Once Upon A Time

22.5K 1.3K 9
                                    

Invisible Love dilanjut lagi yak....

Selamat bernostalgia dan selamat membaca!

Once Upon A Time

Waktu terus bergulir dan saat empat orang itu baru memasuki masa putih abu-abu, dulu mereka begini....

Abby terus-terusan menguap sepanjang jalan tanpa mempedulikan decak kagum saudara kembarnya yang duduk di sebelah, sementara Bara hanya tersenyum melihat kelakuan keduanya. Sebagai seorang CEO yang over busy, bisa mengantarkan anak-anaknya ke sekolah apalagi ke sekolah baru mereka adalah sesuatu yang langka. Meskipun sibuk, Bara tetap ingin menjadi Ayah yang punya andil dalam membahagiakan anaknya secara batin.

"Anak cewek tuh kalo nguap ditutupin! Mulut lo selebar mulut kudanil tau nggak, By!" cibir Alden sembari menggelengkan kepala. Pah, kayaknya kita tambahin julukannya Abby deh, Pah."

Bara tertawa. "Ya, boleh juga tuh."

Abby sontak manyun dan mencubit lengan Alden gemas. "Gue tuh semalem movie marathon! Makanya gini!" ia menjambak rambutnya lalu menghempaskan punggungnya ke jok mobil. "Argh! Liburannya kurang! Gue masih butuh tidur!"

Alden mendesis sebelum mencubit pipi tirus Kakaknya. "Ck. Dasar tukang molor."

Abby mendesis usai dicubit dan terbahak-bahak di dalam hati. Sebenarnya Abby tidak melakukan movie marathon, ia melakukan novel marathon. Sepanjang liburan, ia selalu mengisi hari-harinya dengan membaca buku novel dan enggan keluar kamar kecuali ada keperluan yang memang tidak bisa dihindari. Soal makan pun, ia minta pembantunya naik ke atas. Oh, betapa mudahnya menjadi anak konglomerat seperti mereka.

"Kita jemput Rio sekalian apa ya, Al? Papah takut Om Joni atau Tante Brenda masih di Bali ngurusin Shayna." Bara sempat sekilas melihat spion tengah saat mengajak Alden bicara.

"Nggak usah Pah. Ntar kita telat," ucap Abby.

"Kak Rio jadi masuk SMA Nusantara juga?!" tanya anak kecil berkucir satu dengan lolipop di tangannya. Matanya berbinar-binar dan otaknya dipenuhi gambaran cowok yang ia tanyakan itu.

Bara mengangguk usai tertawa kecil. "Iya Lita sayang."

Lita menyengir kemudian mengemut permen lolipopnya lagi. Ia menengok ke belakang tanpa menyadari kejengahan dan kemuakan Abby saat membayangkan Rio masih mencampuri kehidupannya.

"Apa?" Pagi ini Abby jadi jutek akibat mengingat seberapa usilnya cowok bernama Rio itu. Setan itu! Abby gemas ingin menstransmigrasikan Rio ke Pluto dan syukur-syukur ditelan oleh alien di sana.

Lita mengeluarkan permen dari mulutnya lalu menunjuk ke Abby. "Kak Abby jagain Kak Rio! Jangan sampe dia hilang atau dihukum guru! Pokoknya jagain pangerannya Lita!"

Alden menutupi mulutnya supaya tawa gelinya tak terlihat, begitupun dengan Bara, sementara Abby masa bodoh dengan permintaan adiknya. Ia memilih membuang napas panjang dan memperhatikan jalanan Ibukota.

"SMA, eh." Ia mencoba menyusun rencana masa-masa indahnya di SMA. Pertama, cari teman yang asyik. Kedua, menunjukkan kepintarannya secara maksimal. Ketiga, menerima cowok ganteng yang menembaknya nanti jika ia jadi cewek yang terkenal seantero sekolah dan terakhir, ia tidak tahu. Tiba-tiba saja pikirannya blank.

(Ongoing) Invisible LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang