Love Letter Part 46

703 62 2
                                    

_
_
_
_
_

"Mama adalah orang yang harusnya bertanggung jawab dalam kecelakaan itu, kalau ada orang yang harus disalahkan, itu adalah mama."

Yoonji menunduk, tak berani bertatapan dengan kedua anaknya itu...

"Apa yang sebenarnya terjadi?". Tanya Jimin

Yoonji flasback ke hari terakhir mereka dikampung, ketika tidak sengaja menemukan buku tulisnya saat masih sekolah dasar dulu.

Semua barangnya masih tersimpan rapi diruangan itu .

Membuka buku tulis lusuh itu, melihat gambar rumah hasil coretan nya dulu, gambar dengan judul "Rumah Impian".

Tanpa sadar Yoonji terseyum sendiri mengingat kenangan indahnya masa kecil dulu.

"Aku menyiapkan rumah seperti digambar itu untukmu." Ucap papa Yoongi yang kebetulan melihat Yoonji disitu.

Yoonji menoleh ke arah suara. Sesaat mereka bertatapan,
Yoonji hanya tersenyum kecil lalu berjalan meninggalkan ruangan itu.

Papa Yoongi meraih tangan nya dan membuat langkah adik nya itu terhenti.

"Bahkan setelah puluhan tahun berlalu, kamu masih saja menghindariku."

"Oppa".

Yoonji tak ingin mengungkit apapun tentang perasaan mereka dimasa lalu,

dari awal dia memutuskan untuk menutup rapat hatinya. Alasan nya masih saja sama, tak ingin merusak keutuhan keluarga.

Tapi berbeda dengan papa Yoongi, yang terus meluapkan semua yang selama ini dia rasakan, tentang penyesalan, tentang seberapa lelahnya dia bertahan agar mewujudkan permintaan Yoonji untuk tidak mengecewakan orang tua mereka.
Dan agar keluarga tetap terlihat baik baik aja.

"Hentikan." Tegas Yoonji.

"Papamu selalu begitu, dia tidak pernah menerima keputusan mama untuk menyimpan semua perasaan itu, walaupun dia tidak punya keberanian untuk mengecewakan orang tua kami,"

"Entah berapa lama mama Yoongi sudah berdiri dan mendengarkan semua yang diungkapkan suaminya, dia sangat kecewa dan marah"

"Mamamu pasti sudah berusaha menahan amarahnya agar tidak merusak kebersamaan kita saat itu"

"Kekecewaan yang wajar. Karna merasa dibohongi selama itu oleh papamu,"

"Entah bagai mana awalnya, ketika papamu yang memegang kemudi, menggantikan supir yang mengantuk dan tidur dibelakang. Papa dan mama mu berdebat. Yang mama ingat, mama mu histeris dan menarik stir mobil yang sedang melaju kencang.

"Semua salahku, andai saja aku tidak kembali dan mengacaukan keluarga kalian."

"Aku yang membunuh mereka, aku mencurangi mama mu dari awal sampai akhir hidupnya, padahal dia sangat menyayangiku seperti adik kandung nya sendiri."

"Aku yang seharusnya ke neraka".

Jimin melihat mamanya terus mengeluarkan kata-kata menyalahkan dan mengutuk dirinya,

Wajahnya pucat, tatapan kosong walaupun bibirnya terus menyeracau dalam tangis.

Jimin mendekati dan memeluk mamanya, Menenangkan dan meminta mamanya untuk berhenti bercerita.

Yoongi kaku tak bergerak, sesaat otaknya seperti berhenti berfungsi,

Dari awal sampai akhir mendengar cerita mama Jimin. Membuat Yoongi tak dapat berkata- kata.

Otak dan hati Yoongi sudah berusaha memahami keseluruhan nya, tapi kali ini fikiran Yoongi hanya tertuju pada satu arah, yaitu mamanya.

Yoongi menatap Jimin yang sedang memeluk mamanya, tubuh renta dalam pelukan Jimin itu terlihat sangat menderita dan terluka.

Tapi dimata Yoongi terlihat jelas wajah mamanya yang pasti jauh lebih terluka, akibat sesuatu yang mereka sebut cinta. Semua tidak adil untuk mama Yoongi.

Yoongi berdiri dan meninggalkan ruangan itu, setengah berlari menuju parkiran mobil.

Jimin melihat Yoongi pergi, membuat Jimin berada diposisi sulit, antara harus bersama mamanya atau mengejar Yoongi.

Fikiran Jimin berkata harus tetap bersama mama nya untuk saat ini, tapi tubuhnya bergerak sendiri tanpa bisa dia kontrol dan berlari mengejar Yoongi.

Jimin menghalangi Yoongi yang hendak masuk kemobil, bertumpu didada Yoongi.

"Jangan pergi. Kamu gak boleh menyetir dengan kondisi seperti ini.."

Jimin menangis dan memohon pada Yoongi untuk menenangkan dirinya.

Wajah Yoongi datar tanpa ekspresi, pelan Yoongi mengambil kedua tangan Jimin yang menopang didada nya, melepaskan tangan itu dan tetap memasuki mobil .

Yoongi tetap mengemudikan mobilnya, seolah tak melihat Jimin dimata nya, tak mau menoleh ke kaca spion yang memantulkan Jimin yang berusaha mengejar nya, bahkan menancap gas agar lebih kencang.

Jimin berlari sampai lelah, sampai menyadari bahwa tak mungkin mencegah Yoongi untuk pergi.

Entah sudah berapa jauh Jimin berlari, bahkan tak menyadari, sekarang dia berada di jalan gelap dan sepi.

Jimin berhenti dan menangis sejadi-jadinya disitu, sebelum akhirnya kembali pada mamanya.

Mendorong kursi roda mamanya kekamar, memapah tubuh mamanya agar berbaring dan istirahat.

Mereka tak mengucapkan sepatah katapun.

Jimin duduk disisi tempat tidur disamping mama nya, menggenggam tangan mama nya dan memastikan nya ter tidur.

Raga nya disamping mama nya, tapi fikiran nya tak lepas dari Yoongi, Jimin sangat khawatir, tak terbayangkan hal gila dan bodoh apa yang akan Yoongi lakukan kali ini.

"Dari semua masa-masa sulit, saat ini lah yang paling rumit". Jimin membatin.

_
_
_
_
_
_
_
_
_
_

--- to be continued ---

LOVE LETTER [YOONMIN] || ENDWhere stories live. Discover now