BAB 25 - Hana and Invitation

9.4K 641 9
                                    

******************************

Keesokan paginya, Hana perlahan membuka matanya dan bangkit sambil mengerangkan tubuhnya. Ia mengedarkan pandangannya dan menyadari dia bukan berada di kamarnya seperti biasanya, namun ia berada di ruang tengah apartemennya dengan selimut menyelimuti sekujur tubuhnya.

Ia kembali mengingat kejadian kemarin malam, apa ia ketiduran di sini?

Dan disaat ia mengingatnya, wajahnya seketika memerah. Ia merutuki dirinya, ia tak sadar ketiduran di sini disaat Axel yang seharusnya tidur disini. Dan di mana orangnya sekarang? Sudah pergi.

Hana mengecek jam dan seketika membulatkan mata bahwa ia sudah telat bekerja, jelas saja―alarmnya ia taruh di kamarnya.

Ia bergegas berlari untuk mandi untuk mandi dengan cepat dan bersiap untuk pergi kerja.

Sesampainya di kantor, Hana sudah dimarahi oleh atasannya. Setelahnya, ia langsung ke kamar mandi untuk membenarkan makeupnya yang ia sadari sempat diketawai oleh orang-orang yang melewatinya. Bagaimana tidak? Ia menggunakan eyeliner seperti sebuah tanda tangan, begitupun garis eyebrownya yang kelewat tinggi kayak gunung, kurang fokus.

Tapi, sepanjang hari ini, Hana tak melihat Axel di kantor. Tentu saja, dilihat dari luka yang kemarin walaupun masih aneh bagi Hana kenapa ia tak mau diobati lebih intensif. Begitupun, di apartemennya, sebelum pergi Hana sempat mengeceknya dan dipastikan tidak ada orang di dalam. Ponselnya pun tidak diaktifkan olehnya.

Hingga berhari-hari sudah, ia tak melihat Axel masuk kerja. Demen banget sih jadi misterius tuh orang? Dan di mana coba dia sekarang, tiga hari gak ada kabarnya?! pikir Hana jengkel.

"Hana!"

Hana langsung terbangun dari pikirannya.

"H-Huh?"

"Kopimu tumpah," ujar Thomas menahan tawa.

Hana langsung mendesah saat menyadari kopi yang tengah diminumnya mengenai kemejanya. Untung saja kemejanya berwarna hitam.

Thomas memberikan saputangan padanya. Hana menerima dan mengelapnya.

"Ada apa? Kamu terlihat memikirkan sesuatu yang berat?" tanya Thomas.

Mata Hana melebar, ia menyentuh wajahnya. Emang kelihatan banget ya?

"Gak pa-pa kok."

"Kalau kamu merasa tidak enak badan, aku bisa mengantarkanmu pulang kok." Thomas mengangkat bahunya.

"Tidak perlu, lebih baik kita pergi ke tempat lain aja," ajak Hana yang bangkit untuk keluar restoran ini.

Hari ini Thomas mengajak Hana untuk makan siang bersamanya. Ia memang sudah berjanji untuk bertemu kembali.

Hana menghentikkan jalannya saat melihat baliho di pinggir jalan. Hana mendekatinya dan membaca isi tersebut, "Classical musical ".

"Kenapa? Kamu tertarik?" tanya Thomas.

Hana tersentak. "Uhh..."

"Mungkin kita bisa pergi bersama mungkin?" usulnya.

"Itu..." Bersama dengan Thomas menyenangkan, tapi ia gak bisa berhubungan lebih jauh kan?

Thomas tiba-tiba mendekati Hana. Hana bergidik.

"Ada debu di matamu," ujarnya pelan.

Hana segera memejamkan mata saat Thomas mendekatkan wajahnya. Tapi, yang Hana dengar malah suara jatuh.

"Kamu siapa, freak?! "

Hana segera membuka matanya saat menyadari suara Cole di sini, ia terkejut mendapati Thomas terjatuh di bawah dan Cole di depannya.

[2] Dear Mr CEO | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang