"Emma, wake up dear! Sudah siang. Kau ini seorang gadis. Harus rajin!" perintah ibu Emma.

"Oh come on Mom. Ini hari minggu. Aku tidak bekerja. Rasanya capek sekali karena menggunakan high heels super tinggi itu tadi malam. Lagipula, Pak Frederick juga tidak menelfon kan?" balas Emma menutup wajahnya dengan bantal.

"Siapa bilang Pak Frederick tidak menelfon? Baru saja dia menelfon ke rumah. Dia bilang ponselmu mati. Angkatlah sepertinya penting" balas ibunya.

'Ya tuhan, baru satu setengah tahun Mommy tinggal kembali di London udah nyeriwis aje' batin Emma menggerutu.

Emma bertanya-tanya, tumben Pak Frederick menelfonnya di hari minggu seperti ini.
Emma menghidupkan handphonenya. Ia memang sengaja semalaman mematikannya karena Emma ingin merasa bangun dengan cantik dan menikmati beautiful sunday di pagi harinya.
Segera saja Emma menelfon bos nya itu.

"Darimana saja kau setelah acara penganugerahan?" Emma menjauhkan handphone nya beberapa senti karena merasa semprotan ludah bos nya itu masuk ke telinga nya. Loh.

"Ada apa? Shooting ku selesai. Satu bulan lagi penayangan perdana di Festival Film Eropa. Aku disuruh kembali lewat belakang panggung yasudah aku langsung putar balik ke rumah. Kau tahu, high heels itu menyiksaku" karena terlalu banyak berbicara, Emma memposisikan diri duduk di atas tempat tidur.

"Lusa ada acara Met Gala tahun ini. Percantik dirilah karena kau mendapat undangan dari pihak panitia" Emma tahu bos nya ini sedang berbicara dengan berapi-api.

"Dimana acaranya? Paris lagi?" tanya Emma mengucek matanya.

"Negeri matador. Spanyol" mendengar jawaban bosnya, Emma mendelikkan matanya.

"Festival Film Eropa di Spanyol, Met Gala juga di Spanyol?!" tanya Emma memastikan.

"Yup. Dan itu tandanya kau sementara waktu harus tinggal disana"

Marc! Satu nama yang terlintas di benak Emma saat mendengar kata Spanyol. Kenapa disaat yang seperti ini? Kenapa disaat Emma sudah bisa melupakan semua tentangnya?

"Kau tidak apa-apa Emm?" celetuk Pak Frederick.

"Yes. I'm okay. Aku juga ingin mengunjungi teman lamaku" balas Emma terdengar ceria.

***************
Mobil Honda Civic baru milik Marc melintas di jalanan Spanyol.
Setelah menjuarai kejuaraan dunia motogp kembali, ia merasa lebih santai. Marc masih tidak percaya setelah pada lap terakhir di sirkuit Valencia, ia dapat menyalip Lorenzo walaupun Honda RC213V nya mengalami sedikit masalah pada akselerasi.

Alasan Marc untuk tidak menggunakan mobil mewah, itu bukan hal yang penting. Marc mengendarai Honda Civic untuk berjalan dengan tenang, karena dengan mobil mewah, orang-orang selalu melihat siapa yang berada di dalam mobil. Dengan mobil biasa, Marc merasa lebih mudah. Tentu saja ia ingin sekali saja menggunakan mobil mewah, tapi di kehidupan nyata, Marc lebih memilih mobil sedan.

Setelah memarkirkan mobilnya, Marc membuka pintu apartemennya dan menemukan seonggok daging yang bisa bernafas dan bergerak bernama Alex sedang menonton tv. Tangan kanannya memegang popcorn, sedangkan tangan kirinya memegang botol soda.
Marc tidak terkejut saat kaki adiknya itu mencak-mencak sampai atas meja.

"Kapan kau datang kemari?" celetuk Marc mengambil soda dari lemari es berniat untuk bergabung dengan Alex.

"Oh sekitar satu jam yang lalu. Darimana saja kau? Kutanya Emilio dia pun tidak tahu" Alex menggeser duduknya, memberi ruang pada Marc.

"Dari rumah ayah dan ibu. Acara apa ini?" Marc menyipitkan matanya.

"Ini Titanic. Hanya sebuah film yang bertemakan drama romantis. Kau pasti tidak akan menyukainya karena film ini hanya boleh ditonton untuk orang yang percaya akan cinta sejati" balas Alex penuh klise.

"Maksudmu kau menganggapku tidak percaya cinta sejati?" Marc menoleh dan mendelikkan matanya.

"Maksudku lihat, pengorbanan Jack untuk menyelamatkan Rose. Aku selalu menonton film ini setiap saat bersama pacarku. Dan kau tahu, mereka akan menangis di dadaku setiap adegan itu. Ya tuhan, betapa romantisnya pria Spanyol seperti aku ini" banyol Alex menerawang.
Marc mendengus mengejek dan menoyor kepala adiknya itu.

Entah dorongan darimana, Marc memperhatikan secara seksama tiap adegan itu. Bahkan Marc tidak sadar jika mencuil sedikit demi sedikit popcorn yang ada di genggaman tangan Alex.
Hingga akhirnya ia terpaku pada satu adegan dimana Rose ingin mengakhiri hidupnya dengan cara melompat dari kapal dan terjun ke laut.

Jack : Apa kau kurang piknik? Kau ingin mengakhiri hidupmu disini?

Rose : Tidak ada hubungannya denganmu.

Jack : Jika kau melompat. Aku akan melompat.

Marc mendengar sesenggukan dari Alex saat adegan tersebut diputar. Marc pun merasakan dentuman jantung yang hebat kala ia mendengar dialog antara Jack dan Rose sewaktu Rose terombang-ambing diatas sebuah potongan kayu yang mengambang di tengah lautan dingin.

Rose: Aku cinta kamu, Jack.

Jack: Jangan katakan itu, jangan ucapkan selamat-tinggalmu. Belum, apa kamu mengerti?

Rose: Aku sangat kedinginan.

Jack: Dengar Rose. Kamu akan pergi dari sini, kamu akan pergi dan kamu akan membuat banyak bayi, dan kamu akan menyaksikan mereka tumbuh. Kamu akan mati tua ... seorang wanita tua yang hangat di tempat tidurnya, tidak di sini, tidak malam ini. Tidak seperti ini, apakah kamu mengerti?

Rose: Aku tidak bisa merasakan tubuhku.

Jack: Memenangkan tiket, Rose, adalah hal terbaik yang pernah terjadi padaku... itu membawaku kepadamu. dan aku bersyukur untuk itu, Rose. Aku bersyukur. You must do me this honor. Berjanjilah padaku kamu akan bertahan. Bahwa kau tidak akan menyerah, apapun yang terjadi, tidak peduli seberapapun harapannya. Berjanjilah padaku sekarang Rose, dan jangan pernah melepaskan janji itu.

Rose: Aku janji.

Jack: Jangan pernah lepaskan.

Rose: Aku tidak akan melepaskannya Jack, Aku tidak akan melepaskannya.

Tangis Alex pecah saat adegan dimana Jack mulai tidak sadarkan diri dan tenggelam ke dasar lautan samudra.
Rose menyaksikan itu dengan penuh tangis yang sangat sulit air matanya keluar karena dinginnya udara lautan samudra.

"Hanya menonton film ini kau menangis? Dasar cengeng!" Marc melirik adiknya itu dengan tatapan aneh.

Tidak ada jawaban dari Alex.
Tangis Alex semakin kencang saja. Entah sudah berapa liter air mata yang keluar.
Marc tiba-tiba merasakan perasaan jika ia berada di posisi Rose yang kehilangan akan cintanya.
Suara sesenggukan menahan tangis terdengar dari Marc.

"Dasar cengeng!" cibir Alex sembari mengusapkan tisu ke hidungnya tanpa memandang Marc yang mulai meneteskan air mata.

New Romantics (Marc Marquez Fanfict)Where stories live. Discover now