34. Playstation

180 26 4
                                    

"Bisa, Nak?"

Donghae mengawasi Jeno yang sedang membantu Jaemin masuk ke dalam mobil. Yah, masih usaha cukup berat ternyata. Meskipun sudah pernah dijemput beberapa kali, tapi kaki Jaemin rasanya tak kunjung membaik.

"Bisa, Om," jawab Jeno lalu memasukkan kruk Jaemin ke dalam mobil.

Setelah Jaemin duduk nyaman, Jeno masuk ke kursi depan dan langsung memasang seat belt-nya. Sudah sekitar dua minggu Donghae mengantar dan menjemput mereka ke sekolah. Tak masalah, walau waktu mengobrol Donghae dengan rekan-rekannya jadi lebih sedikit.

Beberapa malam saat harus lembur, Donghae tetap menjemput si kembar terlebih dahulu lalu kembali ke kantor. Jeno dan Jaemin tak ada ide seberapa sibuknya Donghae di kantor karena ia selalu terlihat santai.

Untungnya, hari ini berjalan cukup lancar. Urusan di kantor sudah beres. Donghae tak perlu terlalu mengebut atau terburu-buru mengantar mereka pulang.

Ting!

Ponsel Jaemin berbunyi. Jaemin langsung mengecek pesan yang masuk. Jeno diam-diam melirik. Ia sendiri seperti manusia purba tanpa ponsel sekarang.

Bunda

Jaem.... bunda lembur ya.... ada emergency

Bnda dh msk nasi....

Tp km nnti minta jeno bikin telor...

Jgn tunggu bunda... bunda bw kunci

"Jen, bunda lembur," ucap Jaemin sambil membalas pesan Bunda.

Jaemin

Iya bunnn❤️❤️

Bunda jangan lupa istirahat🥰😘

"Bunda ninggalin makan gak?" tanya Jeno lalu menoleh ke Jaemin di kursi belakang.

"Katanya udah masak nasi. Tapi kamu disuruh masak telor nanti. Bisa kan bikin telor ceplok?" Jaemin sedikit mengangkat alisnya. Ia sangat ragu dengan Jeno walau Jeno sudah agak bisa dipercaya dalam memasak sekarang.

"Kalian makan di rumah saya aja," celetuk Donghae sambil fokus menyetir.

"Eh, ga usah Om. Aku udah bisa masak, kok," ucap Jeno walau ia sendiri tak yakin.

Jaemin memerhatikan Donghae dari belakang dan sedikit tersenyum. Andaikan ia dapat berbicara tanpa memikirkan perasaan Bunda, ia pasti sudah bertingkah kegirangan saat ini.

"Gapapa. Di rumah saya banyak makanan. Lagian saya kalo makan di rumah sendirian terus. Sekali-kali ada kalian biar rumah gak sepi," ucapnya dengan senyum tipis yang sekilas mirip senyuman Jeno.

"Emang Om belum nikah?" tanya Jaemin yang sudah memperhalus kalimat di otaknya, tapi entah mengapa yang terucap tetap kalimat yang terlalu gamblang.

Jeno sedikit memelototi Jaemin dengan pertanyaan yang agak melewati batas itu. Donghae tak terlihat marah, ia malah tersenyum.

"Dulu. Sekarang tinggal sendiri," ucap Donghae dan sedikit menoleh ke belakang saat lampu merah.

"Ohh gitu," jawab Jaemin yang buru-buru mengunci mulutnya agar tak salah bicara lagi.

"Iya. Di rumah cuma ada saya sama yang bersih-bersih rumah. Itu juga dia sering pulang, gak selalu nginep. Makanya rumahnya sepi. Kalau ada kalian kan jadi rame," ucap Donghae lalu kembali menyetir.

"Ummm, anak Om jarang ke sana?" tanya Jeno ragu-ragu.

Sebenarnya kedua anak ini terlewat polos. Andaikan yang ditanya ini adalah orang yang salah, mereka mungkin sudah diturunkan di jalan.

Fraternal | Jeno JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang