Hey, I Didn't Mean to Break Your Heart!

Start from the beginning
                                    

Hanya satu cara untuk mengetahuinya, memasukkan kode pin apartemen Marc.
Apartemen milik Marc sudah memiliki teknologi pengaman pin maupun pemindai sidik jari. Sejak dari dulu Emma penasaran akan sensor sidik jari karena di sekitar ia tinggal tidak ada teknologi tersebut, namun Marc menolak untuk mendaftarkan sidik jari Emma pada pengaman apartemennya. Dulu, Marc sengaja memberitahu password apartemennya pada Emma karena Marc sering sekali menyuruh Emma untuk pergi ke kedai kopi diluar.
Satu-satunya cara yaitu memasukkan pin. Emma berharap semoga Marc belum mengganti pin apartemennya.

Pin itu memiliki 6 digit karakter. Dalam memasukkan digit terakhir, Emma ragu. Jika saja Marc ada, pasti Emma akan terpaku terdiam karena ia tidak mempunyai kata-kata yang tepat untuk menjelaskan.

Bip! Warna lampu pengaman berubah menjadi hijau lalu suara kunci pintu terbuka pun terdengar pertanda Marc belum juga mengganti password pengaman.
Emma membuka pintu itu perlahan. Setelah terbuka, Emma berdiri diambang pintu dan mengedarkan pandangannya ke segala penjuru ruangan. Tidak rapi seperti saat Emma datang.

Di ruangan itu hanya terdengar suara derap langkah kaki Emma. Ruangan itu sedikit gelap karena sumber cahaya hanya berasal dari kondisi cuaca di luar yang mendung.
Emma tersenyum dan berbisik,

"Dasar Marc. Masih saja kurang rapi dalam membersihkan apartemen"

Emma melepas mantelnya dan meletakkannya diatas meja bar. Emma mencoba untuk meregangkan ototnya. Kali ini ia harus bisa membersihkan apartemen Marc secepat mungkin. Berharap saat Marc datang dan masuk ia akan terkejut dan senang karena apartemennya kembali bersih dan kinclong daripada Marc yang membersihkannya sendiri.

Dimulai dari membersihkan sofa-sofa berwarna putih itu. Membersihkan sela-sela sudut. Perlahan, apartemen itu kembali kinclong.
Keringat membasahi dahi Emma.
Ia menghembuskan nafas nya dan tersenyum saat pekerjaan wanita nya itu selesai.

"Perfect" ucap Emma.

Bip bip bip! Suara kode pengaman dibuka terdengar. Emma terkejut, ini dia. Ini pasti Marc.
Emma segera menyembunyikan vacum cleaner dan mulai membersihkan diri.

Marc memencet tombol pengaman itu. Ia merasa malas sekali menggunakan sensor sidik jarinya yang agak error akhir-akhir ini.
Ia tidak merasa curiga jika ternyata sudah ada yang masuk ke apartemennya beberapa jam yang lalu.

Setelah kunci pintu terbuka, Marc membuka pintu dan berharap bisa beristirahat karena keadaan Marc sedang tidak baik kali ini.
Marc masuk dan menggeret kopernya dengan malas.
Marc terlonjak kaget saat ia mendengar suara gaduh di dekat dapur.

Rasa penasaran Marc semakin menjadi-jadi. Tidak mungkin jika suara itu adalah kucing karena Marc tidak pernah berkeinginan untuk memelihara kucing. Tikus di apartemen? Come on, ini adalah Spanyol.

Perlahan namun pasti Marc melangkah mendekati dapur dan mencari tau siapa yang sedang berada di dapurnya.
Marc berjalan menjinjit mencoba melangkah tanpa adanya suara.

Emma segera berjalan keluar dari dapur dan membawa roti yang telah ia buat beberapa jam yang lalu.
Masih hangat dan enak tentunya karena Emma sudah pernah menjadi juara membuat roti se-RT dulu. Aelah.
Emma merasa pasti Marc sudah berada di dalam maka dari itu Emma segera keluar dengan membawa kue nya.

Namun saat berada di ambang pintu, Emma terlonjak kaget dan hampir saja rotinya tumpah karena Marc sudah berada di depan matanya.
Marc pun tak kalah terkejutnya karena hampir saja tertabrak gadis yang pernah menubruknya hingga patah tulang ringan. Marc tidak bisa menjamin dirinya akan terluka lagi jika harus bertabrakan untuk yang kesekian kalinya.

"Emma?!" seru Marc membalalakkan matanya.

"Hay..." hanya itu yang keluar dari mulut Emma.

"Sedang apa kau disini? Kau mengagetkanku saja!" ucap Marc masih menatap Emma.

New Romantics (Marc Marquez Fanfict)Where stories live. Discover now