BAB 10 - Hana and Surprise

Mulai dari awal
                                    

"Kamu yakin? Kamu yakin mau ngelupain dia Hana? Kamu mau nyerah di titik ini setelah sekian lama menunggu?"

Hana terdiam sejenak. Ia memejamkan matanya, dan ia perlahan mengangguk. "Aku kini yakin."

* * * *

Setelah beberapa lama berpikir, ia akhirnya memberanikan diri berdiri di depan pintu apartemen milik Axel. Hana mondar-mandir di depan pintu sambil membawa sekotak makanan. Sebulan setelah ia bertemu dengannya, ia merasakan mereka berdua tak akan bisa sama lagi seperti dulu, daripada tumpah darah lagi lebih baik mereka berdua menjalin hubungan yang sehat. Ia tak ingin mencari musuh lagi, ia lelah.

Dengan napas panjang, Hana akhirnya menekan tombol bel pintu tersebut. Ia berharap ia ada di dalam malam ini. Sudah tiga hari sejak pertemuannya ia tak bertemu lagi dengannya disini.

Setelah selama lima belas menit menunggu, Hana memutuskan untuk akan kembali, namun saat akan berbalik pintu sudah terbuka.

"Mau apaan?" tanya Axel dengan suara serak. 

Hana melihat Axel dari atas ke bawah yang penampilannya berantakan dan wajahnya terlihat pucat, lebih pucat dari terakhir mereka bertemu.

Ia tak sadar menatapnya terus sampai Axel berdeham kencang.

Hana menggeleng  dan segera menyodorkan makanan untuknya dari tangannya. "Buat kamu, Xel."

Axel menyipitkan matanya menatap makanan yang diberi, ia sadari makanan tersebut adalah kue cupcake. Ia kembali menatap Hana dengan ekspresi datar. "Aku gak suka manis."

Mata Hana melebar. "H-Huh? Aku kira kamu..." Jadi, selama ini dia benci  makanan manis? 

"Aku gak suka manis, gak suka sayur dan benci seafood," tambahnya.

Mata Hana makin melebar, bukankah makanan itu makanan yang sering Hana berikan untuk Axel dulu? Jadi selama ini ia membencinya?

"Oh." Hana termangu.

"Cuma itu?" tanyanya sambil bersender pada batang pintu, ia melipat tanganya.

Hana menurunkan piringnya, ia menatap Axel ragu, ia menggigit bibir bawahnya. "Umm, mungkin kamu mau aku bikinin makanan lain? Kamu sukanya apa?"

Axel mengerutkan kening. "What? "

Hana mengintip dari balik melihat isi apartemen Axel yang kelihatan berantakan. "Atau mungkin aku bisa bantu bersihin apartemenmu?"

"H-"

"Ah! Mungkin aku bisa buatin makanan buat kamu sekarang? Kamu laper kan?"

"Hana," Ia menaruh tangannya di depan mulut Hana, ia bergeleng padanya. "Tolong hentiin."

"Apa maksudmu?"

Axel mengusap tengkuknya, pandangannya mengalih ke tempat lain selain Hana. "Aku gak ngerti maksud kamu apa, aku gak mau kamu deket aku lagi."

Entah mengapa hati Hana terasa tertusuk mendengar ini. Ia menelan ludah. "Kenapa?"

"Umm, gimana bilangnya ya? Mungkin karena aku gak percaya siapapun lagi."

Hana tertawa hambar. "Kata-kata yang negatif," ucapnya pelan.

"Kamu pikir aku gak serius?" Ia menggelengkan kepalanya. "Aku udah potong semua koneksiku dengan semua orang, which i realized that they're not really cared about me."

"Dan kamu pikir aku gak peduli sama kamu?" tanya Hana. Ucapan Axel seolah ia sudah membuangnya tanpa sebab.

Axel tertawa getir. "Oh masa? Kamu harusnya bilang hal itu empat tahun yang lalu," ucap Axel dengan nada meningkat.

[2] Dear Mr CEO | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang