8. Kepulan Asap

450 64 0
                                    

"Sini lah, Dek. Kumpul-kumpul sama kita. Masa mau langsung pulang?"

Pergaulan baru di SMP cukup memberikan culture shock bagi Jaemin dan Jeno. Mereka tidak biasa bergaul di warung-warung yang dipenuhi asap rokok seperti ini.

Mereka terjebak di tempat nongkrong sekolah ini yang berisi berandal-berandal terbaik di sekolah. Jeno dan Jaemin terlihat seperti anak yang sangat baik, mengapa mereka ikut ditarik ke sini?

"Lo, yang pakai kacamata, sini duduk sama gue. Santai aja ga usah canggung," ucap salah satu senior kelas 9 yang sangat tinggi.

Jeno terpaksa menurut dan duduk di sebelah senior itu. Baru saja duduk, ia tiba-tiba disodori sebatang rokok oleh senior itu. Jeno menatap Jaemin yang juga sama bingungnya. Mereka tahu bundanya tak akan suka hal ini. Babak belur oleh senior juga tak terdengar baik.

Dengan ragu, Jeno akhirnya menerima tawaran senior itu dan meletakan batangan asing di bibirnya. Senior itu menyalakan rokok di bibir Jeno dengan korek api gas.

Kepulan asap mulai terlihat dari rokok itu. Tatapan senior tertuju padanya secara tak sengaja.

Terpaksa Jeno menghisap rokok itu lalu mengembuskan asap pahitnya. Masih tersisa rasa-rasa gatal di tenggorokannya yang membuat dia sedikit batuk-batuk.

"Abisin ya. Awas lu kalau dibuang."

Senior itu pergi dari sisi Jeno, mencari mangsa lain untuk ia racuni dengan hal-hal seperti ini.

Karena senior lain masih melihat, Jeno terpaksa menghabiskan rokok itu. Paru-paru bersihnya tak biasa menerima asap seperti ini.

Jaemin yang sedang diam menghampiri Jeno. Jeno sudah batuk-batuk cukup parah. Beberapa senior bahkan menertawakan 'kelemahan' Jeno tersebut.

"Udah, jangan diisep lagi."

Jaemin mengambil rokok itu dari tangan Jeno. Karena rokok itu harus habis, ia melanjutkan tugas Jeno untuk menghisap rokok itu sampai habis. Beruntung Jaemin sedikit lebih kuat dalam hal ini. Ia tidak batuk sama sekali dan cepat-cepat menghabiskan rokok itu agar cepat pulang.

Haechan dan Mark terjebak juga oleh senior lain. Namun beruntungnya mereka, satpam sekolah mengintip di dekat gang warung ini.

Para senior memutuskan untuk membubarkan anak-anak kelas 7. Senior yang lain masih bertahan di warung itu dan anak kelas 7 boleh pulang.

"Besok kumpul ke sini lagi, ya. Gua samperin kalian kalau ada yang kabur," ujar salah satu senior yang berwajah paling galak.

Jaemin segera menarik tangan Jeno dari tempat itu. Entah bagaimana nasib dua temannya tadi, yang jelas ia harus menyelamatkan kakaknya terlebih dahulu.

"Permisi, mbak, mau beli air." Jaemin segera mengambil sebotol air di depan warung itu dan memberikannya kepada Jeno yang masih berdeham berkali-kali.

Jeno meminum air dengan cepat seperti baru lolos dari padang pasir. Setelahnya, ia memberikan sisa airnya pada Jaemin. Jaemin meminum air itu hanya karena ia lelah, bukan karena tenggorokannya merasa sakit.

"Kita pulang sekarang ya? Ga usah main ke mana-mana dulu," ucap Jeno. Jaemin menurut dan mereka pulang menggunakan bis kota bersama.

Saat masuk bis, beruntung mereka mendapat tempat duduk yang nyaman. Jeno terlihat masih sedikit ketakutan dari tempat itu.

"Jaem, kita perlu kasih tahu Bunda, ga?" tanya Jeno saat bis baru berjalan.

Dalam ketenangan bis yang lumayan sepi, Jaemin berpikir keras. Bunda memang jawaban untuk segala masalah. Tapi sekarang mereka sudah cukup dewasa, bukan?

Fraternal | Jeno JaeminWhere stories live. Discover now