BAB 33 - Hana and Now Here Us

11.3K 722 46
                                    

******************************

Hana akhirnya terbangun, ia yang sebenarnya berusaha bangun selama sepuluh menit lebih dari lantai. Tidur di alas yang keras, membuat tubuhnya kaku. Ia mengernyit tiap kali ia melangkah, ia berusaha membawa tubuhnya ke kamar mandi, yang hampir membuatnya mulai menangis lagi saat melihat refleksinya di cermin.

Matanya bengkak dan berwarna merah, kulitnya memucat seperti ia layaknya mayat. Tapi yang paling menyeramkan adalah, lebaman berwarna hitam yang melingkari di mata kanannya. Kedua matanya bengkak, ia tahu betul ia tak bisa menutupinya dengan makeup. Ini pasti akibat tamparannya, pikir Hana.

Hana menarik napas dalam-dalam saat ia mencoba menarik bajunya ke atas. Seluruh permukaan perutnya lebam, dan terasa sakit saat disentuh atau digerakkan. Yang menyisakan kontras warna hitam dan biru di perutnya, yang terasa sangat sakit dan kaku pula.

Hana merasa malu dan tak ingin bertemu dengan seseorang lagi, sejak ia yakin berita tentangnya sudah tersebar kemana-mana, yang ternyata berita ini keluar sejak kepergiannya. Semua orang mungkin berpikir Hana si wanita jalang seorang two timer. Dan Cole? Ia tak ingin bertemu ataupun dekat dengannya, ia masih takut olehnya. Ia juga harus bersiap pergi dari tempat ini, ke tempat yang lebih aman.

Ia tahu dirinya terlalu cepat menilai seseorang, tapi ia ingin menyalahkan seseorang atas insiden ini. Tapi di dalam hatinya terdalam, ia tahu ini kesalahannya yang tak pernah bilang atau cerita pada Cole sebelumnya yang mungkin tak akan terjadi kejadian ini. Ini kesalahannya, bukan Axel ataupun Cole.

Tangannya perlahan terangkat menuju pipinya, ia mengusut luka lebaman di pipi kanannya. Lehernya terasa tercekat. Ia merutuk dirinya yang tak bisa menjaga dirinya, yang berakibat membuat orang memanfaatkannya, dia benar ia memang naif.

Setelah ia membersihkan dirinya dengan usaha kerasnya, yang butuh perjuangan baginya untuk membuka bajunya. Ia menggantinya dengan kaos oversized hingga selututnya. Kemudian ia menarik badannya kepada ranjang kasur tempat tidurnya, dan dengan hati-hati ia membaringkan tubuhnya.

Ia sudah terbaring lemah hampir seharian di apartemennya. Ia berharap tak ada yang mengunjunginya hari ini, ia juga berharap sahabatnya Fey tak mengunjunginya. Ia merasa lega saat Fey belum tahu ia sudah pindah apartemen atas usulan Cole. Seberapa dalam ia merindukan sahabatnya, pasti sulit untuk menceritakan apa yang jadi penyebab lebam di tubuhnya ini.

* * * *

Suara bel dan ketukan keras pada pintu yang tak ada lelahnya ini membuat Hana terpaksa bangun dari tempat tidurnya. Dengan rasa pening, Hana melihat jam weker di nighstand yang menunjukkan pukul hampir dua belas malam.

Siapa orang menyebalkan yang datang jam segini? Sudah dua hari ia izin sakit dari kantornya dan ia tak terganggu selama hari-hari itu. Tapi, keberuntungan tak berlangsung lama.

"Buka pintu sialan ini, Hana."

Atas suara super familier ini, Hana langsung terduduk tegak.

Axel.

Apa yang Axel lakukan di luar pintu apartemennya?

Gak! Dia gak boleh melihat keadaanku sekarang ini! Menyedihkan!

"Kalau kamu tetap tak buka, aku dobrak pintu ini!" ancamnya, suaranya serius dan nada dinginnya memberikan kesan bahwa ia tidak bercanda. Menyadari keadaannya sekarang, Hana menjadi panik.

"Tunggu sebentar!" teriak Hana. Hana segera bangkit dari tempat tidurnya tak peduli rasa perih di perutnya yang di akibatkan oleh gerakkan tiba-tibanya. Ia lalu menggunakan sweatpants dan menggunakan jaket hoodie dan membiarkan rambut panjangnya menutupi sebagian wajahnya.

[2] Dear Mr CEO | ✔Where stories live. Discover now