkah kaki guru yang akan mengajar di kelas X MIA 3 terdengar jelas sehingga membuat murid - murid kelas itu tegang. Tidak, mereka tegang karena pertama kali belajar dengan guru baru bukan karena gurunya killer.

Tetapi, ada satu orang yang masih asik dengan handphone nya. Adina gemas dengan cowok itu rasanya ia ingin memarahinya. Tapi ia malu karena belum kenal kalau tiba tiba marah nanti dikiri sok kenal sok dekat. Akhirnya ia urungkan niatnya itu.

"Assalamu'alaikum," ucap Ibu Ani, wali kelas X MIA 3.

"Waalaikumsalam," jawab murid murid serempak.

Ibu Ani adalah guru Biologi. Biologi pelajaran kesukaan Adina. Sepertinya Adina akan tambah bersemangat dengan pelajaran itu.

Pelajaran pun berakhir, waktu istirahat pun tiba. Sherly yang sedang lapar itu merengek agar Adina mau ke kantin menemaninya jajan. Akhirnya Adina mau menemani Sherly walaupun ia membawa bekal dari rumah, katanya biar lebih higienis.

"Hai cantik."

"Sstt ssttt kiw."

"Eh ada si manis."

"Ya Allah, senyumnya bikin abang diabetes."

Banyak suara - suara orang iseng yang memanggil Adina seperti itu. Wajar dirinya menarik bagi kaum Adam, karena Adina cantik, kulitnya sedikit kecoklatan, berwajah manis, tinggi dan ramah.

Adina hanya membalas mereka dengan senyum manisnya dan membuat kaum Adam yang melihatnya kagum.

"Kayaknya dikit lagi sahabat gue jadi terkenal nih." kata Sherly tertawa pelan sambil menyenggol lengan Adina.
Lagi lagi Adina memperlihatkan senyum yang manis itu.

"Lo bisa aja Sher, hahaha." jawab Adina tertawa.

Adina dan Sherly mengambil tempat duduk dikantin disebelah pojok karena memang disanalah yang sepi. Sherly tidak terlalu suka dengan keramaian karena itu ia memilih dipojok.

"Sher, gue pengen banget punya cowok yang cerewetnya sama gue doang, senyumnya buat gue doang, perhatian dan romantis gitu sama gue Sher. Tapi cowok jaman sekarang mah sama cewek mana aja juga baik, maksudnya kaya PHPin cewek cewek, suka tebar pesona, heh." ucap Adina sambil membayangkan sosok yang diidamkan.

Sherly tertawa kecil saat melihat sahabatnya yang sudah lama jomblo itu ingin mempunyai pacar seperti keinginannya. Adina dulu mempunyai pacar tetapi ia suka tebar pesona dengan cewek - cewek lain. Adina yang tidak suka hal itu langsung memutuskan hubungannya itu. Dan sejak itu ia jomblo.

"Oiya Sherly, gimana keadaan Rival?" tanya Adina, Rival itu pacarnya Sherly.

"Hm baik kok," jawab Sherly.

Adina mengangguk pertanda ia paham dengan jawaban Sherly.

"Hei Sherly!"

Adina dan Sherly sontak menoleh keasal suara berat itu. Ternyata suara itu milik Panca.

"Eh Panca." ucap Sherly.

Panca duduk di bangku sebelah Sherly sambil membawa semangku mie ayam, ya karena mereka sudah kenal sejak SMP. Sedangkan Adina hanya kenal tanpa tau lebih dalam lagi.

"Boleh kan gue gabung? abisnya gue liat lo berdua doang ya biar seru gue kesini deh." kata Panca lalu ia mulai memasuki mie ayamnya ke dalam mulutnya.

Panca, bisa dibilang ganteng, tinggi, rambutnya yang modis, dan bibirnya yang eksotis. Jadi dia bisa dibilang manis tepatnya.

"Oiya Din, gue belom kenal lebih dalem sama lo. Boleh dong kalo gue berteman dengan lo juga." kata Panca tersenyum.

"Ahahaha iya boleh lah Pan, lo temen gue kok, santai." jawab Adina tertawa geli.

Panca dan Sherly juga ikut tertawa. Akhirnya setelah mereka semua makan, mereka melanjutkan aktifitasnya yaitu belajar.

"Din, ini matematika matriks perkalian gimana sih?" tanya Sherly kebigungan saat mengerjakan soal yang diberikan Bu Ratih, guru matematika yang baik dan ramah tidak seperti guru matematika lain yang killer.

Adina melihat soal yang Sherly tanyakan. Ia mulai menjelaskan cara - cara mengerjakan soal itu. Sherly dalam pelajaran hitung - hitungan sedikit lemot dalam berpikir. Akhirnya Sherly pun mengerti.

"Siapa yang sudah selesai? Silakan kerjakan soal itu dipapan tulis." ucap Bu Ratih. Namun murid murid kelas X MIA 3 tak ada yang berani maju untuk menuliskan jawabannya.

Ibu Ratih menghela nafas. Ia memaklumi murid muridnya, memang dalam pelajaran bidangnya itu pasti banyak murid yang takut mengerjakan soal itu dipapan tulis.

"Baik kalo gitu saya panggil acak saja untuk maju kedepan menulis jawabannya." ucap Bu Ratih.

Kelas menjadi riuh, murid murid langsung panik karena ada yang belum mengerjakan satupun karena tidak mengerti ataupun malas. Ada juga yang sudah selesai namun ia berkeringat dingin mungkin karena gugup.
Sedangkan Adina hanya cuek dan santai ketika Bu Ratih mengatakan hal itu.

"Panca kerjakan nomor satu,"

"Adina kerjakan soal nomor dua,"

"Sherly kerjakan nomor tiga,"

"Amara kerjakan soal nomor 4,"

"Dan... Tian kerjakan soal nomor 5."

Mereka yang disebut namanya untuk mengerjakan soal dipapan tulis pun maju kedepan kelas. Sherly mengerjakan yang tadi ia tanyakan pada Adina, untung saja ia sudah kerjakan dan mengerti kalau tidak bisa mati kutu.

Adina dan Panca mengerjakan soal itu dengan santainya. Bahkan tak terlihat wajah yang gugup atau takut. Berbeda dengan Amara dan Tian yang gugup dan takut. Karena mereka tidak begitu paham dengan pelajaran itu.

Ibu Ratih memperhatikan jawaban murid muridnya itu yang dipapan tulis. Tatapan nya yang teliti dan tajam namun ia santai tak terlihat seram.

"Ya kalian benar semua." ucap Bu Ratih tersenyum.

Panca, Sherly, Amara dan Tian menghela nafas dengan senang. Karena jawaban mereka yang benar. Sedangkan Adina tersenyum dan teriak kesenangan.

"Silakan duduk nak." ucap Bu Ratih.

Bel pulang sekolah pun berbunyi, siswa siswi SMA Bakti Jaya berhamburan dari kelasnya. Adina dan Sherly pulang sekolah bersama karena rumah mereka sebelahan dan dekat dari sekolah sehingga mereka tidak perlu repot dijemput atau menunggu angkutan umum.

Hari yang menyenangkan bagi Adina dan Sherly dihari pertama menjadi siswa SMA Bakti Jaya.

Adina Dan DivanUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum