IL-5-Meet The Evil [Abigail]

52.5K 3.8K 83
                                    

IL-5-Meet The Evil [Abigail]

Sebutlah aku Dewi Kamar Mandi, karena aku bisa menghabiskan waktu satu jam lebih berendam di bath-up dengan busa yang bergelimpangan. Acara mandi cantik hari ini sudah selesai, aku sedang berkaca melihat wajah cantikku sambil mengeringkan rambut menggunakan handuk lalu fokus ke bibir yang telah mencoreng hariku.

"Cowok berbadan mesumable!"

Kalimat berbau nista itu kembali melintas di otakku. Istilah yang kubuat sendiri meluncur dengan apiknya dari mulutku. Besok gimana kalau ketemu lagi sama cowok yang bentuk badannya cocok untuk dipeluk itu?

Pasang muka tembok?

Kutampar pipiku sendiri setelah sadar dengan pemikiran kotorku itu. Gatal-gatal di kepalaku sirna usai keramas dengan sampo beraroma stroberi.

"Wangi, Abby tambah cantik deh." Aku memuji diriku sendiri.

Aku berhenti berkaca karena ponselku berdering, ada panggilan dari Lita.

"Halo Lit, ada apa?"

Suara kendaraan lalu-lalang terdengar dari seberang, aku jadi memeriksa sekarang jam berapa.

"Kak! Abang Al ada sama Kakak ga? Lita udah pulang, Mamah ditelpon gak diangkat. Mungkin Mamah lagi tidur jadi gak angkat. Kak, omongin si Monyet dong, jemput Lita yang imut ini. Oh iya, Kakak udah pulang apa belum?"

"Udah, kenapa kamu gak telpon Alden langsung aja?"

Lita mendesis. "Kalo Abang angkat, Lita gak bakal telpon Kak Abby!"

Aku berjalan keluar menuju ruang tamu, sesuai dugaanku Alden sedang tiduran di sofa sambil membaca buku mata pelajaran.

"Ya udah, tunggu aja."

"Cepetan ya! Lita takut diculik, Lita kan super imut."

Narsis banget adikku yang kadang bicaranya baku dan tingkahnya menyebalkan.

"Tch, pede banget kayak mau ada yang khilaf nyulik kamu."

Kuputuskan telepon Lita, setelah itu aku mencolek kaki Alden menggunakan kakiku. "Lita minta jemput sekarang, dia pulang lebih awal tuh."

Alden menurunkan bukunya kemudian mencari kunci motor. "Iye, ngomong-ngomong lo beneran nginep?"

"Ngineplah, ada hal penting yang harus gue lakuin."

Alden menyambar jaket motornya. "Gue pergi dulu."

"Iya! Hati-hati!"

"Al! Lo balik gak?"

"Ga, gue belajar di rumah aja!"

Pintu sudah tertutup, tinggal aku sendirian di apartemen Papah yang hanya ada perabotan pokok.

"Sekarang aku bebas!" Aku berseru riang gembira sambil menari-nari india memasuki kamar kembali.

Aku meloncat ke atas kasur menatap nanar langit-langit lalu pandanganku beralih menuju lemari buku.

Buku yang sampulnya menerangkan bahwa buku-buku itu adalah buku mata pelajaran. Sayangnya sampul itu palsu, isinya bukan menerangkan tentang materi pelajaran sekolah.

(Ongoing) Invisible LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang