BAB 39 - Hana and Wishes

Start from the beginning
                                    

( Truly Madly Deeply - Savage Garden)

Seusainya, Axel langsung dapat tepukan meriah lagi dari para penonton. Axel kembali melakukan air kiss tapi kini ke semua penonton yang sekarang mereka semua terlihat kebawa perasaan semua apalagi para wanita.

"Omg, jangan bilang dia propose ke kamu!" Fey menyikut Hana sambil memainkan kedua alisnya meneyerupai perosotan, tak hilang pula cengiran kuda darinya.

Hana menggeleng cepat. "G-Gak lah!" Hana segera menyangkalnya. Walaupun dalam hatinya ia berpikiran serupa layaknya Fey.

Fey dan Hani kompak tertawa, apalagi melihat ekspresi Hana yang memanas dan salah tingkah begini.

Tapi tawa mereka reda saat tiba-tiba Hani terjatuh dari kursinya sambil memegangi perutnya sedari mengerang kesakitan.

"Hani!"

* * * *

"Selamat, bayi Anda perempuan dan sangat sehat," ujar sang dokter dengan senyum menghiasi wajahnya.

Hani meneteskan air matanya saat menggendong buah hatinya yang kedua, bersama dengan Rebel di sebelahnya yang napasnya tersengal. Ia bahkan menitikkan air matanya, apalagi bayinya berparas sangat cantik.

"Cantiknya..," ujar Hana mengangumi gadis kecil ini. Hana yang sekarang tengah menggendong anak pertama Hani, laki-laki. "Lihat! Kamu punya adik baru! Cantik ya?"

Perlahan anak lelaki yang masih berumur setahun setengah itu mengangguk malu-malu. Hana mencubit pipi tembemnya dengan pelan karena gemas. Axel yang daritadi berada di sebelah Hana hanya tersenyum melihatnya, tak tahu harus berbuat apa.

Hani lalu menawarkan Hana dan Axel jika ingin menggendong anaknya supaya lebih dekat. Hana perlahan mengangkatnya dan mencium keningnya. Setelah menatapnya beberapa saat, ia lalu memberikannya pada Axel yang cuma diam menatap bayi tersebut dengan dalam.

Axel yang terus menolak, akhirnya tak bisa mengelak dari bujukkan Hana karena ia sadari Axel terlihat tegang sejak tadi masuk ke ruang inap Hani. Wajar, karena ia sebenarnya tak suka berhubungan dengan manusia kecil alias anak bocah apalagi bayi sebelumnya. Setelah menelan ludahnya gugup, Axel menggendong bayi tersebut dengan sangat hati-hati seolah barang berharga. Bayi tersebut langsung tersenyum saat melihat Axel pertama kali, yang bikin Axel tak bisa menahan senyumnya pula.

"Aww, kayaknya dia suka sama kamu!" ujar Hana, sambil memainkan jari kecilnya di dekapan Axel.

Hani dan Rebel daritadi cuma tersenyum geli menatap mereka berdua yang sekarang tampak mesra bahkan secara diam-diam Hani memotret momen ini sekarang.

"Ayo dong kapan kalian berdua nikah?" cibir Hani tiba-tiba diiringi tawa.

"Ayolah jantan dikit dong, Xel!" nimbrung Rebel sambil meninju lengan Axel pelan.

Axel dan Hana bertatapan, tapi mereka berdua segera memalingkan wajah masing-masing. Apalagi wajah Hana yang gampang dibaca, pipinya memerah dan keadaan jadi canggung.

"Uhh..."

* * * *

Hana dan Axel sepulangnya balik kembali ke rumah Hana dulu atau tempat di mana menghabiskan masa kecilnya, yang pernah Axel bangun kembali. Axel sementara menginap di sini.

Axel lalu ikut ke halaman rumah Hana, setelah ia mencari Hana yang sekarang tengah duduk di bangku kayu halaman depannya, tatapan Hana masih fokus terhadap langit yang dipenuhi oleh bintang malam ini. Axel duduk di sebelah Hana dan ikutan menatap langit tanpa suara.

Hana sekarang menyadari kehadiran Axel dan memutuskan untuk memulai bicara, "Hmm, hampir semua orang di sekitar kita udah pada bahagia ya? Aku turut senang untuk mereka semua," ucapnya.

Axel hanya mengangguk pelan, tatapannya masih ke atas.

"Xel, menurutmu apa arti kebahagian?" tanya Hana yang kini menatap Axel.

Axel tampak berpikir sebentar. "Sederhana. Hidup bersama orang yang kamu sayang selamanya sampai takdir memisahkan. Kamu?" tanyanya balik.

Hana berdehem, bola matanya sesekali bergoyang ke kanan-kiri. "Sejak kecil, sejak keluargaku misah... satu hal yang aku minta, yaitu aku hanya ingin mengembalikan keluargaku jadi utuh. Tapi sekarang, arti kebahagianku mungkin gak jauh beda darimu. Satu-satunya hal yang aku inginkan yaitu punya keluarga lagi, itu aja."

Axel mengangguk-angguk sembari melipat tangannya seusai mendengar jawaban Hana. "Hmm. Hard."

Hana menatap Axel heran. "Hard? " ulangnya.

"Jadi itu keinginanmu? Pretty hard," balas Axel, yang kini menatap Hana. Menyadari ekspresi Hana yang bingung, ia menambahkan jawabannya, "Kenapa? Karena aku tak bisa menikahimu." Jawabannya seolah ia tahu apa yang Hana pikirkan dari lotarannya sebelumnya mengarah ke mana.

"K-Kenapa?" tanyanya, ada rasa kecewa dari nada suaranya yang muncul.

Axel mengedik. "Aku belum siap membangun keluarga seperti yang kamu mau. Sejak kecil, aku gak ngerti arti keluarga itu apa. Aku gak mau kamu jadi korban... hmm, maksudku tak seperti yang kamu harapkan."

Hana menggenggam tangan Axel. "It's okay. kita bisa belajar. Kita bisa belajar dari kesalahan, Xel," bujuknya.

Axel menggeleng dengan senyum bersalah. "Sorry."

Hana melepaskan tangan Axel dan mengalihkan wajahnya.

Mereka berdua terdiam.

"Ada satu hal aku mau bicarakan penting padamu," ucap Axel yang membenarkan tubuh Hana untuk menghadapnya kembali.

Hana mengangguk, walaupun tatapannya ke bawah. "Hm?"

Axel mengatur napasnya lalu menghembuskannya perlahan. "Aku... aku harus balik ke New York."

Hana menatap Axel tak percaya. "Secepat ini? Kamu bilang padaku... kamu akan lupakan semuanya?" balas Hana dengan nada kecewa yang sekarang ia tampakkan yang sedari ia sembunyikan.

Axel menangkup wajah Hana. "Hana..."

Hana menjauhkan diri. Ia menggeleng dan tatapannya kembali teralih ke bawah.

"Kamu itu anggap aku apa sih, Xel?" tanyanya, ia tertawa kecil. "Kita punya tujuan yang sama, kenapa kamu gak ngertiin aku sih?"

"Hana, dengarkan aku dulu. Aku sudah tak mengurusi perusahaanku sejak aku pergi, kamu gak berpikir bagaimana bawahanku di sana tanpa pemimpin? Juna dan Mr Friedkin sudah berbuat banyak kepadaku, aku gak bisa terus andalkan mereka terus di sana..."

Hana balik menatap Axel, tapi kini lurus dan sedikit tajam. "Kamu bilang kamu gak mau ngikutin jejak keluargamu, tapi buktinya apa? Kamu gak ada bedanya, Xel!" protesnya.

"Aku berbeda!" tandas Axel yang membuat Hana terlonjak kaget. Axel mengatupkan kedua rahangnya. "Aku ingin membebaskan diriku dari kutukan Sieghart, Hana. Aku ingin membangun perusahaanku sendiri dengan bersih atas jerih payahku, dan ini juga demi masa depan kita berdua. Don't talk like you know everything," tambahnya.

Hana mengatur napasnya, ia lalu bangkit berdiri dan memalingkan wajahnya darinya.

"Terserah kamu, Xel," ucapnya.

Hana dengan langkah cepat masuk ke dalam rumahnya, tak lupa dengan membanting pintunya kencang.

Diluar, Axel menghela napas panjang.


******************************

VOTE. SHARE. COMMENT.

******************************

[2] Dear Mr CEO | ✔Where stories live. Discover now