Part 21 : Graduation Moment

916 61 8
                                    

Kurang lebih sebulan sudah setelah kejadian di cafe itu membuat hubungan Safir dan Ditya merenggang.

Hari ini, upacara terakhir bagi anak anak kelas 12. Karena mereka akan dinyatakan lulus jika Nem UN mereka memenuhi syarat. Kertas nilai pun sudah dibagikan. Mereka sudah membukanya, namun belum di perkenankan untuk memberi tau ke teman temannya. Sementara pembacaan Nem UN tertinggi akan segera dilakukan beberapa saat lagi.

"Baik, perhatian bagi seluruh anak anak SMA Kencana Raya. Saya selaku kepala sekolah akan membacakan nilai Nem UN tertinggi yg diraih oleh salah satu dari kalian anak anak kelas 12. Kami bangga dengan dia karena dapat mengharumkan nama sekolah. Jumlah Nem UN nya adalah 47, 35. Rata ratanya adalah 9,4. Dan ia adalah....." pak kepala sekolah menggantungkan jawaban terakhirnya.

"Siapa pak!" teriak anak anak kelas 12.

Pak kepala sekolah menghela nafas. "Dia adalah, Alan Rafiq Bramantyo kelas 12-2 IPA."

Sorak sorakan pun dilantunkan untuk Alan. Ia masih tak percaya jika ialah peraih nilai UN tertinggi di Keray.

Ucapan selamat pun berdatangan ke Alan. Dari mulai teman sekelas, teman seangkatan, teman se-genk, adik adik kelas dan.. Safir, sang kekasih.

"Selamat ya, lan. Gue bangga sama lo." ucap Safir sambil memeluk pacarnya itu.

"Makasih ya, sayang. Ini semua juga karena dukungan dan doa lo kok. Gue juga bangga punya pacar kayak lo. Semoga tahun depan, lo yg jadi peraih nilai tertinggi ya." jawab Alan.

Di kejauhan, Ditya hanya memandang sepasang kekasih itu dengan tatapan hampa. Ia tak tau lagi harus bagaimana. Ia ingin menyerah. Namun hatinya menolak.

Tiba tiba, Nabil datang ke arah Ditya. "Hebat ya kak Alan, pacarnya kak Safir. Peraih nilai UN tertinggi. Bangga deh punya pacar kayak dia." ucap Nabil.

Ditya hanya berdehem kecil sambil menampakkan senyum 'tak ikhlas' nya.

"Gak ikhlas banget senyumnya. Fake smile tau gak lo." ucap Nabil.

"Apa gue harus senyum 3 jari biar dikira gak dibilang fake smile? Gue ikhlas juga." jawab Ditya ketus.

Nabil terdiam. "Lo dipanggil bu Laila di kantor." ucap Nabil sambil melangkah pergi meninggalkan Ditya. Ditya jadi merasa bersalah. Ia berniat untuk meminta maaf nanti kepada Nabil. Ia pun langsung pergi menuju kantor.

"Widihh.. Selamat ya, bro! Gue gak nyangka lo dapat Nem tertinggi! Gue kira si Anya yg tertinggi." ucap Reno.

"Iya. Gila lo men! Gue bangga punya temen kayak lo." sahut Haris.

"Iyalah, orang Alan punya malaikat pendukung. Ya pasti sukses lah!" ledek Julio.

Alan hanya menanggapi ucapan kawan kawannya itu dengan senyuman. "Thanks bro. Kalian yg terbaik."

"Btw, lo mau kuliah dimana, lan?" tanya Alvin.

Alan langsung melihat Alvin. "Di USA kayaknya, vin."

"Hah?!" teriak Alvin, Haris, Julio dan Reno berbarengan.

Alan dan Safir terkaget. "Lah lo pada kenapa coba?" tanya Alan.

"Lo serius kuliah di USA?" tanya Alvin.

"Terus Safir gimana?" tanya Julio.

"Lo ninggalin kita dong?" ucap Haris.

"Yahh gak seru lo ah!" kesal Reno.

"Satu satu kali bro. Iya gue serius. Gue sih maunya LDR an ya, fir? Gue gak ninggalin kalian. Gue bakal sering sering main ke Indonesia kok kalo gue jadi kuliah di USA. B aja, ren." jawab Alan panjang. Dan Safir hanya tersenyum kecil.

Friendship or Relationship? [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang