IL-6-Double A

46.5K 3.3K 82
                                    

IL-6-Double A

Lita membawakan dua mug berisi cokelat panas, yang diletakkannya ke meja.

"Makasih, sayang." Ambar meneguk cokelat panas yang tidak pernah absen kehadirannya jika ia sedang membuat novel.

Gadis kecil cuma tersenyum simpul dan ia langsung duduk di sofa, sementara Ambar memilih duduk di lantai, saat Alden menuruni tangga dan ikut bergabung bersama mereka di ruang keluarga.

"De, hot chocolate buat abang mana?"

Lita melirik Alden sambil memegang mug, "punya tangan kan? Bikin sendiri," jawabnya ketus.

Alden mendengus sebal lalu matanya fokus menyaksikan acara televisi.

"Ranking berapa?" tanya Ambar mendadak, sambil jemarinya lihai menari di atas keyoboard.

Alden tersenyum manis. "ranking satu dong, Mah." Ia mencolek hidungnya sendiri; bangga.

"Kalo Abby?"

Pertanyaan yang sulit dijawab oleh Alden saat ini, Alden menggaruk tengkuknya.
"Itu ... um ... itu...."

"Papah pulang!" seru Bara yang mendatangi mereka sambil menggeret koper kecil.

Ia mengenakan kemeja biru langit dan celana jeans, tak lupa kacamata hitam tercantol di saku kemejanya. Lengan kemeja Bara ditarik sampai siku dan dua kancing atasnya terbuka.

Alden jadi bisa bernapas lega, tadi ia bingung hendak menjawab apa.

"Papah!" Mata Lita langsung berbinar dan segera menghambur ke arah Bara yang merentangkan kedua tangannya.

Lita terjun ke pelukan Bara. "I miss you so much, Dad!"

Bara menciumi kedua kening anak bungsunya, hidung lalu kedua pipinya. "Papah juga."

Mendengar hal itu Lita tambah mengeratkan pelukannya, ia nyaman sekali dipelukan Bara. Ambar tersenyum melihat tingkah mereka, ia berdiri mendekati suaminya.

Hal pertama yang dilakukan Ambar adalah mencium punggung tangan Bara. "Delay?"

Bara mengiyakan pertanyaan Ambar dengan anggukan sambil menurunkan Lita. "Sepi banget nih rumah, Abby mana?"

"Apartemen, Pah." Alden berujar.

Tangan Bara mengenggam tangan Ambar kemudian duduk berdua di sofa. Lita sibuk mengobrak-abrik isi koper Bara, ia mengangkat wajahnya.
"Oleh-olehnya mana, Pah?"

"Maaf sayang, papah gak bawa apa-apa. Kepikiran aja enggak." Cengir Bara yang meminum cokelat panas milik Ambar.

Muka Lita berubah kecewa, ia berjalan gontai lalu duduk di sofa single.

Alden menggeleng melihat ekspresi adiknya. "Papah pergi buat kerja, bukan buat jalan-jalan kali."

Lita mengangguk lesu. "Iya."

Tak ada yang tahu jika Bara mengedipkan matanya kepada Ambar lalu berbisik: "Gak kangen sama suami barbarnya?"

Wajah Ambar bersemu merah, dia membuang muka. "Gak, ngapain kangen."

(Ongoing) Invisible LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang