BAB 4 - Hana and Shock

18.1K 985 21
                                    

******************************

Kita tak bisa menduga apa yang akan terjadi di masa depan, cause happiness not last forever and happiness is there because we tried, artinya kebahagian itu sebergantung bagaimana kita berusaha, bisakah kita menjaganya atau melepaskannya begitu saja. Tapi karena tidak ada yang selamanya jadi bergantung bagaimana kita memanfaatkan waktu yang ada, so appreciate your time.

Hati Hana sekarang bimbang untuk memilih untuk mengunjunginya atau tidak. Ia sekarang sudah berdiri di depan pintu rawat seorang cewek yang dulu 'pernah' dekat dengannya. Walaupun ia pernah menyakitinya, tapi ia tahu hal yang pernah dilakukannya dulu merupakan hal yang wajar. Teringat ucapan Nathan kemarin,

"A-Apa... Kenapa? K-Kok bisa?" tanya Hana dengan suara bergetar.

Nathan memejamkan matanya dengan menunduk, seolah ia tak kuat mengatakannya. "Dia... Hmm, depresi."

"Depresi? Depresi kenapa?" Yang Hana ingat, Karen tipe cewek yang  keras kepala, tidak mudah menyerah apalagi sampai depresi. Sesuatu sangat besar pasti terjadi padanya.

Nathan terdiam sejenak lalu perlahan menaikkan kepalanya menatap Hana, ada rasa kesedihan mendalam di kedua manik matanya. "Aku dan Karen kehilangan ayah kita dan juga dia kehilangan..." Nathan segera menggeleng. "Aku akan kasih tahu kamu nanti selanjutnya."

Nathan kemudian mengeluarkan secarik kertas dari kantong celananya dan diberikan untuk Hana. Hana menerima kertas tersebut dan menyadari isi kertas tersebut adalah alamat rumah sakit.

"Kalau kamu memang peduli,  kamu bisa datang, aku akan sangat hargai itu."

Hana lihat plang tempat ini adalah rumah sakit jiwa, tempat yang belum pernah Hana kunjungi seumur hidupnya. Ia tak menyangka ada seseorang yang dikenalnya bisa masuk ke tempat yang menurutnya impossible. Dengan langkah berat Hana memutuskan untuk membuka pintu bernomor 204 ini.

Hana bisa melihat punggung seorang cewek membelakanginya yang sedang duduk di sebuah bangku kayu, yang ia yakini bahwa ia adalah Karen. Karena ia tak pernah melupakannya walaupun ia berusaha keras, tapi Hana akan tetap membiarkannya jadi memori karena ia sekarang sadar masa lalu tak bisa ia hapus.

Walaupun dilihat dari belakang Hana langsung menyadari bahwa Karen sangat berbeda dari biasanya, aura yang cerah kini berubah menjadi gelap atau lifeless. Ia sempat mengira bahwa ia bukan Karen tapi ia yakini ruangan ini memang ruangannya. Ia tidak percaya Karen yang dikenalnya sangat ceria bisa berubah menjadi seorang gadis yang tak seperti memiliki jiwa.

"Karen..," panggil Hana ragu sambil membawa bunga di tangannya. "Karen?" panggil Hana sekali lagi, tapi Karen tak kunjung menengok.

Akhirnya dengan satu tarikan napas Hana berjalan untuk menepuk pundak Karen. Perlahan Karen menoleh dan Hana terkesiap saat melihat wajahnya, ia refleks menutup mulutnya. "Ya Tuhan..."

Hana menjadi percaya jika seseorang bilang kalau Karen bangkit dari kubur ataupun bilang yang di depannya ini adalah zombie. Ia lihat warna kulit Karen memucat putih, tulang pipinya menonjol karena terlalu kurus, rambutnya yang dulu tebal bergelombang menjadi memutih pula dan kaku berantakan. Tubuhnya yang kurus kering ini ditutupi oleh pakaian putih panjang yang tak ternoda.

Hana menekuk kakinya tepat di depannya, ia tersenyum nanar. Ia mencoba meraih tangan Karen yang dingin, matanya melawan untuk mencoba tak melihat cincin yang melekat pas di jari manis milik Karen. What happened to the barbie doll I used to know?

"Hai Karen, lama gak jumpa? Ini Hana," ucap Hana dengan suara lirih.

Akhirnya mata Karen terangkat pada Hana yang sebelumnya menunduk, ekspresinya yang datar berubah menekuk saat mendengar namanya.

[2] Dear Mr CEO | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang