BAB 40 - Hana and Axel

22.6K 906 55
                                    

******************************

Keesokan paginya, Hana mendapatkan surat dari Axel di meja dapur rumahnya. Hana tercengang saat membaca isi pesan tersebut yang ternyata berisi bahwa Axel sudah pergi kembali ke NY, tanpa pamit. Ia bahkan menyadari barang-barang Axel sudah dikemas untuk kembali.

Hana menggumpal kertas tersebut dan membuangnya asal. "Axel idiot!" rutuknya pelan. Ia ternyata serius dengan perkataannya kemarin malam.

Hana sudah memutuskan untuk tetap tinggal di Jakarta dan tak ingin pindah-pindah lagi yang menurutnya sangat melelahkan. Ia memutuskan untuk tak memiliki pekerjaan apa-apa sekarang dan memutuskan untuk memfokuskan dirinya untuk menulis buku. Menurutnya bekerja di perusahaan merupakan hal melelahkan dan membuatnya tak ada waktu lenggang untuk menulis.

Sebenarnya, ponsel Hana terus berdering sedari lama bahkan sudah sejak dia pergi meninggalkannya seminggu yang lalu tanpa henti, yang ternyata memang dari Axel. Tapi masih terus tak Hana jawab ataupun balas pesan singkatnya. Kalau ia memang ingin bicara serius, ia seharusnya bertemu tatap muka saja dengannya. Bagaimana bisa ia pergi begitu saja! Jangan harap hanya panggilan telepon, ia akan mengerti.

Akhirnya sampai sebulan berlalu, Axel sudah menyerah untuk meneleponnya lagi. Hana mendengus tak percaya, semudah itukah ia menyerah? Dan disaat ia merindukannya, ia menyerah. Sebegitu sibuknya kah dia? Hana kembali merutuk dirinya yang kekanakan begini, tapi lebih parah ego yang dimiliki Axel kan?

Hana sampai harus menelepon Nathan, menanyakan jikalau Axel baik-baik saja. Nathan bilang bahwa dia sibuk, karena pekerjaannya. Hana hanya menghela napas panjangnya. Entah apa yang membuatnya sangat terobsesi terhadap pekerjaannya itu.

* * * *

Sepulang jogging rutinnya pagi ini, Hana iseng melihat berita terbaru NY melalui internet di ponselnya. Ia mendapati artikel bahwa perusahaan Axel sudah sangat terkenal sekarang yang hampir menyaingi Sieghart sendiri. Dalam hati, Hana antara bangga dan mencibirnya. Bangga, karena di usia mudanya sudah sukses membangun usahanya sendiri yang sempat krisis seperti yang ia lakukan pada perusahaan Sieghart dulu, dan kesalnya ia melupakannya. Bahkan hari anniversary mereka berdua, ia lupakan lewat dua bulan!

Tapi yang buat Hana terkejut, ia melihat berita tertulis lainnya bahwa perusahaannya akan membuka kantor cabang disini. Jika benar, Axel akan kembali kan? Mungkin.

Hana lihat kalender hari ini adalah hari disaat kepergian Axel dulu saat hari kelulusan SMA itu, tepatnya enam tahun yang lalu sampai sekarang. Apakah Axel benar akan meninggalkannya lagi kali ini? Apa ia bahkan masih mencintainya? Apa ia sudah punya wanita lain seperti yang diberitakan di media selama ini?

Hana secara tak sadar melangkahkan kakinya sampai ia berhenti di depan taman belakang sekolah SMA-nya dulu, yang sekarang sudah menjadi taman publik. Tapi pohon yang berbentuk cinta itu masih kokoh berdiri.

Ia duduk di bangku persisnya di bawah pohon tersebut dan lagi-lagi menghela napasnya, ia antara merasa sedih dan senang hari ini. Senang karena ia memperoleh penghargaan atas karyanya belum lama ini dan sedih karena di kepalanya selalu memikirkan orang yang jelas-jelas tak mau menemuinya lagi, bahkan saat Hana datang ke perusahaannya langsung, ia menolak untuk bertemu.

Hana membuka tasnya dan memilih untuk membaca buku. Ia terus membaca buku favoritnya ini sampai tak sadar hari sudah mulai gelap dan sepi. Hembusan angin mulai menusuk barik-barik tubuhnya, sepertinya akan turun hujan. Rasa familier menghantuinya lagi.

Disini, atmosfer ini, tanggal ini dan keadaan ini, persis seperti keadaan dulu saat rasa ditinggalnya enam tahun yang lalu saat hatinya bimbang jika Axel akan datang atau tidak setelah ia memberikannya sebuah hadiah kecil untuknya. Hana tak sadar menitikkan air matanya yang cepat-cepat ia hapus. Apa mungkin kejadian dulu akan terulang lagi?

[2] Dear Mr CEO | ✔Where stories live. Discover now