BAB 24 - Hana and Sorry

Începe de la început
                                    

"Beruntungnya... ia berhasil melaluinya."

Hana langsung menghela napas lega dan berterima kasih pada Tuhan.

"Ya, walaupun dia tidak merasa dia dirinya lagi sekarang setelah operasi itu." Ia mengganti menatap Hana tajam. "Tapi, aku peringatkan padamu, jangan sekalinya kamu tanyakan hal macam ini padanya. Kamu tahu ia bagaimana kan? Atau kamu mau tetap jadi wanita jahat lagi?"

Hana menggeleng dengan senyum paksa. "Gak akan lagi."

* * * *

Juna bilang ia mengirimkan surat dari Axel ke alamat rumahnya dan satu-satunya orang yang tinggal dengannya tak lain adalah Hani sendiri.

Hana langsung menelepon Hani yang sekarang tengah ada di luar kota dan bertanya tentang apa maksud "pesan" yang dimaksud oleh Juna. Tapi, anehnya Hani terus mengelak dan mengalihkan pembicaraan sampai Hana membentak Hani di telepon dan menutup teleponnya paksa.

Hana terududuk di kursi tamunya.

Dari nada bicara Hani, ia tahu Hani menyembunyikan sesuatu, karena dia kembarannya dan paling mengenalnya paling lama dari yang lain dan lagi, sejak dulu ia memang tidak pernah menyukai Axel dan selalu memintanya untuk menjauhinya.

Hana mengubur kepalanya di kedua tangannya. "Kenapa semua orang selalu melakukan apapun yang mereka mau tanpa mendengarkan aku dulu sih?! Capek aku."

DORRR!!

Kepala Hana langsung terangkat saat mendengar suara kencang atau ledakan, kalau ditebak seperti suara senjata api.

DORRR!!!

Hana kembali melonjak kaget dan kini ia berdiri panik. Suara tersebut tepat di apartemen sebelahnya, tetangganya. Jika, memang hanya ada tiga unit satu lantai apartemen ini yang satunya kosong, jadi suara tersebut berasal tak lain dari apartemen Axel sendiri.

Perasaan Hana tiba-tiba merasa tak enak, ia yang panik akan berlari keluar apartemennya. Tapi, langkahnya terhenti di ambang pintunya saat ia melihat beberapa orang dengan pakaian serba hitam keluar dari apartemen Axel. Hana sempat melihat salah satu wajah dari mereka, dan saat ia tiba-tiba menengok ke arah Hana, ia langsung masuk kembali ke dalam apartemennya lagi.

Dada Hana naik-turun tak beraturan. Dari penampilan mereka, sepertinya mereka bukan orang biasa apalagi memang dunia Axel penuh dengan kekerasan. Tak bisa diragukan lagi, mereka itu adalah musuh Axel kan?

Tanpa pikir panjang lagi, Hana segera keluar dengan membawa payung sebagai senjata karena di tengah situasi panik―untuk memasuki apartemen Axel.

Sebenarnya sudah beberapa hari ini ia tak melihat Axel. Hana sebetulnya tak sanggup untuk melihatnya sekarang ini, tapi anehnya Axel tidak meneleponnya padahal Hana izin lebih dari batas hari yang ia minta. Mungkin dia lupa atau masih marah akibat kejadian tempo hari itu? Entahlah.

Hana menggeleng. Fokus Hana!

Saat akan membuka pintu apartemennya, ia sebenarnya menyadari sesuatu sebelum masuk. Pintu apartemen Axel setelah ia selidiki sebelumnya sebentar, ternyata kunci apartemennya jebol. 

Dengan tangan bergetar Hana mendorong pintu ini dan kepalanya menyembul mengedarkan pandangannya ke dalam. Seberantakannya apartemen Axel, tak seberantakan apa yang Hana lihat sekarang yang terlihat seperti terjadi perampokan...

Perampokan?!

Hana seketika menjatuhkan senjatanya, lalu langsung masuk ke dalam saat pikiran negatif memenuhi kepalanya dan mencari Axel ke dalam di manapun. Apalagi ia sempat melihat beberapa titik darah di karpet pintu masuk apartemenya.

[2] Dear Mr CEO | ✔Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum