IL-9-Horror [Abigail]

49.6K 3.5K 84
                                    

IL-9-Horror [Abigail]

What the hell?

Aku tidak tahu jika Rio sedekat itu dengan Atha. Maksudku, Atha tak pernah terlihat mengenal akrab Rio di depanku dan Alden. Aku tersenyum sinis melihat Rio bersikap kekanak-kanakan di depan Atha. Mereka dekat dan menurutku aneh.

"Jangan bilang Atha kemakan pes--"

"Gue bakal bantu lo, asal lo juga mau bantu gue."

Barusan aku mau berkata: Jangan bilang Atha kemakan pesonanya si Setan Rio; jika kalimatku tidak terpotong.

Sebelum aku bersuara untuk menanyakan alasan kenapa Alden berubah pikiran secepat ini, tiba-tiba dia berdiri di depanku dan memelukku. Kepalaku ditundukkan sampai menyentuh dadanya, aku hendak protes tapi niatku kulenyapkan.

Tubuh Alden bergetar.

"Jangan bergerak atau mereka bisa ngelihat kita." Perkataan Alden terdengar dingin.

"Cukup, Ri! Iya! Iya! Gue tarik! Lo bukan pengecut, puas?" Aku tidak bisa melihat mereka karena posisiku dan Alden juga tidak memperlihatkan wajahnya, jadi kami berdua hanya mampu mendengar suara mereka.

Rio tertawa. "Puas sekali, Nona Agatha. Heh, lo mau pulang? Mau gue anter ga?"

"Gak usah, makasih, Ri. Eh, Rio. Ada orang pacaran tuh. Romantis banget!"

Dih, aku sama Alden yang lagi pelukan malah dikira orang pacaran. Walaupun aku juga suka baca novel yang temanya cinta sesama saudara dan lebih yahuud lagi kalau dibumbui erotisme, tapi tetap saja merasa jijik memikirkan jika aku benar-benar mengalaminya.

Tobat Abby! TOBAT!

"Kenapa? Pengen? Sini aku peluk?"

Najis banget suara Rio, centilnya amit-amit!

"Gue masih waras untuk gak minta dipeluk sama elo. Pergi aja yuk, gak usah ganggu orang pacaran."

Aku mendengar langkah mereka menjauh, aku memberanikan diri untuk mengintip sedikit.

Alden belum melepaskanku bahkan sekarang tenaganya berlipat ganda seakan ingin meremukan tulangku.

Aku bisa merasakan emosinya, emosi seseorang yang sedih, marah, dan kecewa.

"Hey monkey, they are already gone," ucapku di sela-sela sulitnya mengambil napas.

Alden menarik tubuhnya lalu menepuk bahuku. "Maaf, pelukan gue terlalu kenceng ya, By?"

"Udah tau gak usah pake nanya."

Tawa sumbang dibuat olehnya, oleh seseorang yang sedang cemburu.

Benar sekali, Alden ternyata menyukai penggemar gilanya dan dia belum menyadari jika dirinya sudah lebih dulu mengalami yang namanya jatuh cinta.

"So, kapan gue harus mulai jadi mak comblang?" tanya Alden dengan senyuman pura-puranya.

"Serius? Berubah pikirannya cepet banget." Kalimatku sudah tidak lagi antusias.

(Ongoing) Invisible LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang