Bisikan Langit

188 11 7
                                    

Linzy membeku dengan tubuh mematung begitu juga dengan arul dan farest.

"BOS!" Pekiknya saat melihat ahang terjatuh di lantai dengan darah mengalir segar dari pahanya. Pistol yang di bawa ahang sampai terjatuh.

Linzy  mengangkat kepalanya, ia tersentak mendapati lelaki dengan rahang yang tegas dan kokoh tengah menatap ahang tajam.

Lelaki itu lekas beralih menatap Linzy membuat gadis itu benar benar tersentak saat tatapannya bertemu dengan lelaki itu.

"Aaghhkkk! Brengsek!" Umpat ahang masih sempat sempatnya mengumpat.

"Bos lu mau kemana?" Arul dan farest membantu ahang berdiri dengan susah payah.

"Sakit goblok jangan di sentuh!"
Sentak ahang.

"Sorry bos"

Linzy tidak menyangka jika langit berada di sini kenapa langit bisa tau dirinya berada di sini? Oh iya Linzy baru ingat jika ahang tadi memancing lelaki itu.

Langit berjalan angkuh ke arah ahang yang tengah meringis menahan sakit di pahanya.

"Gimana? Enak?" Tanyanya langit dingin. Ahang mendongak.

"Ck, ternyata elo tau gue di sini"
Ucap ahang.

"Lo berdua minggir!" Titah langit kepada farest dan Arul.

"Gak! Kita gak akan pergi kalau------"

"Udah kalian berdua keluar dulu"
Suruh ahang kali ini, dengan terpaksa arul keluar dan farest.

Sedangkan kini Linzy binggung mematung hendak kemana.langit melirik gadis itu membuat Linzy tersentak.

"Lo juga" ucapnya dingin.

Linzy mengangguk singkat, ka bergegas keluar hendak memberi pelajaran pada dua hama? Siapa lagi kalau bukan fares dan Arul.

Kini didalam gudang hanya ada ahang dan langit.

"Segitunya sayangnya lo sama adik lo itu? Kenapa gak sekalian lo tidurin aja hm? Lumayan dapet dada sama paha"
Ucap ahang ia menahan rasa sakit di pahanya. Langit mengeraskan rahangnya.

"Ngomong apa lo barusan?"

"Kurang jelas atau kurang denger? Oh atau mungkin tuli?"

BRAK!

Langit menendang sebuah kursi yang tak jauh dari sana. Menatap ahang dengan penuh amarah.

"LO PUNYA MASALAH SAMA GUE, JANGAN LIBATIN ORANG LAIN DALAM MASALAH INI!" Sentak langit.  Ahang tersenyum kecil.

"Kenapa? Karena gue libatin adik lo itu? Gue nyesel, seharusnya gue tadi ambil aja kesuciannya. Lumayankan"
Seperti ahang sengaja memicing emosi langit. Tentu saja langit terpancing, karena emang dasarnya langit itu suka emosi.

BUGH!

"GAK NGOTAK LO?" Bentak marah tentu saja ia tidak terima. Ahang menggeram saat sebuah pukulan mendarat di pipinya cukup kuat.

"Sampai segitunya lo belain di----"

"GAK USAH BANYAK BACOT LO!" Sentak langit meradang. Ia ingin sekali menghabisi ahang sekarang juga.

Tetapi tidak akan seru jika ahang mati begitu saja langit ingin bermain - main dulu.

"Kaki lo udah ketembak, mau gue tembak dimana lagi?" Tanya langit menyolot tajam, ahang tersenyum remeh.

"Lo pikir ini sakit? Gak sama sekali bahkan ini gak seberapa pukulan ama lo tadi"

Langit kali ini maju mendekat ke arahnya nafasnya terdengar begitu memburu, menandakan ia sedang marah.

TIGA ABANG TIRI GUE POSESSIVEWhere stories live. Discover now