BAB 22 - Hana and True Self

10.9K 635 13
                                    

******************************

"Ini di mana?" tanya Hana heran saat mereka berhenti di samping sebuah rumah besar.

"Rumahku... Hmm, tepatnya bekas."

Axel tak disangka membawa Hana ke rumahnya. Tapi makin anehnya untuk masuk ke dalam Axel harus mengendap-endap. Ia bahkan harus memanjat pagar tinggi rumah mewah ini.

Hana yang panik sebetulnya ingin bertanya banyak tapi Axel selalu menutup mulutnya saat ia beraksi sepert ia ingin pergi, apalagi ia sadari di dalam perkarangan rumah ini dijaga oleh banyak pria berjas lengkap dengan senjatanya.

Tapi Axel tampaknya sudah tahu jalan pintas untuk masuk, ia bahkan memasuki perkarangan rumah ini dengan mudah yang kemudian ia mengambil jalan pintas pula untuk masuk ke dalam ruang bawah tanah rumah ini.

Axel mendesah lega saat tahu password pintu ruangan bawah tanah ini yang berdinding kaca dan beratap baja ini belum diubah. Kalau di deskripsikan ruangan ini mirip dengan film Iron Man bedanya tempat ini bukan hanya diisi oleh robot melainkan berbagai senjata sampai dengan kendaraan yang tak pernah Hana lihat sebelumnya di dunia.

"Apa ini semua?" tanya Hana takjub saat mereka masuk ke dalam, matanya masih sibuk mengelilingi tempat ini, menganggumi tempat yang tak pernah ia sangka akan lihat.

"Seperti yang kamu lihat, my paradise." Tepat setelah ia bilang, ada sebuah robot mendatangi Axel dan mengucapkan selamat malam padanya dan membuka jas Axel.

Axel yang melihat Hana termangu, menahan tawanya. "Ini robotku, personal asistanku atau my lover, namanya Cindy."

"Cindy?" Hana mengulang kalimat Axel.

Bertepatan setelah Hana menyebut namanya, Cindy sang robot langsung menunduk malu-malu padanya dan bergegas pergi entah kemana.

"Cindy itu pemalu orangn- maksudnya robotnya."

Hana mengangguk dan kembali melihat sekeliling. "Ini semua siapa yang buat?"

"Siapa lagi kalo bukan cogan di depanmu ini."

Hana kembali menatap Axel lagi, ia sekarang lagi duduk santai di meja kerja yang mungkin meja proyek tempat ini sambil tersenyum semringah padanya.

"Kamu?" Hana menunjuk Axel sambil tertawa kecil tak pecaya.

"Terserah kamu kalau tak percaya." Ia lalu melompat turun. "Sieghart itu originalnya adalah perusahaan industri market terbesar pembuatan senjata. Sieghart menciptakan banyak macam senjata seperti pistol, missle, nuklir untuk pemerintah, mafia atau apapun itulah tapi kamu tahu, semua orang lebih akrab mengenal kami sebagai perusahaan development & construction demi kebaikan kita sendiri walaupun sudah rahasia umum Sieghart itu punya bisnis rahasia yang membuat kita disegani."

Hana diam mendengarkan walaupun dalam hatinya ia terkejut.

Axel lalu mendapatkan pisau lipat besi dari lemari meja tersebut dan memutarnya dengan mudah sampai ia melemparnya tepat sasaran ke tempat panah di dinding sebelahnya. Hana melongo melihatnya.

"Aku belajar bertarung sejak kecil, jadi kamu tak usah tanyakan lagi kalau aku sudah tahu betapa kejamnya dunia ini," katanya, " dan tepat disaat ibuku meninggal, aku pindah ke sini dan diajari banyak hal, kamu tahu. Aku bisa mengerti kenapa ibuku susah payah untuk lari dari ayahku, dia rupanya tak mau aku jadi sepertinya. Yap, sayangnya harapannya kandas."

Axel kemudian mengajak Hana berkeliling dan menunjukkan barang-barang ciptaannya. Ada satu objek yang menarik perhatian Hana, ia tak bisa menahan dirinya lagi untuk tak menyentuh sebuah pedang indah berukiran bunga mawar di sisi pegangannya.

[2] Dear Mr CEO | ✔Where stories live. Discover now