"Hey, are you Emma?" tanya orang itu menunjuk Emma tepat di hidung.

"Y-yes. I'm Emma" balas Emma memandang senang orang itu sembari menghalau telunjuk nya dari hidung Emma.

"I'm Andres" Andres menyalami Emma.

'Ya tuhan, apa aye sedang dipertemukan dengan malaikatmu? Kalau malaikat cinta, aye rela jadi pacarnya walaupun sering disiksa. Tapi kalau malaikat pencabut nyawa, tolong dong cabut status jomblo aye, jangan nyawa aye' batin Emma banyol logat betawi nya muncul juga.

Emma membalas salaman itu. Andres heran, kenapa Emma memandangnya seperti ini? Memandangnya seperti dipenuhi nafsu -__-"
Ah sudahlah, itu tidak penting. Andres harus bisa membantu Emma secepat mungkin menyelesaikan tugasnya disini.
Andres teringat apa yang bos Emma katakan tadi malam

(Flashback)
Beberapa kali Andres mencoba resep masakan yang diajarkan ibunya ini. Namun tetap saja rasanya sangat aneh. Ia tidak mungkin mengirim makanan ini pada Camilla, pacarnya.
Namun, Andres bukanlah seorang yang mudah menyerah, ia bertekad untuk terus mencoba. See, betapa romantisnya pria Spanyol!
Namun bunyi dering telfon terdengar dari handphone Andres yang secara otomatis mengganggu konsentrasi nya.

"Hola?" sapa Andres ramah.

"Hola Andres. It's me.. Frans from Indonesia" jawab Pak Frans.

"Yes sir. I'm listening you" Andres menghentikan aktivitas memasaknya dan meletakkan semua peralatan memasak yang ada di tangan kanan nya.

"Her name is Emma. She was arrived last night. If you don't mind, tomorrow you could start working"

"Yes, of course. I'm so glad. I will do my best"

(Flashback off)

"So, we start today? Now?" tanya Emma meyakinkan pernyataan Andres bahwa ia sudah harus mulai bekerja sekarang.

"Sure. That's an order" balas Andres bersemangat.
Emma heran, di telfon Andres ini menggunakan bahasa spanyol, ia kira Andres tidak bisa sama sekali menggunakan bahasa inggris. Kenapa sekarang bahasa inggrisnya super gini?

"Apa yang akan kita lakukan untuk menyelesaikan tugasmu itu?" lanjut Andres.

"Oke. Kita mencari Marc Marquez, mewawancarainya sebentar sementara kau memotret wajahnya, rekam, dan voila! We done" jelas Emma seolah-olah tugas itu adalah tugas yang mudah.

Andres ternganga mendengar penjelasan Emma yang begitu enteng. Apakah gadis ini sudah gila?

"Emma, it's not that easy. Tidak mudah seperti yang kau jelaskan" balas Andres.

"Lalu apa???"

"Sudahlah tidak apa-apa. Aku akan menganggap itu sebagai motivasi. We done? Let me pay for this all" tunjuk Andres pada semua makanan yang ada di meja mereka.

"No let me pay this" tolak Emma sok yang mencoba untuk mendapatkan perhatian dari Andres.

"Kau yakin?" tanya Andres memastikan. Andres tau, harga setiap makanan di Cafe ini dibandrol dengan harga fantastis.

"Yes" Emma tersenyum tiga jari.

Andres menyetir mobil dengan sangat tenang. Namun satu yang membuat ia tidak tenang. Emma disampingnya terus memandangi Andres penuh arti walaupun hanya dengan melirik.

"Kau yakin hari ini Marc Marquez berada disini?" tanya Emma basa-basi.

"Tentu saja. Hari ini adalah kualifikasi GP Jerez" balas Andres masih fokus ke jalanan.

Andres menghentikan mobilnya tepat di tempat parkir.
Hanya dengan berbekal handphone dan kamera slr milik Andres, Emma bertekad hari ini harus selesai. Apapun yang terjadi, hari ini harus selesai dan tiga hari kedepan Emma dapat dengan leluasa bershopping dan berwisata ria di negara matador ini.

"Kemana kita harus pergi?" tanya Andres pada Emma.

"A-apa?" dengan polosnya Emma bertanya balik.

"Kau bercanda kan? Aku bertanya kemana kita harus pergi?"

"Aku tidak tahu. Aku bahkan tidak tahu kita sedang ada dimana. Aku kira kau yang mengetahui tempat ini.."

Andres menepuk dahi nya. Ia dalam masalah besar, client nya ini adalah seorang buta wawasan.

"I'm just a photographer. Aku hanya membantumu memotret. Aku mengikuti semua yang kau perintahkan padaku karena kau sekarang adalah atasanku" balas Andres.

Dom! Emma serasa tak ada beban di tubuhnya. Ia merasa tidak ada isi didalam tubuhnya. Lemas lunglai.
Bagaimana bisa? Emma kira Andres tau segalanya tentang jurnalistik dan paparazzi, ternyata hanyalah seorang photographer biasa.
Emma menggerutu, ini pasti ulah bosnya yang dengan seenaknya mengutus orang-orang yang tidak tahu menahu tentang jurnalistik. Wait! Emma pun begitu.

*************
Marc sudah mengenakan baju balapnya atau yang lebih dikenal dengan nama Wearpack.
Seperti biasanya, sebelum berjuang diatas sirkuit, Marc harus berkonsentrasi dan diam. Jika ada yang mengganggunya, buyarlah Marc.

"Kau sudah siap? Jerez dan penggemarmu menanti aksimu" ucap Emilio yang masuk begitu saja ke dalam ruangan Pit Crew pribadi Marc.

Tanpa menjawab Marc pergi ke bawah dan mulai menunggangi kuda besi RC213V nya.
Kali ini, ia harus berada di pole terdepan.

Emma duduk di tribun penonton. Disampingnya, Andres sedang mengutak-atik kameranya dan memasang lensa yang menurut Emma sangat-sangat panjang. Sepanjang jalan kenangan bersama mantan. Eh.

"Wow. Itu lensa yang sangat panjang" celetuk Emma.

"Hm? Oh ini, ya aku baru saja membelinya. Agar dapat menangkap objek lebih dekat dan cepat. Seperti motogp ini" balas Andres tersenyum yang menampilkan deretan gigi-gigi putihnya itu.

'Ya Tuhan. Andressssss! Aye pull in lop with you' batin Emma bersinar.

Kenudian, suara teriakan dari penonton riuh terdengar saat seorang pebalap menampilkan diri di sirkuit.
Pebalap dengan nomor 93.
Emma melakukan survei, dan hasilnya yang lebih banyak berteriak adalah kaum perempuan, selebihnya laki-laki hanyalah bertepuk tangan.
Walaupun tribun penonton ini tidak seramai seperti balapan race yang sesungguhnya namun dapat membuat Emma lelah dan berkeringat.

"Itu dia yang bernama Marc Marquez" ucap Andres menunjuk pebalap dibawah sana.
Emma yang tadi menatap Andres kemudian mengalihkan pandangannya pada objek yang ditunjuk.

"God!" teriak Emma kecil.

"Ada apa?" Andres terkejut.

"He's so damn handsome!" balas Emma membelalakkan matanya.

----------

Multimedia : Andres Alonso

New Romantics (Marc Marquez Fanfict)Место, где живут истории. Откройте их для себя