Part 37 : Meet

924 66 3
                                    

"Ketika aku menyayangi seseorang, aku juga bisa merasakan lelah dan bisa saja kemudian menyerah jika semua itu tak dihargai. Karena aku bukan lah sebuah paketan internet yang kuotanya unlimited, tanpa batas."

Gimana sebelum baca vote dulu😂

Author POV

Hari Sabtu.

Safir berencana pergi jalan - jalan bersama keempat sahabatnya.

"Mam aku nanti jam 10an mau jalan sama temen - temen."

"Yaudah. Asal gak sendiri aja." jawab Allen.

"Lah kan aku jomblo mam. Masa gak boleh jalan sendiri?" tanya Safir.

"Gak! Tetep gak boleh! Kan kamu bisa minta tolong temenin Ditya gitu."

JLEB. (12)

Ah nama dia lagi. Bosan Safir mendengarnya. Selain bosan, Safir juga masih agak sedih. Dan raut wajahnya menunjukkan demikian.

"Muka kamu kok gak enak? Kamu lagi ada masalah sama Ditya?" tanya Allen kepada putrinya.

"Eh? Engga kok mam. I am fine with him." ucap Safir bohong.

"Reality, I am not fine as you see mam." batin Safir.

"Okey kalo gitu. Mami ke butik dulu ya Fir. Nanti hati - hati kalo jadi jalan." ucap Allen sambil mencium pipi Safir.

"Iya mami sayang. Dah mami!"

Allen pergi meninggalkan rumah dan Safir. Safir menghela nafas panjang. Maminya tak menyadari keadaan Safir yang baru lepas dari frustasi. Untung saja.

Safir hanya ingin maminya tak kepikiran dengan masalah remaja. Padahal seharusnya, Safir bercerita. Karena orang tua tak pernah merasa keberatan mendengar curahan hati anaknya.

Bibi datang membawa segelas susu untuk Safir. "Makasih bi."

"Sama - sama non."

"Bi, mami sama papi gak tau kan masalah yang kemarin?" tanya Safir.

Bibi menggeleng. "Engga non."

Safir tersenyum kecil. "Bagus deh. Makasih ya bi udah jaga rahasia ini. Jujur Safir khilaf waktu itu."

"Sama - sama non. Yang penting lain kali, non jangan ngelakuin itu lagi ya." ucap bibi.

"Pasti bi. Oh iya, aku mau ke supermarket dulu ya beli cemilan. Laper nih hehe." ucap Safir.

"Iya non. Hati - hati."

Safir pergi meninggalkan rumah. Ia menaiki mobilnya dan menuju ke supermarket.

Tak butuh waktu lama, Safir sampai di supermarket yang tak jauh dari kediamannya.

Ia menuju ke bagian makanan ringan dan minuman.

"Gue mau beli apa ya?" Safir bingung hendak membeli apa. Rasanya ia ingin membeli semua.hehe.

Dan tiba - tiba saja, pandangannya yang tadi masih terfokus pada cemilan, kini berganti pada kedua sejoli yang sedang berjalan beriringan dan si cewe tampak begitu bahagia.

Ditya dan Nabil.

Oh Tuhan. Jangan sekarang.

Safir yang tadinya hendak mengambil cemilan pun, akhirnya memutuskan untuk segera meninggalkannya. Ia tak mau ada seorang pun yang melihat air mata yang mulai jatuh dari matanya.

Dan ternyata Ditya melihat itu dari jauh. Ditya melihat Safir yang menahan air matanya lalu langsung melenggang pergi.

Oh Tuhan. Betapa berdosanya Ditya telah membuat keturunan Hawa menangis.

Friendship or Relationship? [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang