43. Senior

257 23 3
                                    

Jeno mengubur keinginannya untuk pindah ke rumah Donghae. Apalagi kalau bukan karena Jaemin. Jaemin membuatnya bertahan di rumah yang sudah seperti neraka baginya ini. Meski berat, ia tetap menahannya.

Bunda masih bersikap sama. Setiap harinya Bunda memang biasa saja. Bunda akan selalu menyajikan makanan untuk kedua anaknya. Tak ada perlakuan yang berbeda dari hal-hal wajib tersebut. Hanya saja, Jeno menjadi sangat jarang keluar kamar.

Ia mengurung dirinya dan sebisa mungkin tak bertemu Bunda. Ia sudah tak mengharapkan lagi kasih sayang Bunda.

"Jen, itu sarapan dulu," ujar Bunda yang melihat Jeno sudah memakai sepatunya di teras depan sementara Jaemin masih mengunyah roti bakar coklatnya.

Hari pertama sekolah di kelas 12. Mereka semakin dewasa sekarang. Penampilan mereka juga semakin berubah. Tubuh jangkung dan badan yang semakin berisi itu sangat menarik perhatian adik kelas.

"Mau makan di sekolah aja, Bun. Ayo, Jaem. Udah telat kita," ucap Jeno yang sudah berjalan ke depan pagar rumah.

"Bun, kita berangkat dulu, ya. Dadah!"

***

Hari pertama sekolah menjadi hal yang menarik tentunya. Selain bertemu kangen dengan teman-teman, ada banyak wajah-wajah baru yang menghiasi sekolah.

Siswa-siswi baru yang masih dalam masa ospek itu berbaris rapi sejak pagi di lapangan sekolah. Jaemin dan Jeno berjalan santai melewati lapangan sekolah dan menjadi perhatian dari siswi-siswi yang awalnya tegang karena mata kakak-kakak satuan disiplin mengawasi mereka baik-baik.

"Lia!" Jaemin menyapa Lia yang hanya beberapa langkah di depan mereka. Lia yang baru melepas headsetnya langsung menoleh dengan muka datar.

Jaemin tak peduli dengan barisan siswi cantik nan muda di tengah lapangan. Lia sendirian saja sudah membuatnya memusatkan perhatiannya pada Lia.

"Kelas kita yang mana, ya?" tanya Jaemin berpura-pura. Padahal dia sudah tau kelas barunya berada di lantai dua sebelah kiri.

"Sama kayak yang angkatan sebelumnya, kok," jawab Lia datar lalu lanjut berjalan.

Jeno sempat tersangkut di sebuah pintu kelas IPS yang merupakan kelas dari Yeji. Ia sedikit mengintip sebentar lalu kembali berjalan lagi karena Yeji belum datang. Pasti ia telat karena Hyunjin yang suka ngaret.

Perhatian Jeno tiba-tiba teralihkan ke lapangan saat melihat seorang anak yang diantar ayahnya sampai ke dalam sekolah. Memalukan, sudah SMA masih diantar orang tua sampai ke dalam sekolah.

Eh, tunggu.

"Jaem, sini," ucap Jeno yang tertinggal di belakang Lia dan Jaemin.

Jaemin terpaksa membiarkan Lia berjalan lebih dahulu dan ikut berhenti bersama Jeno sebelum naik tangga.

"Itu. Itu Dokter Yunho, bukan?"

Jeno menunjuk pada sesosok pria yang baru saja mengantar anaknya tadi. Baik anak dan ayahnya sangat familiar. Walaupun sudah beberapa bulan terlewati, ia tak akan melupakan wajah-wajah orang yang sudah mengganggu hidupnya.

"Eh, kayaknya iya? Itu anaknya si Jisung, kan? Masuk sini juga ternyata," ucap Jaemin tanpa memikirkan apa-apa.

Jeno berpikir lain. Jeno memikirkan sebuah kemungkinan yang tak ingin ia semogakan.

"Bunda tau ga ya..." gumam Jeno pelan sambil terus memerhatikan anak canggung itu di tengah-tengah barisan.

"Udahlah biarin aja. Ayo ke kelas. Aku tadi lagi ngobrol sama Lia malah kamu gangguin," omel Jaemin lalu langsung menaiki tangga.

Fraternal | Jeno JaeminWhere stories live. Discover now