IL-30-Luka [Abigail]

37.6K 3K 195
                                    

Sejauh ini masih memakai konflik hati dan kesalahpahaman para moduser yang saling main rahasia-rahasiaan.

Well, maaf kalo ngebosenin, hehe...

IL-30-Luka [Abigail]

Kasihanilah diriku yang ternyata dicintai oleh spesies buruk seperti Rio, spesies yang seharusnya kujauhi. Sayangnya aku masih terlena dengan pengungkapannya malam itu. Akan tetapi, sudah tiga hari semenjak seorang playboy setan mengungkapkan isi hatinya. Sudah tiga kali duapuluh empat jam, dia tidak berbuat apa-apa. Semuanya masih seperti biasa, Rio malah terkesan dingin padaku. Oh, mungkin dia belum memiliki program yang bagus dan bisa sukses sepertiku.

"Ini kenapa sih? Anaknya papah pada senyam-senyum sendiri?" Papah mempergoki kelakuanku dan Alden yang sedari tadi juga auranya bahagia sekali. Ehm, Alden terlihat lebih cerah wajahnya sejak tiga hari lalu.

Omong-omong soal tingkat kecerahan wajah. Kenapa wajah Rio menjadi muram durjana begitu?

Oke! Aku akui, aku sedang curi-curi pandang ke arah Rio.

Alden duduk di sebelahku, dia berhenti tersenyum saat mendengar ucapan Papah.

"Mikirin pacar kali, Om," celetuk Rio yang duduk di depanku.

Lita? Pastinya si Moduser itu tidak mau duduk jauh-jauh dari Rio, bocah itu ada di sebelah kanan Rio.

"Uhuk ... uhuk ... uhuk...." Itu bukan aku yang tersedak bacon sampai terbatuk-batuk, melainkan Alden.

"Minum Al." Kutuangkan segelas air putih untuk Alden. Dia menyambut pemberianku tanpa mengatakan apa-apa.

"Kok pacarnya ga dikenalin ke kita?" Perkataan barusan bukan dari Papah tapi dari bocah sok tua yang berseragam SD. Usai berbicara sok tua begitu, dia terkikik sendiri.

"Hahahaha...." Nah, yang tertawa baru Pak Bara alias Papahku.

"Kakak ga." Ucapanku tertahan. Seingatku, Rio sedang mengambil kesimpulan sendiri mengenai hubunganku dengan si Kunyuk bernama Sam. Hubungan asmara yang membara.

"Apa, By?" tanya Mamahku kepo.

"Abby takut ntar direbut Lita. Dia kan ganteng, Mah." Aku berbohong.

"Uhuk ... uhuk ... uhuk...." Rio batuk setelah aku selesai berbohong.

"Minum, Kak." Lita bersikap manis menyuguhi Rio segelas jus jeruk. Ha! Lita si Princess Moduser, panggilan yang tepat untuknya.

"Ya ga apa kali, By. Kalo nantinya rebutan, kamu juga yang bakalan menang," kata Mamah yang tersenyum aneh, matanya sedikit melirik Rio.

Aneh. Kok mata Mamah dan Papahku malah melirik Rio?

Apa cuma aku yang selama ini kurang peka dengan perasaan Rio padaku?

Eh, ditambah Lita dan Aden. Mereka berdua mungkin tidak sadar juga mengenai perasaan Rio terhadapku.

"Ada yang keduluan nih, sabar ya." Suara berat Papah seperti menyindir, terkekeh pula.

"Lo punya pacar? Siapa hah? Kok gue ga tau? Si-"

Ucapan Alden kupotong dengan senggolan kasar di pinggangnya. "Lo tadi kok batuk lebay, lo juga punya pacar ya?" Aku hanya mengalihkan topik pembicaraan.

(Ongoing) Invisible LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang