BAB 19 - Hana and Loser

11.3K 659 19
                                    

******************************

Hana masih diam menatap tabung tablet tersebut di ruang tengah apartemennya, ia melipat tangannya dan menatapnya dalam sesekali matanya menyipit.

Kenapa Axel punya obat ini? Apa dia sakit?

Gak mungkin kan? Mungkin punya orang lain, tapi kenapa ada di penthouse miliknya sendiri?

Hana menjetikkan lidahnya sambil memiringkan kepalanya. "Tapi, dia gak kelihatan sakit bagiku?"

"Apa dia pura-pura? Tapi kenapa haru-"

Hana melompat kaget saat tiba-tiba mendengar suara bel di apartemennya. Tak biasanya saat pagi hari libur begini ada yang datang?

Hana bangkit dan mengintip melalui lubang pintu dan tak disangka ia adalah orang yang terakhir ia kira akan berdiri di depannya sekarang, Axel. Apa yang ia lakukan?

"Ada apa?" tanya Hana. Ia lihat Axel sekarang mengenakan pakaian rumah sambil membawa sebuah... panci.

Axel menjetikkan lidahnya dan langsung memberikan Hana sebuah panci tersebut padanya.

Hana tersenyum aneh pada Axel dan perlahan menerimanya, ia melihat sekilas isi panci tersebut yang ternyata bubur, tatapannya kembali ke Axel.

"Untuk apa ini?"

"Kamu sakit karenaku kan? Ya, untukmu." Axel mengusap tengkuknya.

Hana terlihat terkejut. "Kamu... buat ini?"

Axel mengagguk pelan, matanya berlarian kemanapun selain ke Hana.

Perlahan senyum menyentuh bibir Hana. "Ohh makasih. Bagus deh kamu akhirnya sadar atas kesalahanmu."

"Jeez, sorry ok?"

Hana menatap Axel hati-hati. "Umm, mau masuk?"

Axel kini menyeringai. "Kamu mengajak aku masuk? Ada apa ini?"

"Jangan pikir aneh-aneh deh. Kamu buat ini kebanyakan," ucapnya lalu menaikkan bahunya. "Mungkin kita bisa makan bareng?" ajaknya.

Axel terdiam berpikir sampai ia berkata, "Whatever."

Dia lalu masuk ke dalam apartmen Hana, tak peduli dengan penampilannya yang berantakan dengan kaos v polos putih, trouser hitam dan slippers... spongesbob ditambah rambutnya yang berantakan. Hana diam-diam menahan tawanya melihat penampilan Axel.

"Kamu dapat itu dari mana?" tanya Hana masih menahan tawa.

Axel mengernyit pada Hana sampai Hana menunjuk kakinya.

"Oh ini?" Ia menaikkan kakinya beserta slippers spongesbob kepadanya. "Dikasih anak bocah klienku, kenapa? Kamu mau?"

"Engg- Tolong masukin lagi!" perintah Hana tiba-tiba.

Axel berhenti menekan korek apinya dan memasukkan rokok beserta koreknya kembali ke kantong celananya. "Jeeez, fine."

Hana mengangkat satu jarinya. "Peraturanku di sini nomor satu adalah, kamu gak boleh merokok."

Axel mengangkat kedua alisnya. "Apa nomor dua?"

"Kedua, kamu harus cuci piring sendiri."

"Ketiga?"

"Umm, itu rahasia."

"Apa itu rahasia?"

Hana tak menjawabnya dan ia lalu membuka panci berisi bubur tersebut di atas meja makannya, bau sedap memenuhi indra penciumannya. "Wow, baunya enak bang- achoo!"

[2] Dear Mr CEO | ✔Where stories live. Discover now