51. Jisoo

1.3K 177 7
                                    

"unnie maafkan aku, tapi bisakah kau mendengar penjelasanku dulu" ucap Lisa memegang tangan Jisoo, namun Jisoo menepisnya kasar.

"Aku tidak butuh penjelasan!!" Ucap Jisoo.

"Unnie, aku yang akan menjelaskannya eoh, kau bisa mempercayaiku kan?" Ucap Jennie.

"Kau!, apa yang kau lakukan di sini, bukankah kau seharusnya di new Mexico!" Suara jisoo meninggi, ia masih dalam emosi kemarahannya.

"Unnie dengar, aku kembali untuk ini, kita harus meluruskan semuanya, unnie tolong mengertilah" ucap Jennie berusaha selembut mungkin dan tak terbawa emosi agar kakaknya itu bisa mendengarkannya.

"Apa kau akan membelanya jennie-ya, tak tahukah kau dia berteman dengan orang yang pernah menculik kita" ucap jisoo menatap Jennie dengan mata memerah.

"Apa maksudnya ini?" Ucap Rosé merasa cukup terkejut.

"Aku tahu, aku tahu semua itu karena itulah aku disini. Biarkan aku menjelaskannya" ucap Jennie menggenggam tangan Jisoo agar kakaknya tak terbawa emosi.

"Aku tak perlu di jelaskan jennie!!, aku melihat di club Lisa ada pria itu!, kau bilang kau tahu, lalu untuk apa kau masih berbaik hati padanya hah!, apa kau tak marah?!" Ucap Jisoo dengan amarah yang menggebu-gebu.
Jisoo sedikit sempoyongan, ia memijat pelipisnya yang berdenyut.

"Unnie kau baik-baik saja?" ucap Lisa menahan tubuh Jisoo. Akan tetapi Jisoo mendorong Lisa.

"Jangan sentuh aku!, jangan perlihatkan dirimu di hadapanku!" Ucap Jisoo berjalan dengan langkah tak beraturan meninggalkan mereka.

Jennie mengejar Jisoo mencoba menahannya, namun jisoo menepis kehadiran Jennie dan mengabaikannya. Jisoo masuk ke kamarnya dan mengunci pintu, Jisoo duduk di lantai sambil bersandar pada pintu, nafasnya ter engah-engah, seolah-olah nyawanya di paksa keluar. Seluruh energinya terkuras, ia memejamkan matanya mencoba menormalkan nafasnya. Rasanya ia menangis pun sudah tak bisa, Jisoo hanya terdiam dengan tatapan kosong di dalam kamarnya, tak tau harus berbuat apa lagi.

Sementara itu di lantai bawah ada Jennie, Rosé dan Lisa. Mereka duduk di sofa ruang keluarga, Jennie dan Lisa berusaha menjelaskan kepada Rosé apa yang sebenarnya terjadi. Menjelaskan apa yang selama ini Lisa lakukan dan apa yang terjadi di Meksiko serta seluruh hal yang tak pernah Lisa ceritakan selama ini. Rosé yang mendengar penjelasan dari Jennie dan Lisa tentu sangat terkejut, jantungnya berdegup kencang seperti akan keluar melalui tenggorokannya, fakta yang ia terima masih belum dapat otaknya cerna dengan baik.

"Wait, wait, aku rasanya ingin marah, huhhh...." ucap Rosé menghela nafas kasar, ia kesal namun berusaha agar tetap tenang.

"Jadi kau berhubungan dengan orang yang pernah menculik kita?, dan kau melakukan misi-misi berbahaya menghacurkan penjahat untuk mendapatkan banyak uang dan kau menyalurkannya ke Afrika sebagai dana bantuan, kau menganggap itu sebagai penebusan dosamu di masa lalu?, lalu misi terkahir kau dan Jennie unnie di culik di Mexico dan kalian berhasil selamat setelah menghacurkan kartel, dan luka di tanganmu kau dapatkan karena di tusuk, juga kau di tembak di perutmu, begitu?" Ucap Rosé memastikannya, ia menatap Lisa untuk mendapat jawaban, jujur saja ia kesal dan marah, mengapa harus melakukan hal berbahaya seperti itu. Apalagi Lisa berhubungan dengan orang jahat yang pernah menculik mereka, itu tidak masuk akal, kejadian itu bahkan masih ia ingat dengan jelas dan itu benar-benar menakutkan, ia tak dapat menerima ini.

"Yaa, kau benar" jawab Lisa.

"Ini salah. Meski kau menjelaskan semuanya, aku tetap tak bisa menerimanya, terutama kau yang kembali berhubungan dengan orang-orang jahat itu, kau juga melakukan tindakan kriminal bersama meraka, meski kau melakukannya untuk membantu banyak orang sebagai penebusan dosa, tapi membunuh tak sepadan untuk itu, orang jahat yang kau anggap teman itu memberimu pengaruh buruk, dan benar kata Jisoo Unnie, kenapa kau tega melakukannya, berteman dengan orang yang pernah menyakiti kita. Kau benar-benar mengecewakan." Ucap Rosé menatap Lisa penuh kekecewaan.

SHIELDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang