Adivan 6

18.6K 775 9
                                    

"Mama!" Pekik Adina setelah saling tatap dengan Divan.

Mama Adina hanya terkekeh saat melihat pipi anaknya yang berwarna kemerahan seperti sedang menahan malu atau biasa disebut blushing.
Divan yang juga melihat Adina seperti itu, di lubuk hatinya amat senang entah mengapa. Atau mungkin sekarang Divan suka dengan Adina?

"Makannya dilanjutin lagi dong, sayang." ucap Papa Adina mengingatkan.

Adina yang baru sadar karena sedari tadi ia tidak fokus, akhirnya ia langsung buru - buru memakan makanannya itu, hingga ada nasi yang menempel di dekat bibir Adina.
Divan yang melihatnya ingin sekali membersihkan wajah Adina, namun ia gengsi.

Tling
You have a message

RIZKI A

Adina, udah sampe dirumah nenek?

Adina menepuk dahinya, ia lupa mengabarkan sahabatnya atau tepatnya friendzone, bahwa ia sudah sampai dirumah nenek Aminah. Ia tertegun mengingat hubungannya dengan Rizki, masih belum ada kemajuan. Ia juga ragu bahwa Rizki juga mempunyai rasa yang sama padanya. Perlakuan Rizki kepada Adina seakan terhadap kekasih. Tapi Adina takut itu hanya harapan, bukan kenyataan Rizki membalas perasaannya.

"Ekhem.", Divan berdeham karena ia melihat Adina memandangi layar handphonenya dengan tatapan sedih.

Adina yang mendengar dehaman itu langsung merubah posisi duduknya. Lalu ia membalas pesan Rizki.

Udah dari tadi kok, Ki.

Adina langsung melanjutkan makannya. Divan bingung sebenarnya Adina kenapa. Tapi ia tak berani untuk menanyakannya. Karena ia memang orang yang dingin. Apa bisa Adina merubah diri Divan menjadi pribadi yang hangat?

Meong...
Meong...

Nana mengelus elus kaki Adina dengan ekornya yang panjang itu. Adina pun merasa geli, seperti dikelitiki. Nana dibawa kegendongan Adina.

"Nana mau ikutan makan? Tapi kan kamu udah ada makanannya disana.." ucap Adina sambil menunjuk makanan Nana.

Nana menghiraukan majikannya itu. Lalu ia berjalan diatas meja makan menuju Divan. Tenang saja, Nana tubuhnya selalu bersih jika ia kotor sedikit, Adina dengan cepat membersihkan kotoran itu.

Divan tersenyum lalu menggendong Nana, Nana yang diperlakukan manja dengan Divan pun malah semakin manja, seperti dulu awal Adina membeli Nana.

Adina yang melihat itu bengong karena, jarang sekali Nana dengan orang baru semanja itu. Bahkan jika sama Rizki, Nana galak.

***

Adina, Divan dan kucingnya itu sedang menonton televisi diruang tamu neneknya.
Keluarga mereka semua sedang pergi ke saudara nenek Aminah yang tak jauh dari sini.

Mereka sedari tadi belum ada yang membuka percakapan, mereka saling diam.

Adina yang bosan berada diposisi itupun memanggil Divan.

"Van.." panggil Adina pelan.

"Hm?" Jawab Divan.

Adina sudah terbiasa dengan sikap dinginnya Divan. Jadi ia tak mempermasalahkan jawaban Divan.

"Bete.." ucap Adina sambil memanyunkan bibirnya.

Divan yang sibuk bermain game COC dihandphonenya langsung menatap Adina.

"Terus?" Tanya Divan seakan ia tak perduli.

"Ih gue bete Van, ngapain kek gitu. Main kek, jalan keluar daerah sini kek." Rengek Adina.

Divan yang mendengar Adina merengek sebenarnya ia ingin tertawa melihat wajah Adina yang menggemaskan baginya. Tapi ia tahan jangan sampai ia menjadi aneh didepan Adina.

"Males." Kata Divan cuek lalu kembali memainkan gamenya.

Adina yang sebal dengan Divan langsung menimpuk lawannya dengan bantal ruang tamu. Divan tak bergeming.

"Hmm kita nyanyi yuk, duet. Bete nih. Yuk.. please..." ucap Adina memohon sambil memasang wajah puppy eyes.

'Aduh Din, lo jangan gitu napa. Rasanya gue pengen cubitin pipi lo..' ucap Divan dalam hati.

Divan yang gemas dengan Adina langsung menggerutu, ia harus tahan tak boleh terlihat aneh didepan Adina. Ia tak boleh mencubit pipi Adina.

"Yaudah. Mana gitar?" Tanya Divan.

Adina langsung mengambil gitar milik Papanya, entah mengapa papanya membawa gitar.

"Nih." Ucap Adina seraya memberi gitar pada Divan.

"Kita nyanyi Sampaikan Sayangku Untuk Dia, lo hafal kan?" Tanya Adina.

Adina berpikir sebentar. Kenapa ia memilih lagu itu? Ia bingung tiba tiba lagu itu ia katakan secara refleks.

Divan mengangguk. Jelas Divan hafal karena lagu itu pas dengan dirinya. Meski tidak terlalu pas.

Divan mulai memetik gitarnya. Indah. Itu alunan gitar yang dimainkan oleh Divan, indah menurut Adina. Ia kagum dengan Divan.

"Ternyata cinta begitu hebatnya, bisa merubah benci menjadi cinta.." Adina menikmati lagu itu.

"Ternyata cintamu luar biasa, kau merubah benci menjadi cinta.." Adina tersenyum melihat Divan juga tersenyum.

"Mungkinkah kau juga sama rasa, rasakan yang ku rasa.."

"Haruskah ku ungkap yang ku rasa, bahwa sesungguhnya ku cinta dan ku sayang, oh malam sampaikan sayangku untuk dia.. " Adina terkekeh melihat Divan tersenyum.

"Lagi lagi gue senyum sama Adina." Ucap Divan dalam hati.

"Ternyata cinta begitu hebatnya, bisa merubah benci menjadi cinta.." kali ini suara Divan. Merdu sekali, pikir gadis itu.

"Ternyata cintamu luar biasa, kau membuat benciku menjadi cinta ..."

"Jago main gitar, suaranya bagus lagi." puji Adina dalam hati.

"Mungkinkah kau juga sama rasa, rasakan yang ku rasa..
Haruskah ku ungkap yang ku rasa
bahwa sesungguhnya ku cinta dan ku sayang.." Kini Divan dan Adina bernyanyi bersamaan. Layaknya Caitlin dan Iqbaal.

"Oh malam, sampaikan sayangku untuk dia...
Sampaikan sayangku untuk dia.."
Suara mereka berdua sangat cocok jika dipadukan.

Adina tersenyum senang, akhirnya rasa bete nya telah hilang. Entah mengapa, rasa senangnya kali ini berbeda dengan sebelumnya. Ia juga pernah bernyanyi berdua dengan Rizki, tetapi ia senang biasa tidak seperti dengan Divan. Aneh.

"Makasih ya Van. Gue udah gak bete lagi." ucap Adina tersenyum.

Divan hanya mengangguk. Entah kenapa hatinya juga merasakan senang seperti Adina. Apa ini dinamakan cinta?

*****
Note : Lagunya aku ubah, soalnya dicerita lain lagunya sama. Ih sebel.

Adina Dan DivanWhere stories live. Discover now