IL-38-Move On [Abigail]

37.8K 2.9K 119
                                    

IL-38-Move On [Abigail]

"Ongkal! Kak beruang jahat! Dia masa nyuri Kak Rio dari Lita!" Anak kecil itu terus tersedu-sedu di gendongan Paman Kalvian, Lita memanggilnya Ongkal. Katanya singkatan dari: Uncle Kalvian.

"Cup, cup, cup. Lita ga boleh cengeng, sayang." Paman Kalvian mencoba menenangkan Lita yang mewek tidak jelas.

"Kak Rio ... hiks ... hiks ... terlalu ganteng buat Kak Abby ... hiks," ucap Lita sembari cegukan karena sudah terlalu lama menangis.

Adik durhaka! Ucapannya sama saja mengatai aku jelek dong?!

Aku mendengus sebal sembari bersedekap dada melihat betapa manjanya Lita terhadap Pamanku yang mantan model itu.

Paman Kalvian mengernyitkan dahi lalu menatapku dan Rio secara bergantian. Jari telunjuknya teracung pada Rio, tetapi matanya terpaku padaku. "Seleramu kok jelek banget, Abby? Kayak Mamahmu, hahaha...." katanya tak berperasaan dan bahunya naik turun akibat tawa yang menggelegak.

"Oh..., bagus! Bagus! Ngatain suamiku jelek, hah? Mau hidungmu aku ratain pake setrika, Kak?" Muncullah Mamah. Mamah menggulung kedua lengan bajunya dengan mata yang terpicing.

Ancaman Mamah membuat Paman Kalvian sontak memegangi hidungnya dan tiba-tiba dia menatap tajam Rio. "Sista! Aku kan ga asal ngomong. Aku pernah lihat Rio..., jalan sama dua cewek sekaligus!"

Ha! Mamahlah tangan kanan pawangnya Paman Kalvian yang dulu sempat sedikit mengidap sindrom sister complex.

APA?! Dua cewek sekaligus?!

Aku melirik Rio tajam, lebih tajam daripada silet. "Dia udah sadar kok, Paman Kalv." Ini kalimat dengan nada perintah.

Rio yang menyadari lirikan ala beruang grizly-ku, menelan ludah dalam-dalam. "Itu demi dapet perhatian Abby, Paman."

Ia menatap Paman Kalvian dengan takut-takut. "Rio janji bakal berubah dan jagain Abby, Paman."

Paman Kalvian tersenyum sinis. "Kalo ga mampu janji ga usah sok jadi laki."

"KAKAK!" Mamah berani membentak Pamanku.

"Inget umur Kakak! Atau..., atau Kakak mau aku panggil cuma nama lagi?" Kini Mamah bersedekap dada, wajah garang yang dibuat-buat olehnya terlihat lucu.

"Jangan sista!!" Paman Kalvian menghambur ke arah Mamah yang langsung mundur beberapa langkah karena ngeri melihat sikap kekanakan Paman Kalvian. Sikap yang hanya dia tunjukkan di lingkup keluarga saja, bahkan istrinya tepuk jidat menerima kelakuannya.

"Hahaha...." Tawa keluar dari mulut Lita yang akhirnya berhenti menangis.

Aku bernapas lega. "Cie..., udah ga marah kan sama Kak Abby?"

Lita mendadak kembali cemberut lalu memalingkan wajahnya. Ah, dia masing marah rupanya...

"Lita turun." perintah Mamah.

"Ga mau! Ga mau sampe Kak Abby ngembaliin Kak Rio!" jawab Lita yang sikap manjanya kelewat batas.

"Udahlah, Ambar. Kalo anaknya ga mau, ga usah dipaksa--"

"Ini semua gara-gara Kakak yang manjain Lita!" Mamah mulai benar-benar marah, "Lita turun! Jangan jadi anak manja! Mamah ga suka anak manja."

"Kok aku? Kamu tuh yang suka bikin novel ga jelas!" Paman Kalvian tersulut emosi juga.

"Ga jelas, hah?! Kakak yang ga jelas! Beliin ini, itu, ini, itu ke Lita! Seakan Bara ga mampu beliin anaknya apa-apa? Kita mampu! Kita cuma ga mau anak-anak kita jadi manja!"

(Ongoing) Invisible LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang