BAB 5 - Hana and Him

16.1K 991 22
                                    

******************************

Sieghart?

Yang benar saja!

"Heh? Napa bengong?" samber Fey melihat Hana membeku.

"Kenapa harus... Sieghart?" tanya Hana yang tak sadar suaranya keluar lirih.

"Kenapa? Aku denger kabarnya dia udah balik ke dunia bisnis tahun ini. Bukankah ini ide bagus untuk wawancara sang zombie? Dia interesting subject."

Andai kamu tahu maksud aku Fey, kamu gak tahu apa-apa, gumam Hana dalam hati.

"Hmm, aku gak tahu kalau aku bisa..."

"Plisss Hana, kamu satu-satunya orang yang bisa lakuin ini... uhuk... ahok!"

Hana mengerutkan keningnya. "Aku kira kamu pilek..."

Fey langsung mengibaskan tangannya ke udara sambil menyengir. "A-Aku ini batuk pilek... ohok... achoo!"

Hana menghela napas frustasi.

* * * *

Ini pertama kalinya dalam hidup Hana, ia merasa sangat gugup. Apalagi ini pertama kalinya ia melihat langsung gedung perusahaan terbesar di negara atau di dunia ini. Dengan langkah mantap, Hana membuka pintu depan perusahaan ini dan ia makin terkesima oleh interior raksasa gedung pencakar langit ini.

"Bisa saya bantu?" tanya seorang wanita di meja resepsionis.

Wajah Hana langsung memerah, menyadari kelinglungannya. Ia tersenyum sambil menghampiri wanita tersebut. Hana menyerahkan sebuah map pemberiaan Fey sebelumnya kepadanya.

"Oh, kamu dari Silver Clair. Maaf, tapi dia tak akan menerima nama lain selain Fey."

"Kenapa?"

"He won't atau ia akan lapor pada atasanmu."

Hana dibuat kesal oleh wanita di depannya ini apalagi nada bicaranya yang terkesan meremehkan. "Tapi ini sangat penting!"

"Kamu harus menyadari bahwa kamu beruntung sekarang ini untuk tidak bertemu dengannya langsung, kalau iya mungkin nasibmu sial."

Hana bersihkeras terus merujuk wanita resepsionis ini, sampai-sampai wanita ini hampir memanggil satpam untuk membawanya keluar. Entah, apa yang membuat Hana terus berkukuh.

"Ada apa ini?"

Wanita di depan Hana ini langsung berubah berekspresi takut dan menunduk hormat pada seseorang di belakang Hana.

"Pak CEO... maafkan ketidaknyamanan anda!" ucap wanita ini.

CEO?

Dengan cepat Hana membalikkan tubuhnya ke belakang, tapi wajah harapannya langsung hilang yang digantikan oleh kekecewaaan, ia ternyata bukan orang yang diharapakannya untuk muncul.

"Ada apa?" tanyanya lagi, ia kira-kira pria berumur empat puluh tahun ke atas.

Hana menggeleng dan tersenyum padanya. "Saya dari majalah Silver Clair, apa kau punya waktu untuk interview? "

"Look woman, sudah kubilang saya tak memiliki waktu." Ia kembali melihat jam di pergelangan tangannya.

"Tapi kau sudah berjanji!"

"Ya, tapi bukan denganmu atau kau mau saya tuntut perusahaanmu itu?"

Apa-apaan orang ini? Pria ini sangat sombong, pikir Hana jengkel.

"Please, teman saya sakit, dan saya berjanji wawancara ini tak berjalan lama... hanya lima menit," bujuknya.

Pria ini akan segera protes lagi kalau suara pria lain tak memotongnya. "Ada apa ini?" suara lelaki dengan suara beribawa datang, pria tua di depan Hana ini segera menunduk hormat pada pria jauh lebih muda di depannya sekarang.

[2] Dear Mr CEO | ✔Donde viven las historias. Descúbrelo ahora