22. Ruang BK

210 28 2
                                    

"Jaemin, silakan masuk, Nak."

Bu Yuri tersenyum manis saat melihat Jaemin berada di ambang pintu. Wajah Bunda tak tersenyum seperti Bu Yuri. Bunda bahkan masih mengenakan pakaian perawatnya lalu datang ke sini dengan buru-buru.

Jaemin melangkah perlahan di heningnya ruang BK, lalu duduk di kursi di sebelah Bunda.

"Kamu lagi pelajaran siapa sekarang?" tanya Bu Yuri, basa-basi.

"Pak Suho, Bu," ujar Jaemin pelan, tanpa melihat mata Bu Yuri.

"Oh begitu. Kita mulai saja ya, Bundanya lagi sibuk ya?"

"Ah, gapapa, Bu," jawab Bunda dengan sedikit nada kepalsuan di balik kekhawatirannya.

"Jadi gini, Nak Jaemin, barusan pas Ibu mengajar di kelas IPS, Ibu gak sengaja mendengar ada anak-anak yang lagi ribut asik sendiri mengobrol. Akhirnya Ibu tanya secara pribadi sama mereka, ngomongin apa mereka sampe asik sendiri gitu. Terus ada satu orang yang akhirnya ngomong ke Ibu, Ibu ga bisa kasih tahu siapa namanya, tapi dia ngomongin kamu, dan Ibu cuma mau klarifikasi rumornya ke kamu."

Tubuh Jaemin menegang mendengarnya. Ia menunduk, tak mau menatap siapapun. Ia sendiri berpikir keras harus bagaimana.

"Ah, Ibu gak tahu ini bercandaan kalian atau gimana, tapi mereka kasih tau Ibu katanya... kamu paksa Lia melakukan hubungan pasutri, ya?."

Bunda sedikit membanting tangannya ke atas meja. Tak begitu keras, namun cukup untuk membuat Jaemin mengangkat kepalanya.

"Ibu panggil saya ke sini cuma karena rumor gak berdasar?" tanya Bunda dengan tegas.

"Bu, kami selalu cari tahu tentang rumor-rumor yang beredar di sekolah ini. Ibu pasti sudah dengar sebelum mendaftarkan Jaemin ke sekolah ini, kalau sekolah ini mempunyai kedisiplinan tinggi. Rumor tentang setiap anak yang memiliki masalah akan kami cari tahu sebelum masalahnya membesar dan terdengar ke kepala sekolah, atau sekolah lain. Kita menjaga nama baik anak-anak dan sekolah kita," jelas Bu Yuri dengan tenang.

"Kamu sudah dengar kamu dibicarakan seperti itu sama seluruh siswa?" tanya Bu Yuri.

Jaemin menghela napas dalam-dalam.

"Itu gak benar, Bu. Aku gak tahu siapa yang ngomongin aku kayak gitu. Tapi waktu itu aku sama Lia lagi di kebun raya dan dia gak sengaja dudukin ulat terus ponselnya kepencet telepon temen yang lain. Semuanya cuma salah paham. Kalau Ibu gak percaya, Ibu bisa minta Lia untuk ngomong sendiri.."

Jaemin mengepalkan tangannya keras-keras agar tak gemetar saat berbicara. Bu Yuri mengangguk pelan. Bunda menatap Jaemin baik-baik, Bunda sangat ketakutan dengan rumor itu.

"Oh begitu? Kamu pacaran sama Lia?"

Jaemin mengepalkan tangannya semakin keras. Ia sedikit melirik Bunda yang nampaknya tak memercayai omongannya.

"A-aku emang suka Lia. Tapi bukan berarti aku bakal ngelakuin hal kayak gitu. Aku menghargai Lia sebagai perempuan," ucap Jaemin panjang lebar.

"Kalau Ibu panggil Lia, boleh? Ibu cuma mau pastiin aja."

Jaemin mengangguk yakin. Bu Yuri segera berdiri dan keluar ruang BK untuk memanggil Lia ke kelas. Hanya ada ia dan Bunda di sana.

Jaemin tak berbicara sepatah kata pada Bunda. Bunda juga tak bertanya. Gelagat Bunda membuat Jaemin khawatir.

"Bunda mau telepon orang sebentar."

Bunda pergi ke luar ruang BK lalu menelepon seseorang. Wajah Bunda terlihat sangat stress dan khawatir. Meski tak terlihat kasat mata, Jaemin tahu Bunda menahan tangisnya.

Fraternal | Jeno JaeminWhere stories live. Discover now