Part 44 : Until When? × Holiday ( long part )

915 56 5
                                    

"Sampai kapan semua ini akan terjadi? Jujur, lama - lama aku mulai cape."

Gimana sebelum baca vote dulu😂

Author POV

Seminggu setelah kejadian saat berkemah itu, Safir dan Ditya masih tak kunjung berbaikan. Semua kejadian itu terasa sia - sia. Ego mereka masih sama - sama besar. Ditya ingin meminta maaf duluan, tapi Safir masih milik orang lain dan rasanya tak etis. Lebih baik ia diam. Begitu pun dengan Safir.

Ditya sedang berjalan melewati koridor kelas 12 IPA. Itu berarti, ia melewati kelas Safir. Jika tidak karena Jessi yang ngambek, Ditya tak akan mau mengambilkan buku Geografi milik Jessi di dalam lokernya.

Ketika ia sudah berada di depan loker Jessi, senyumnya mengembang tipis sambil memperhatikan keadaan sekitarnya. Disini ia pernah bercanda sambil memperebutkan sebuah novel dengan Safir. Ingat, itu dulu.

Ditya membuka loker Jessi dan mengambil bukunya.

Sampai akhirnya, ketika ia sedang menutup loker, matanya bertubrukan dengan mata biru seorang gadis yang berada di sebrang loker Jessi.

Mata mereka saling menatap lama, sampai akhirnya gadis itu duluan yang memutuskan.

"Safir," batin Ditya.

Safir berlari menuju ke kelasnya. Ia menyesal telah kesana karena harus bertemu dengan, Ditya.

"Kenapa gue ketemu dia?" tanya Safir kecil.

Ketika masuk ke kelasnya, ia langsung duduk dan membuka novelnya. Entah sejak kapan, Safir jadi suka membaca novel.

"Hai sayang." sapa cowo yang tak lain tak bukan adalah Zico.

Safir menoleh dan mendapati cowo itu sedang berdiri disampingnya.

"Ah ni cowo kenapa selalu bikin baper?"

"Hai juga."

Zico langsung mengambil tempat duduk disamping Safir.

"Asik banget baca novelnya." ucap Zico.

"Eumm..biasa aja sih. Emang kenapa?" tanya Safir.

Zico menggeleng pelan. "Gapapa. Cuma kayaknya, novel itu jadi lebih penting ya dibanding aku? Buktinya kamu lebih perhatian sama novel dibanding aku. Aku jadi sedih." ucap Zico dengan nada ngambek.

"Lo tau gak sih? Lo itu gemesin banget kalo ngambek. Gila."

Safir menoleh ke arah Zico. "Engga kok. Jangan ngambek gitu dong. Aku gak ada maksud gitu. Aku juga lebih perhatian sama kamu lakukan dibanding novel. Novel cuma buat ngehilangin bosan aja. Atau kamu mau aku gak baca novel lagi? Yaudah gapapa, aku simpen novelnya." jawab Safir sambil hendak memasukkan novel itu ke tasnya.

Dengan cepat Zico langsung menahan tangan Safir. "Jangan! Aku bukan ngelarang kamu baca novel. Cuma aku mau kamu jangan cuma terlalu fokus sama novel. Lagian kan dua bulan lagi UN. Kamu mending belajar aja. Aku gak mau nilai UN kamu jelek, sayang."

"Mampus baper gue njir."

Ya. Setiap hari, Safir pasti selalu mengingatkan Zico tentang apapun. Makan, mandi, belajar dan sebagainya. Dan Zico senang dengan perhatian - perhatian kecil dari Safir.

"Iya iya. Bakal aku kurangin kok baca novelnya.  Kamu jugalah belajar. Masa aku doang. Aku juga gak mau nilai cowo aku jelek." ucap Safir.

Zico yang mendengar itu langsung mengelus pelan pipi Safir. "Iya sayang. Aku ke toilet dulu ya."

Dengan secepat kilat, Zico mencium kening Safir dan langsung berlalu keluar kelas. Dan itu membuat Safir terdiam sesaat.

"Mati ae gue njing."

Friendship or Relationship? [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang