IL-11-Puzzle

42.1K 3.1K 42
                                    

Edited

IL-11-Puzzle

Atha menatap arloji merahnya yang menunjukkan pukul sepuluh pagi. "Rio emang gila." Ia berdecak sebelum mendongak ke atas. Atha celingukan ke kanan dan ke kiri, pokoknya menyapu pandang ke seluruh penjuru. Tidak ada orang lagi selain dirinya, hanya ada rumput bergoyang yang menemaninya.

Atha ada di halaman belakang sekolah, tepatnya ia sedang berdiri di hadapan tembok yang banyak cap sepatu, graviti dan cap berbagai macam bola.

Sebuah tas tahu-tahu jatuh di hadapan Atha, cewek itu menggeleng tak percaya.
"Kalo ga niat bolos, ga usah bolos," katanya menyindir.

Sekarang seorang manusia berlesung pipi meringis saat mendarat menyusul tas ransel tadi. "Efek merana, Tha." Ia menyengir kuda.

Atha ber-cih.

Rio mengambil tas ranselnya, "thanks, lo mau jaga situasi." Ia menertawai kelakuannya sendiri. Kelakuan yang sangat tidak patut dicontoh! Bel masuk sekolah itu jam delapan tepat. Nah, cowok tengil satu ini seenak jidatnya masuk sekolah jam sepuluh?

Hebat sekali!

Atha mengusap wajahnya. "Ya udah, buruan masuk. Ntar lo jawab apa kalo ditanyain guru?"

"Hm, pusing? Ya! Pusing dan tidur di UKS. Gue punya temen anak PMR. Jadi bisa dilobi."

Tangan Rio merangkul pundak Atha. "Gue mau ngawasin Abby sama anak baru itu!"

"Lo sih, kalo ngomong ga dipikir dulu. Kalo gini, lo yang repot dan sakit hati sendiri 'kan?"

Senyum lemah muncul di wajah Rio. "Gue ga seberani lo, Tha. Bisa ungkapin seluruh isi hati lo sama orang yang lo suka. Gue, Al dan Abby udah sahabatan sejak lahir. Lo bisa ngebayangin kan? Susahnya ungkapin rasa suka ke orang yang anggep lo cuma sahabat."

Atha memandang iba kepada Rio. "Terus sekarang, apa langkah lo?"

Cengiran lebar mempertampan seorang Rio. "Jadi setan seperti biasanya."

Jawaban Rio membuat Atha gemas setengah mati. Ia menjitak kepala Rio sampai cowok itu mengaduh.
"Tha! Lo tega! Ntar kalo gue bego gimana?"

Bukannya minta maaf atau merasa bersalah, Atha melotot dan menjitaknya lagi.
"Ga usah nyindir gue!"

Bahu Rio naik turun, ia baru sadar jika kalimatnya seperti menyindir kemampuan akademik Atha. Tawa Rio berhenti saat melihat mata bengkak Atha. "Lo abis nangis?"

Kedua tangan Rio diletakkan di masing-masing bahu Atha. "Lo nangis kenapa? Kasih tau gue, kita 'kan udah jadi sahabat."

Atha terhibur mendengar pernyataan status yang Rio ucapkan. Ia tersenyum. "Ga ada apa-apa, gue nangis, meratapi diri gue yang jadi pengemis cinta."

Rio menyemburkan tawa.

"Kita punya kesalahan yang beda tipis. Lo salah cara untuk ungkapin perasaan lo ke Alden, kalo gue--"

"Lo pendek akal?"

Rio mengangguk membenarkan ucapan Atha.

Atha menurunkan tangan Rio dari kedua bahunya. "Jangan sentuh gue kayak gini, ntar kalo ada yang lihat. Ntar gue dikira target lo dan mau diapa-apain lagi, lo kan playboy," katanya datar.

Rio membalas Atha dengan jitakan yang lebih pelan. "Gue emang playboy, tapi gue ga sehina playboy lain yang berkeliaran di luar sana."

Atha melengkungkan bibirnya ke atas menatap punggung Rio yang berjalan mendahuluinya.

"Tungguin gue playboy hina!" seru Atha menyusul langkah Rio.

Dipanggil Playboy hina, Rio mendengus sebal.

~•••~

Tbc! Vomment!

Yapz ini part terpendek! *tepuk tangan*

Cuma aku edit PoV sama EYD-nya doang. Gak sempurna sih, tapi lebih enak dibaca pastinya. Kalo adegan tambahannya sebenernya ada, tapi ntar aku tambahin kapan² aja. Wkwkwkwk...

(Ongoing) Invisible LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang