"Sayang, sudah ya. Biarkan kak Emma menghabiskan sarapannya dulu. Ia juga harus bekerja" celetuk Lucy. Alona menurut dan meninggalkan Emma.

"Do you want to hear more about Marc Marquez?" tanya Alona sebelum benar-benar pergi.

"Yes. Sure" Emma tersenyum semanis mungkin.

"Nanti malam di kamarku, akan aku ceritakan semuanya tentang Marc. Dadah kak Emma!" seru Alona benar-benar pergi.

"Dia sangat berbeda denganmu Andres" ucap Emma setelah kembali ke posisinya yang sebelumnya membungkuk agar sejajar dengan tubuh Alona.

"Ya begitulah" balas Andres tersenyum. Emma heran, kenapa Andres selalu tersenyum? Dimanapun dan kapanpun Andres berada, jika ditanya ataupun mengatakan suatu hal pasti diselingi dengan sebuah lengkungan senyum di bibir.

"Kau akan bekerja hari ini Emma?" tanya Lucy yang selesai mencuci piring dan bergabung ikut sarapan.
Mendengar pertanyaan itu Emma tertunduk lemas.

"Mama!" seru Andres mengingatkan. Namun Lucy menaikkan bahunya tanda tak mengerti apa-apa.

"Tidak apa. Aku akan bekerja hari ini. Bukankah nanti akan ada race di Jerez?"

"Bagaimana dengan.." belum selesai Andres berbicara, Emma menyela nya.

"Tidak apa. Kau tidak perlu ikut bersamaku. Tugasmu selesai kemarin kan? Setidaknya aku mempunyai dokumentasi atas kerja itu"

"Sebaiknya aku mengepak peralatan sekarang" ucap Emma pamit.
Namun Andres memegang pergelangan tangan Emma mencoba mencegah.

"No. Aku harus ikut bersamamu. Kalau ada apa-apa terjadi padamu, aku pasti akan menyalahkan diriku sendiri karena telah meninggalkanmu. Lagipula kau tidak tahu jalan kan?"
Deg! Benar juga apa kata Andres, Emma buta jalan. Untung saja Andres pengertian, kalau tidak Emma pasti akan tengsin karena harus meminta Andres mengantarkannya, atau yang lebih parah, Emma tersasar dan tak tahu arah jalan pulang.

Mereka sampai di sirkuit Jerez tepat saat balapan hampir selesai.
Emma tahu bahwa Marc masih memimpin juara 1 didepan.
Emma melirik Andres yang sedang terlihat larut dalam perbincangan dengan orang yang tak dikenal. Emma tidak tahu apa yang mereka bicarakan.

"Mereka mengatakan balapan masih ada 2 lap. Marc pasti akan memenangkannya kali ini" celetuk Andres tepat disamping telinga kanan Emma.

"Jadi, bagaimana aku bisa merekam wawancara nya?" balas Emma setengah berteriak karena saking riuhnya penonton di tribun.

"Rekamlah videonya dengan kameraku. Aku tidak akan memotret" jawab Andres.

Emma tersentuh dengan perjuangan Andres dalam menolong dirinya. Emma tahu, Andres sangatlah menyayangi kamera nya.
Bagaimana bisa ia bertemu dengan orang sebaik Andres ini? Tampan, pintar, penyabar, dan baik hati. Sungguh pacar idaman.
Emma jadi kesengsem. Tetapi, pernyataan bahwa ia bisa saja menjadi pacar Andres hanyalah mitos belaka. Sebelum berangkat kemari, ia melihat Andres sedang menelfon seseorang dengan nada-nada berdebat. Mungkin sedang berdebat dengan pacarnya yang tidak bisa menghabiskan weekend bersama Andres karena harus membantu Emma. Ya tuhan, Emma merasa bersalah sekali kali ini.

"Hey, kenapa bengong?" Andres melambaikan tangan kanannya didepan wajah Emma.

"Oh ehm tidak apa-apa. Oh my god, aku sangat-sangat berterimakasih padamu Andres, jika tidak ada kau mungkin aku akan berakhir mengenaskan disini" ucap Emma.

"Jangan bilang begitu. Aku hanya tidak ingin seorang turis Indonesia yang bekerja keras disini dan berakhir mengenaskan di negaraku karena gagal" canda Andres dan tertawa.
Emma ikut tertawa sampai menitikkan sedikit airmata. Ia terharu akan pertolongan Andres yang entah kenapa membuatnya merasa senang dan bangga.

2 lap selesai sudah. Seperti yang sudah diperkirakan, Marc Marquez menguasai sirkuit ini.

"Aku ingin memotret Marc saat berada di atas podium. Kau mau ikut?" tanya Andres.

"Tidak usah. Aku ada keperluan di kamar mandi hehehe" Emma meringis tak tau malu.

"Baiklah tidak apa-apa. Kita akan bertemu disini kembali. Atau tidak, di tempat parkir ya?" ucap Andres sebelum Emma ngloyor ke kamar mandi.

Emma iseng-iseng ingin mengetahui seluk beluk dari dalaman tempat ini. Ia pun berjalan menyelusuri dari satu lorong ke lorong lain dan dari satu pintu ke pintu lain. Hingga ia tidak sadar, bahwa dia sedang tersesat. Entah sudah berapa lama Emma berpetualang disini.
Lorong itu putih bersih dan ada beberapa jendela kecil di kanan yang membiarkan sinar matahari masuk.

Terang sekali di lorong itu, Emma berpikir mungkin ia sedang ada di lantai atas. Namun anehnya, ia mendengar suara teriakan dari balik dinding.

Hanya ada satu tangga menurun, mungkin ini adalah jalan keluar.
Aduh! Emma menepuk jidatnya sendiri, ia ingat bahwa ia tidak mungkin meninggalkan Andres mewawancarai Marc sendirian.
Andres tidak tahu menahu tentang jurnalistik. Ia hanya seorang photographer biasa.
Lalu, Emma berjalan menuruni lorong dengan berlari dan tergesa-gesa.

************
Marc Marquez menjadi juara di race sirkuit Jerez kali ini. Perayaan kemenangan dilakukan dengan sangat meriah, seperti biasa para juara berdiri di podium dan menyemprotkan champagne ke arah penonton yang hadir melihat mereka berdiri di singgasana terbesar itu maupun kepada paparazzi.

Andres celingak-celinguk mencari dimana keberadaan Emma. Sudah berkali-kali sebelum perayaan kemenangan dilakukan, Andres telah bolak-balik ke tribun penonton dan tempat parkir yang mereka jadikan sebagai tempat pertemuan. Namun nihil. Tak ada Emma di kedua tempat itu.

Ah sudahlah, Andres akan berusaha semampu mungkin untuk membantu Emma. Ia akan merekam apapun saat sesi interview bersama paparazzi lainnya.

Marc dan para juara lainnya telah selesai merayakan kemenangan di podium singgasana. Mereka satu persatu keluar. Namun, Marc mengambil jalan lain. Marc bermaksud untuk langsung menuju ke Pit Crew tim nya untuk mengucapkan banyak terimakasih.

Marc menuruni tangga pertama dan dikatakan berhasil. Namun saat ia akan menaiki tangga yang satu-satunya akses menuju lantai atas dimana tempat beristirahatnya para crew nya, saat Marc ingin berbelok ke kanan diujung tangga, Marc bertabrakan dengan seseorang. Lebih tepatnya ditabrak.

Emma berteriak saat dirinya tidak sengaja menabrak seseorang dengan sangat keras. Begitupun orang yang ditabraknya berteriak karena terkejut. Orang yang Emma tabrak sampai jatuh dari tangga atas sampai ke ujung dibawah.

Emma segera menuruni tangga untuk melihat siapa yang ia tabrak.
'Mati gue, mati gue' batin Emma merutuk dirinya sendiri.

Emma menyipitkan matanya untuk melihat siapa yang terjatuh. Emma takut orang tersebut kenapa-kenala karena semenjak Emma turun dari tangga, ia tidak melihat pergerakan orang itu.
Sampai akhirnya, Emma membelalakkan matanya setelah membalikkan orang itu.

"M-Marc Marquez?!!" seru Emma terkejut. Ia mengecek denyut jantung, takut detak jantung Marc tidak berdenyut.
Syukurlah masih ada. Sekarang, ia tidak mungkin meninggalkannya begitu saja, itu namanya tidak berperikemanusiaan.

"Aduh mati gue. Kok bisa pingsan sih!" Emma menepuk jidatnya.

---------

Multimedia : Emma Watson

New Romantics (Marc Marquez Fanfict)Where stories live. Discover now