Adiós Spain!

Mulai dari awal
                                    

Semuanya menantikan kalimat yang akan Emma katakan. Namun terlalu berat bagi Emma. Ini adalah perpisahan, dan tidak akan kembali lagi. Ada rasa tak rela di hati Emma untuk berpisah. Mata Emma terasa panas. Lidah Emma tercekat.
Ia hanya bisa menghembuskan nafas berat. Andai saja Emma bisa tinggal lebih lama disini, namun ia masih mempunyai banyak tugas di Indonesia. Emma juga sangat merindukan kedua orang tuanya.

"Aku tidak bisa mengatakan, aku tidak bisa berjanji jika aku akan kembali ke sini lagi. Untuk bertemu kalian..." lanjut Emma yang tidak terlalu jelas karena tangis sudah pecah. Air mata terus berlinangan di sepanjang pipi Emma.

Lucy sontak menggenggam jari-jemari Emma. Diikuti Alona yang memeluk Emma, Camilla menggenggam jari-jemari tangan kanan Emma dan Andres mengelus lembut lengan Emma.
Semuanya terlihat manis. Terlalu manis untuk dilupakan.
Namun inilah kenyataan yang harus dihadapi walaupun pahit.

"Aku sayang pada kalian semua... I don't wanna this moment end so fast" bisik Emma disela tangis.

"We love you Emma. We will always" jawab Lucy dan diangguki oleh semua yang ada.

*************
Marc sudah bersiap dengan semua kopernya. Kali ini, ia akan pergi ke Prancis. Tepat seperti jadwal crew nya. 2 hari sebelum kualifikasi harus sudah berada di negara tempat pertandingan berlangsung.

"Marc, ku tunggu kau di lantai bawah.." pamit Emilio terlebih dahulu karena merasa Marc sangatlah lama dalam mengepak barang-barangnya.

Secepat kilat Marc mengikuti langkah Emilio yang mestinya sekarang ini sudah menunggunya di bawah.
Sembari menunggu lift apartemennya terbuka, Marc menoleh kebelakang dan mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru apartemen.
Sepi. Tak ada lagi teriakan Emma yang menyuruh-nyuruh Marc untuk ini itu.

Marc heran, ada apa dengan dirinya? Setelah Emma datang ke kehidupan Marc, semuanya berubah. Lalu sepeninggal Emma dari kehidupan Marc, seharusnya kehidupan Marc yang seperti biasa dapat kembali. Namun sekarang berbeda, kehadiran gadis itu begitu berarti disini. Marc mengakuinya.

Ting! Suara pintu lift terbuka. Marc segera memasukinya, sebelum pintu itu tertutup. Marc kembali memandang apartemennya. Begitu banyak kenangan bersama sang gadis asia. Namun Marc harus mengubur kenangan itu. Menguburnya secepat mungkin.

"Kau juga akan menjadi impian tergilaku, Emma Watson" ucap Marc pelan.

***********
"Berhati-hatilah Emma. Kami disini tidak akan pernah lupa dengan dirimu" ucap Lucy sembari memeluk Emma disepanjang jalan memasuki bandara internasional Barajas Madrid.

"Terimakasih banyak Lucy..." balas Emma tersenyum.

Andres yang sedari tadi membawakan koper milik Emma pun akhirnya menanggalkannya setelah mereka sampai di ruang tunggu bandara.
Emma mengucapkan terimakasih pada Andres dan Lucy yang rela mengantar Emma sampai ke bandara.

"Terimakasih banyak kalian telah mengantarku sejauh ini.."

"Apa kau yakin untuk kami tinggal sekarang?" tanya Andres mencoba meyakinkan Emma akan pernyataannya untuk meninggalkan dia setiba di bandara.

"Ya. Setengah jam lagi akan take off. Tidak usah khawatir. Alona juga sendirian kan bersama Camilla. Temanilah mereka, lanjutkan pesta tadi siang hehe"

"Hey Emma, bagaimana dengan pangeran berkuda besi mu itu?" goda Lucy.

"Hah? Pangeran berkuda besi? Siapa?" tanya Emma tak mengerti.

"Siapa lagi kalau bukan Marc Marquez?" kini giliran Andres menggoda Emma dan menaik turunkan satu alisnya.

"Andres! Lucy! Sudahlah. Aku dan Marc tidak ada hubungan apa-apa" ucap Emma menggaruk tengkuknya.

"Lihat dirimu. Jika tidak apa-apa kenapa pipi mu sampai merah begitu?" tunjuk Andres.

Benarkah? Emma tidak sadar jika pipinya memerah saat menyebut nama Marc. Ah mungkin ini sugesti saja, batinnya.

"Enggak kok. Sudahlah. Aku harus bersiap untuk take off. Terimakasih Lucy, Andres" peluk Emma pada mereka berdua.

"Safe flight Emma. Don't forget us here" bisik Lucy ditelinga Emma.

"Don't forget me. Andres Alonso" canda Andres. Emma mencubit lengan Andres dan mengaduh.

Emma berjalan menjauh dari tempat Andres dan Lucy berada. Ini dia, Emma sebisa mungkin merasakan bagaimana rasa dari aroma negeri matador ini, suasananya, dan keramahannya.
Emma sudah mengepak dan menyiapkan semua barang-barangnya sebaik mungkin. Namun ia masih merasa ada yang tertinggal disini. Hatinya?

Marc sudah tiba di bandara Barajas Madrid. Marc rasa ia sudah membawa semua barang-barang yang ia perlukan. Namun selalu saja Marc merasa ada yang tertinggal. Berulang kali Marc mengecek lagi barang-barangnya. Namun semua nya lengkap. Ini terasa aneh. Baru kali ini.

"Marc!!!" Marc seperti mendengar seseorang berteriak akan namanya. Ia mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru bandara. Semua orang sibuk berlalu lalang. Tidak ada pula yang sedang memandangnya.

"Ada yang tertinggal Marc?" tanya Emilio memperhatikan tingkah Marc yang menurutnya aneh.

"Tidak. Aku hanya merasa ada seseorang yang meneriakkan namaku tadi. Mungkin halusinasi ku saja" balas Marc melanjutkan langkahnya.

Emma mendapatkan seat yang ia sukai yaitu dekat dengan jendela. Sebelum benar-benar take off. Emma membuka handphone yang dibelikan Andres untuknya dan memasang earphone di kedua telinga.
Suara rekaman. Rekaman percakapan antara dirinya dan Marc.
Saat mendengarnya, Emma tak sadar jika dirinya senyum-senyum sendiri. Suara Marc di rekaman itu ternyata tak semacho seperti suara aslinya.

Setelah duduk di seatnya, Marc iseng-iseng membuka kamera slr nya. Namun betapa terkejutnya Marc saat membuka galeri foto yang pernah kamera itu tangkap.
Sesosok wajah gadis yang baru ia kenal beberapa hari sedang tersenyum senang. Duduk di sebuah mainan kuda poni berwarna pink di wahana komidi putar. Betapa lucunya ekspresi Emma kala itu. Marc tak sadar senyum-senyum sendiri melihatnya. Mata Emilio tak sengaja menatap ekspresi Marc. Emilio tahu, he's fell in love.

Pesawat yang ditumpangi Emma mulai lepas landas. Dalam hati Emma, ia berbisik. Tidak akan pernah ia melupakan pengalaman pertamanya di spanyol yang luar biasa ini.
Benar-benar luar biasa hingga banyak menguras tawa dan air mata.
Dan juga impian tergilanya karena pernah merawat seorang bintang dunia.

'Thank you Spain. Thank you Andres, Lucy, Alona. And thank you Marc Marquez. Good luck on your race in Le Mans, handsome. And I think I'm falling in love with you now' batin Emma tersenyum.

:) ❤

New Romantics (Marc Marquez Fanfict)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang