IL-35-Go Public

41.6K 3K 108
                                    

IL-35-Go Public

Alden

Rio masuk ke kelas dalam keadaan semrawut, dia tidak mengubris ocehan Pak Heru yang sedang mengajar Bahasa Indonesia. Dia melenggang kelewat santai duduk di kursinya tanpa mempedulikan tatapan sinis dari beberapa pasang mata yang ada di sini.

Aku berhenti mengigiti bolpoin.

"Napa lo?" Nadaku jutek. Maklumlah belum sepenuhnya memaafkan Rio yang akhir-akhir ini sering membuat Abby mewek.

Tadi pagi saja wajahnya diliputi kebahagiaan, sekarang seperti orang yang frustrasi.

Dia melirikku. "Niatnya gue bikin cemburu Abby, lewat Lora. Sukses sih, saking suksesnya dia marah banget sama gue," katanya dengan wajah yang patut diberi belas kasihan.

Aku tersenyum senang. "Well done, Rio. Pertahankan sikap playboy lo," sindirku. Dua jempol tangan sekaligus senyuman bahagia kutunjukkan padanya.

Bahagia di atas kesusahan orang lain. Ya Rio bakal susahlah, karena sekalinya beruang itu marah, dia akan irit omong dan menjadi jutek selama yang dia mau. Rio jelas paham mengenai sifat Abby yang begitu.

Rio menggeplak kepalaku. "Bantuin, Alden! Bukannya ngetawain!"

Aku tertawa sambil mengelus kepalaku. "Bukan urusan gue."

"Rio! Alden!" hardik Pak Heru yang mempicingkan mata sipitnya.

Aku menunduk keki, begitu juga dengan Rio.

"Baiklah anak-anak, sekarang kerjakan halaman 234. Bapak beri waktu sepuluh menit untuk soal esainya saja," perintah Pak Heru kutanggapi dengan anggukan.

Aku membuka buku lembar kerjaku, lalu mulai membaca soal pertama.

"Gue serius, Al. Soal Abby, soal perasaan gue. Gue udah berhenti main-main," ucap Rio padaku.

Aku tersenyum. "Gue juga sama Atha."

"Ah iya, lo udah sama dia. Ngomong-ngomong, jaga dia, Al." Rio bicara tanpa menengokku, tangannya sudah sibuk menjawab soal-soal di bukunya.

"Lo juga. Jaga Abby dan jangan nyakitin hatinya kalo ga mau kritis dan masuk ke UGD," ancamku.

Rio terkekeh kecil. "Tega lo sama sahabat..., eh bukan. Lo bisa tega ya? Sama calon kakak ipar elo sendiri?"

"Najis," timpalku.

==========

Abby

Rio berpacaran dengan banyak cewek hanya untuk membuatku panas dan gerah. Apa yang dia lakukan dulu, tentu tidak ada gunanya. Tapi sekarang berbeda, apa yang dia lakukan sungguh mengesalkan. Aku ingat beberapa deretan mantan pacar Rio yang pernah dia kenalkan padaku. Rata-rata badannya semok, tidak doyan kentut sembarangan, mungkin jarang ngupil, terlihat suka bersih-bersih rumah, dan cantik. Aku memang cantik, tetapi badanku biasa-biasa saja, apalagi kejorokkanku lumayan di luar ambang batas normal.

Aku berhenti untuk menepuk kepalaku. Kenapa aku malah berpikir yang tidak-tidak. Menjurus soal badan menjadikan otakku yang keruh semakin menjadi-jadi kotornya.

Sifat dari siapakah ini? Mamah atau Papah? Astaga! Memalukan sekali!

Mataku berpendar melihat di manakah aku kini berada. Aku ternyata ada di lorong menuju kantin gedung sayap barat. Berhubung bel masuk sudah berbunyi sejak lima menit yang lalu, jadinya suasana sepi menyelimuti langkahku. Mumpung membolos jam pelajaran, aku memilih duduk di kantin yang hanya diisi oleh para ibu dan bapak penjaganya. Kurang lengkap membaca novel hot via online tanpa cemilan. Aku mendekati counter yang menyediakan minuman.

(Ongoing) Invisible LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang